• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Sebagai Proses Komunikas

E. Kajian Pustaka

2. Pendidikan Sebagai Proses Komunikas

Pendidikan adalah komunikasi ditinjau dari prosesnya. Ini berarti bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan.27 Mata pelajaran di dalam kurikulum disebut pesan. Pesan adalah informasi yang ditransmisikan atau diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai, ataupun data.28

Komunikasi dalam pendidikan merupakan unsur yang sangat penting kedudukannya dan berperan dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang bersangkutan. Di sini komunikasi tidak lagi bersifat bebas. Kegiatan komunikasi merupakan suatu upaya yang direncanakan, setidaknya oleh satu pihak (pendidik) ke pihak lain (sasaran didik) supaya berperilaku sesuai dengan syarat

syarat tertentu guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.29

Di dalam dunia pendidikan, dikenal istilah komunikasi instruksional. Bidang instruksional merupakan kegiatan proses belajar mengajar dan merupakan bagian utama dari proses pendidikan secara keseluruhan. Bagian ini didominasi oleh unsur komunikasi, terutama komunikasi pendidikan dan lebih khusus lagi komunikasi instruksional.

27

Onong Uchjana Effendy. Op.Cit. hlm. 101

28 Pawit M. Yusup, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 1990) hlm. 20

29

Istilah instruksional berasal dari kata instruction yang berarti pengajaran, pelajaran, atau bahkan perintah atau instruksi. Menurut

International Dictionary of English Language, instructional berarti memberikan pengetahuan atau informasi khusus dengan maksud melatih dalam berbagai bidang khusus, memberikan keahlian atau pengetahuan dalam berbagai bidang seni atau spesialisasi tertentu.30

Bidang kajian komunikasi instruksional bersifat lebih langsung menyentuh sasaran-sasaran yang lebih praktis dan lebih ditujukan kepada aspek aspek operasionalisasi pendidikan, terutama aspek membelajarkan sasaran.

komunikator sengaja dipersiapkan secara khusus untuk mencapai efek perubahan perilaku pada diri sasaran.31 Perubahan yang diharapkankan meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan (kognitif, afektif, psikomotorik).32

Kaitannya dengan objek penelitian, maka komunikasi pendidikan yang dimaksud oleh peneliti adalah komunikasi pendidikan seksual untuk remaja autisme.

Pada saat penyandang autisme memasuki masa remaja, orang tua dan guru perlu mempersiapkan diri untuk memberikan pengetahuan keterampilan

30Ibid. hlm. 17-18

31Ibid. hlm. 3

32

khususnya mengenai seksualitas untuk membantu mengarahkan mereka memasuki dunia dewasa.

Seksualitas adalah integrasi dari perasaan, kebutuhan, dan hasrat yang membentuk kepribadian unik seseorang, mengungkapkan kecenderungan seseorang untuk menjadi pria atau wanita. Seks, sebaliknya, didefinisikan sebagai jenis kelamin atau kegiatan/aktifitas dari hubungan fisik seks itu sendiri.33

Haracopos dan Pedersen (1992) sebagaimana dikutip oleh Bugi Rustamadji dan Sri Sudaryati, menekankan bahwa setelah disadari seksualitas mempengaruhi emosi dan perilaku manusia, maka permasalahan ini harus diberi perhatian yang lebih khusus.34

Pada survey yang dilakukan oleh Ousley dan Mezibov, 21 anak high functioning autism ditanya mengenai pengetahuan mereka, pengalaman dan keinginan mereka sehubungan dengan seksualitas. Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak frustasi pada pria autis dewasa karena perbedaan antara minat terhadap aktivitas seksual dan pengalaman seksual mereka.35 Rasa frustasi tersebut tentu tidak sehat, apalagi bila anak bingung dengan berbagai perubahan fisik dan hormon dalam dirinya. Karena itu penting

33

http://puterakembara.org /seksualitas.shtml. 22/07/2010/12.43

34 Bugi Rustamadji dan Sri Sudaryati. Op.Cit. hlm. 58

35 http://puterakembara.org

sekali memberikan informasi positif mengenai seksualitas sejak usia dini. Pendidikan seksual yang terus menerus juga akan membantu mengurangi stres dan perasaan terisolir yang biasanya muncul pada remaja autisme.

Menurut Sarlito, pendidikan seksual sebagaimana pendidikan lain pada umumnya mengandung pengalihan nilai nilai dari pendidik ke subjek didik. Informasi tentang seks tidak diberikan secara gamblang melainkan diberikan secara kontekstual, yaitu dalam kaitannya dengan norma norma yang berlaku dalam masyarakat.36

Menurut Adams, seperti dikutip Dyah Puspita tujuan pendidikan seksual bagi remaja autisme adalah : 37

1. Sadar dan menghargai ciri seksualitas diri sendiri

2. Memahami perbedaan mendasar antara anatomi pria dan wanita, serta peran masing masing gender dalam reproduksi manusia

3. Mengerti perubahan fisik dan emosi yang akan dialaminya, termasuk masalah menstruasi, mimpi basah, perasaan yang berubah ubah, tumbuhnya bulu di sekitar tubuh, perubahan bau badan, dsb.

4. Memahami bahwa tidak ada seorangpun berhak melakukan tidakan seksual atas dirinya tanpa izin.

5. Memahami tanggung jawab yang terlibat bila kita memiliki keturunan.

36

Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2004) hlm. 188

37 http://puterakembara.org

6. Memahami bahwa cara cara kontrol kelahiran (metode keluarga berencana) harus dilakukan, kecuali anak memang dikehendaki dan dapat dirawat dengan baik serta bertanggung jawab.

7. Memahami peran dan tanggung jawabnya dalam menjaga kesehatan diri dan orang lain

8. Tahu dan dapat mencari bantuan untuk masalah tertentu bilamana diperlukan.

9. Memahami makna norma masyarakat mengenai perilaku seksual yang pantas di lingkungannya.

Pendidikan kesehatan seksual meliputi penggunaan bahasa untuk memulai dan mempertahankan suatu percakapan, pemahaman terhadap arti kata kata tersamar/tersembunyi, terutama ungkapan tertentu saat berkenaan dengan anatomi lelaki dan perempuan. Juga mengajarkan tentang perilaku yang benar secara sosial etika, seperti menahan diri dari menyesuaikan pakaian dalam atau meraba sendiri dengan cara yang tidak layak.38

Gaya dalam mengajarkan konsep konsep keterampilan sosial, kesehatan, pendidikan seksual dan pendidikan mengenai hubungan antar

38

individu yang rumit harus melalui strategi dan instruksi yang sudah terbukti berhasil bagi individu tersebut. Antara lain :39

1. Penjelasan singkat dan harafiah 2. Contoh contoh konkrit 3. Saat

4. Cerita sosial (social stories)

5. Pengulangan 6. Bermain peran

7. Tugas perlangkah yang dipasangkan dengan alat bantu visual 8. Errorless teaching

9. Latihan memasangkan gambar dengan tulisan, dsb

Schwier dan Hingsburger, sebagaimana dikutip oleh Dyah Puspita, mengusulkan untuk mengajarkan beberapa hal sesuai usia mental anak : 40