• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISA DATA

3.2.4 Strategi Pembangunan Nasional

Pehimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) sebagai lembaga yang bersentuhan langsung dengan realita masyarakat di level grass root, dituntut harus mampu melakukan pembacaan, memberikan pernahaman serta melakukan pendampingan dari perilaku dan ancaman yang akan menghegemoni masyarakatnya, baik secara fisik maupun pernikiran. Sebab sebagai sebuah lembaga yang berada di tengah-tengah antara penguasa (dalarn hal ini pemerintah dan lembaga

public service lainnya) di satu sisi dan rakyat (masyarakat ataupun anggotanya) di sisi lain, Pehimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) mampu menjadi lidah penyambung antara dua sisi yang sangat rentan terjadi konflik kepentingan. Sebagai lembaga yang berada di tengah-tengah (penyeimbang dari tindakan penguasa yang lebih superior di hadapan rakyat), Pehimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) bersikap sebagai pihak yang independent, bukan malah memposisikan diri sebagai pembela rakyat maupun penguasa. Walaupun dalam banyak kasus rakyat selalu menjadi obyek derita dari kebijakan yang dikeluarkan oleh penguasa, namun ada juga rakyat yang secara semena-mena telah melakukan pengrusakan terhadap lingkungan hidup, misalnya, sehingga perlu diadakan pembinaan dan penyadaran kolektif masyarakat. Namun dalam kasus Korupsi, jelas Pehimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) akan menjadi pelindung rakyat.

Ada beberapa langkah yang dilaksanakan Pehimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) baik secara langsung bersarna-sama masyarakat ataupun melalui Birokrasi Pemerintahan yang terkait untuk mengikis habis praktik KKN dalarn kehidupan masyarakat.

1. Esensial

Niat untuk menanggulangi korupsi harus menjadi tujuan bersama dari segenap komponen masyarakat. Artinya dengan niat suci ada semangat dan keberanian

untuk mengambil resiko apapun yang tidak mudah dihadapi, terutama di kalangan elite baru kemudian upaya yang lebih strategis dapat dilakukan. Hal ini bisa dilakukan dengan kampanye serta aksi solidaritas dlm skala nasional baik lewat mass media maupun dialog dan seminar.

2. Ideal

Langkah ideal adalah upaya jangka panjang yang berkelanjutan, yaitu menanamkan nilai budaya dan moralitas kepada masyarakat,terutama generasi muda, untuk meyakini bahwa praktik korupsi itu adalah sesuatu yang buruk dan jahat, baik bagi diri sendiri maupun masyarakat dan Negara. Upaya ini dapat dilakukan lewat pendidikan moral baik di tingkat masyarakat ataupun di kalangan birokrat.

3. Strategis

Langkah ini dilakukan dengan upaya keras untuk menutup semua lubang dan kesempatan bagaimanapun kecilnya, yang memungkinkan digunakan untuk berlangsungnya praktik korupsi. Menegakkan kepastian hukum tanpa diskriminatif, optimalisasi lembaga pemberantasan korupsi menutup celah-celah penyimpangan & kesalahan interpretasi UU. (hukum) sehingga substansi hukum tidak dapat dipermainkan lagi oleh para lawyer.

Ada banyak teori tentang bagaimana membangun perencanaan strategis, langkah taktis serta manajerial issue dan komunikasi massa yang harus dilakukan oleh Pehimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) agar misi dan target dapat tercapai. Namun yang paling penting, dalam mengaplikasikan segala teorinya tersebut, mulai dari Advokasi, MoU, class action dan lain sebagainya, seharusnya lebih ditujukan untuk meningkatkan nalar kritis (memberdayakan masyarakat) dengan meningkatkan keberanian masyarakat untuk berbicara dalam lingkaran struktur kekuasaan. Sehingga pada saat Pehimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) tersebut lepas dari satu lembaga etalase dan beralih membina lembaga etalase yang lain, yang terjadi adalah pemberdayaan masyarakat.

Ketergantungan masyarakat grass root kepada sebuah lembaga Pehimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) menjadi hilang dan keberanian untuk berbicara dalam struktur politik dapat muncul.

Korupsi di Indonesia telah menjadi bagian dari budaya bangsa, sehingga budaya haruslah dilawan dengan budaya baru. PMKRI harus dapat membuat dan mendeklarasikan budaya baru (minimal membongkar budaya tersebut) yang lebih membawa masyarakat ke jenjang kehidupan yang lebih baik. Tutup seluruh celah dan peluang terjadinya praktik korupsi serta bersilhkan sedikit demi sedikit para oknum birokrasi dari budaya korupsi. Selamatkan mereka dari budaya yang salah dan menjerumuskan rakyat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga menjadi para birokrat yang bersih dan bebas dari KKN.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa PMKRI sangatlah berperan dalam perubahan Orde lama ke Orde baru. Untuk memberikan penjelasan atas penarikan kesimpulan tersebut, ada beberapa hal yang perlu dipaparkan sebagai hasil analisis yaitu

1. Pada awal munculnya PMKRI didasarkan dengan jiwa perjuangan para pahlawan kita yang rela mati di dalam merebut kemerdekaan di tangan penjajah. Dasar semangat inilah yang memberikan semangat bagi para pendirinya untuk bersama membentuk orang-orang yang mampu bertarung dalam mempertahankan keberadaan pancasila sebagai dasar negara. Karenanya dalam menjadi kader PMKRI akan menghadapi beberapa tahap pengkaderan agar menjadi anggota PMKRI yang utuh.

2. PMKRI yang organisasinya bersifat dalam bentuk sosial kemasyarakatan bertujuan untuk mengembangkan potensi diri dalam rangka mewiujudkan aspek-aspek sifat kemanusiaan yang sudah memudar di era sekarang ini. Potensi diri yang harusnya dimiliki para mahasiwa yang menjadi cikal bakal dari kreatifitas pola pikir dalam membantu kepedulian terhadap masalah-masalah yang dialami oleh masyarakat, yang mana sikap acuh tak acuh sering ditemukan hampir di setiap diri mahasiswa. Sehingga diharapkan PMKRI hadir bertujuan mengembalikan semangat-semangat yang dulunya berkobar, ke tengah-tengah jiwa para anggotanya.

3. PMKRI merupakan perwujudan sebagai salah satu dari bagian dari perubahan politik di Indonesia. Pada masa perubahan orde lama ke orde baru dalam mempertahankan Ideologi Pancasila sebagaimana kita yakini merupakan jiwa, kepribadian dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang dijadikan

sebagai azas tunggal bagi semua organisasi. Disamping itu juga telah dibuktikan dengan kenyataan sejarah bahwa Pancasila merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan karena menjadikan bangsa Indonesia bersatu. Pancasila dijadikan ideologi dikerenakan pancasila memiliki nilai-nilai falsafah mendasar dan rasional. Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai dasar dalam mengatur kehidupan bernegara. Selain itu, Pancasila juga merupakan wujud dari konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara modern yang disepakati oleh para pendiri negara Republik Indonesia kemudian nilai kandungan Pancasila dilestarikan dari generasi ke generasi.

4. PMKRI Menghimpun kekuatan gerakan mahasiswa, Gerakan Mahasiswa Indonesia selama ini dalam membela dan berjuang bersama rakyat tertindas tampaknya selalu mendapat hambatan. Refleksi dan munculnya kritik semakin menyadarkan mereka bahwa untuk melakukan perubahan secara ekonomi politik perlu dibangun kerja sama yang lebih luas dengan kekuatan elemen rakyat lainnya serta membuka jaringan yang sifatnya internasional, bersama KAMI yaitu Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia yang beranggotakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Mapancas (Mahasiswa Pancasila), Somal (Sekretariat Mahasiswa Lokal), IMM ( Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), Semmi (Sekretariat Mahasiswa Muslimin Indonesia), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), Pelmasi (Pelopor Mahasiswa Sosialis Indonesia), dan GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia). Seperti yang terjadi pada tahun 1960 ketika HMI dikeluarkan dari PPMI (Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia) karena HMI dinilai memiliki kekuatan kuat sehingga untuk mengantisipasinya kekuatan komunis berniat mengeluarkan mereka dari organisasi itu. PMKRI yang melihat HMI memiliki pandangan yang sama dengan menentang secara tegas terhadap komunis (antikomunis) memiliki

hubungan yang erat. PMKRI dengan tegas mendukung keberadaan HMI dan menolak jelas dari saran CGMI dengan mengatakan bahwa HMI “tidak kontrarevolusi” sehingga tidak ada alasan pemerintah untuk membubarkannya.

Kesimpulan tersebuat secara jelas mendeskripsikan PMKRI menjadi sebuah organisasi mahasiswa dengan sejarah yang panjang tentunya memiliki tempat tersendiri bagi perkembangan dan pembangunan di Indonesia tentunya akan terus berjuang demi kemajuan bangsa demi terciptanya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat didunia Internasional.

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka yang menjadi saran penulis adalah sebagai berikut:

1. Kehadiran pemerintah secara konkret diperlukan dimana perubahan mendasar yang perlu dilakukan adalah terhadap cara pandang negara (pemerintah) terhadap cara pandang melihat pancasila yang harus selalu dipertahankan dengan cara apapun.

2. Secara empirik, maka pemerintahan yang paling baik adalah pemerintahan yang bersumber dan bertujuan pada penghargaan terhadap kepentingan negara menjadi harga mati untuk diperjuangkan.

3. Mahasiswa yang menjadi agent of change haruslah bisa berbuat dan bertindak seperti para pendahulu kita. Kerinduan akan peran mahasiswa yang banyak melakukan penyelamatan terhadap negara seperti angkatan 66 dan angkatan 98 harusnya menjadi motivasi bagi mahasiswa sekarang untuk selalu berpihak kepada rakyat. Gerakan-gerakan mahasiswa haruslah berani demi

memperjuangkan aspirasi masyarakat maupun mempertahankan kebangsaan negara dan harus terarah langkahnya.

DAFTAR PUSTAKA