• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekilas Tentang SLA Fredofios

DESKRIPSI LOKAS

A. Sekilas Tentang SLA Fredofios

1. Sejarah Berdirinya SLA Fredofios 86

Sekolah Lanjutan Autis Fredofios didirikan dan telah diresmikan oleh GKR Hemas pada tanggal 3 April 2003. Nama Fredofios diambil dari nama Mr. Fred Vrugteveen, seorang konsultan autisme dari Belanda, serta Ofiq dan Osi, dua siswa pertama di sekolah tersebut.

Ofiq dan Osi merupakan cikal bakal berdirinya SLA Fredofios. Sebelumnya kedua murid ini sekolah di SLB Autis Fajar Nugraha. Pada saat Osi berusia 15 tahun, SLB Autis Fajar Nugraha merasa manajemennya tidak mampu lagi meningkatkan kinerja remaja autis dan membuat kebijaksanaan untuk mengeluarkan Osi. Pada saat ada surat penghentian untuk tidak masuk ke sekolah lagi, orangtua Osi meminta agar manajemen sekolah mengizinkan pemanfaatan tenaga konsultan paling tidak selama satu tahun dan menggunakan satu guru untuk mengajar Osi. Pak Fred selaku konsultan sekolah Fajar Nugraha menyambut baik permintaan tersebut dan menyediakan garasi rumahnya sebagai tempat belajar. Ofiq yang pada waktu itu berusia 14 tahun kemudian bergabung dengan Osi.

86

Untuk membentuk suasana sekolah, garasi diberi partisi dengan pintu dan jendela. Kebutuhan sekolah seperti meja, kursi, papan tulis, komputer, peralatan memasak pun disediakan. Pada kenyataannya anak anak berkembang pesat dengan lepas dari anak anak lain yang lebih kecil. Guru, konsultan dan orangtua dapat membahas masalah materi pendidikan setiap saat tanpa perlu menunggu rapat, meskipun rapat resmi demi kemajuan pendidikan pun sering kali dilakukan. Selain kegiatan yang bersifat akademis, kegiatan berenang, melukis, memasak, dan sosialisasi dengan masyarakat pun semakin intensif dilakukan.

Orangtua menyadari bahwa anak autis dapat hidup mandiri dan digali potensinya secara maksimal melalui pendidikan yang tepat. Dasar pemikiran inilah yang kemudian mendorong orangtua Ofiq dan Osi bekerjasama dengan Pak Fred untuk mendirikan sekolah lanjutan khusus untuk remaja autisme. Orangtua Ofiq bersedia membuatkan gedung sekolah yang letaknya tidak jauh dari rumah Ofiq, orang tua Osi (Bapak) bersedia mengelola dan mengembangkan sekolah, sementara Pak Fred bersedia menjadi konsultan sekolah setelah beliau pensiun dari SLB Autis Fajar Nugraha.

Adanya sarana dan prasarana didukung dengan individu individu yang berkeinginan kuat, menjadikan Fredofios tidak hanya sebagai tempat belajar bagi remaja autisme, tetapi juga sebagai pusat informasi dan pelatihan bagi masyarkat luas. Sekolah yang terletak di Jl. Perumnas Gg Indragiri II / 11 B, Sleman, Yogyakarta ini secara aktif menyelenggarakan berbagai pelatihan bagi guru

guru autis, orangtua dan masyarakat. Telah pula dijalin kerjasama yang baik dengan LSM nasional dan internasional, para professional, universitas, dan institut sampai ke birokrasi pendidikan. Penyebaran informasi mengenai sekolah dan autisme juga dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media, seperti koran, majalah, radio, maupun televisi swasta dan nasional. Banyak pula permintaan dari luar daerah untuk berbicara tentang pendidikan autis, baik dari Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.

SLA Fredofios terus meningkatan kualitasnya, baik dari segi SDM maupun hal hal yang berkaitan dengan pendidikan sekolah. Saat ini jumlah guru yang mengajar ada 8 orang, terdiri dari 5 guru tetap dan 3 lainnya yang mengajar pelajaran melukis, seni musik, dan kesenian.

2. Visi dan Misi87 a. VISI

Mendidik para remaja dan dewasa autis serta anak berkebutuhan khusus untuk dapat berkarya dan berguna bagi lingkungannya dengan kemandirian penuh.

b. MISI

Mengembangkan dan mengoptimalkan bakat remaja dan dewasa autis serta anak berkebutuhan khusus untuk berkarya demi masa depannya.

87

Memberi kesempatan remaja dan dewasa autis serta anak berkebutuhan khusus untuk dididik secara formal dengan kurikulum yang komprehensif.

Membuka kesempatan semua pihak untuk memperdalam pendidikan autis dan anak berkebutuhan khusus.

Menjadi sumber informasi pendidikan autisme dan anak berkebutuhan khusus.

Menjadi wahana untuk pelatihan pelatihan.

3. Jaringan SLA Fredofios88

Dalam pendidikan autisme permasalahan yang harus ditangani sangatlah kompleks. Oleh karena itu penanganannya tidak cukup hanya dengan satu disiplin ilmu. Diperlukan pemikiran dari berbagai pihak, baik guru, terapis, psikolog, dokter, psikiatris, maupun dari pihak-pihak lain yang berkaitan dengan pendidikan autisme. Selain itu diperlukan juga partisipasi dari bidang-bidang non pendidikan yang dapat mendukung sarana dan prasarana serta pendanaan pendidikan autisme ini. Untuk bisa melaksanakan fungsi sekolah secara maksimal, Sekolah Lanjutan Autis Fredofios bekerjasama dengan banyak pihak untuk pengadaan dan pengembangan pendidikan autisme.

Jaringan kerja SLA Fredofios antara lain : a. VSO (Voluntary Service Overseas)

88

b. SKN (Stichting kinderpostzegels Nederland ) c. Sekolah autis di Manila Philipina

d. Sekolah - sekolah autis di Yogyakarta e. PGAY ( Persatuan Guru Autis Yogyakarta ) f. Dinas Pendidikan Yogyakarta

g. P3TKA ( Pusat Pengkajian dan Pengamatan Tumbuh Kembang Anak ) h. Sekolah berkebutuhan khusus Kasih Karunia di Surabaya

i. Kubca Samakta (lembaga pusat pelatihan ketrampilan remaja tuna rungu di Bandung)

j.

Selain jaringan kerja di atas, ada berberapa jaringan kerjasama untuk

karta, percetakan di Yogyakarta. Jaringan untuk magang ini dalam proses penambahan dengan waktu yang tidak terbatas.

4. Sasaran Program Pendidikan SLA Fredofios89

Sasaran program pendidikan di SLA Fredofios adalah siswa dengan kriteria :

a. Anak termasuk dalam spektrum autis, gangguan komunikasi, atau kesulitan belajar.

89 Wawancara dengan informan Abdu Somad pada 4 April 2011 pukul 13.30 wib di Ruang I SLA

b. Memiliki surat keterangan hasil diagnosa / rekomendasi dari P3TKA atau lembaga lain yang berkompeten (psikolog atau psikiater).

c. Pada waktu mendaftar telah berusia 10 22 tahun.

d. Memiliki kemampuan kemandirian : toilet training, makan dan minum, sosialisasi dalam kelompok kecil, serta baca dan tulis dasar.

e. Tidak memiliki tuna ganda dan mampu didik. f. Mengerti bahasa

g. Dapat mengungkapkan keinginan secara verbal/nonverbal.

Dari kriteria di atas, saat ini Sekolah Lanjutan Autis Fredofios memiliki 8 orang siswa.

Tabel 2.1

Daftar Siswa SLA Fredofios

No Nama Usia Jenis

Kelamin Jenis Difabel 1 M. Harun Arrofiq Siregar 23 th Laki - laki Autis 2 Mutia Diah Listyowati 22 th Perempuan Slow Learner 3 Ivan Raditya Utama 13 th Laki - laki Autis 4 Dian Kartika Sari 25 th Perempuan Slow Learner 5 Darmayu Pratyakso 16 th Laki - laki Autis 6 Adyatma Wajendra S. 11 th Laki - laki Autis

7 Claudia Anastasia 18 th Perempuan Autis

8 Jason Farel Roediyanto 12 th Laki - laki Autis

5. Denah Lokasi

Gambar 2.1

Denah Ruang Sekolah Lanjutan Autis Fredofios

6. Biaya Pendidikan90

Biaya pendidikan di SLA Fredofios meliputi :

a. Biaya pendaftaran sebesar Rp 250.000,- yang dibayarkan pada saat calon siswa mendaftar di Sekolah Lanjutan Autis Fredofios.

90

Buku Kurikulum SLA Fredofios Yogyakarta

17 10 21 20 15 14 13 11 2 3 4 5 9 6 7 8 16 18 19 Keterangan Gambar : 1. Halaman sekolah 2. Ruang I (kelas) 3. Ruang tamu 4. Kantor guru 5. Aula sekolah/Hall 6. Ruang II (kelas)

7. Ruang III (kelas)

8. Ruang IV (kelas)

9. Ruang computer dan fotokopi

10. Gudang 11. Dapur 12. Rak piring 13. Tempat wudhu 14. Kamar mandi 15. Kamar mandi 16. Ruang music 17. Parkir

18. Ruang baca (lantai 2)

19. Ruang aksesoris (lantai 2)

20. Dapur (lantai 2)

21. Kamar mandi (lantai 2)

12

b. Biaya Pendidikan (SPP) sebesar Rp 900.000,-/bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya.

c. Biaya/sumbangan gedung sebesar Rp 7.000.000,- dengan sistem pembayaran :

Angsuran I sebesar Rp 2.000.000,-

(Selanjutnya dapat diangsur selama 6 bulan).

Jika dalam satu tahun pengamatan dan observasi berkala siswa mengalami perubahan perkembangan yang tidak dapat ditangani sekolah maka siswa akan dikembalikan pada orang tua. Jika siswa yang dikembalikan pada orang tua dalam masa pendidikan 1 tahun atau kurang, maka biaya/sumbangan gedung akan dikembalikan sebesar 50% dari jumlah yang sudah dibayar.

Jika masa belajar selama 1 tahun maka uang gedung akan dikembalikan 2 juta.

Jika masa belajar selama 2 tahun maka uang gedung akan dikembalikan 1 juta.

Jika masa belajar selama 2 tahun lebih, maka uang tidak akan dikembalikan.

7. Kurikulum Pendidikan91

Kurikulum pendidikan untuk remaja autisme dirancang berdasarkan pengalaman pengalaman di lapangan dan teori teori yang sudah disesuaikan dengan perkembangan intelektual remaja remaja autisme. Isi kurikulum biasanya terdiri dari semua ketrampilan yang diperlukan anak autis untuk bisa berperan seoptimal mungkin dalam lingkungan masyarakat.

Karena siswa autisme mengalami kesulitan dalam mengatur informasi dengan baik dan kurang mengerti lingkungannya, maka pendidikan di SLA Fredofios menerapkan sistem struktur dan memanfaatkan bantuan visual dan bantuan konkrit. Tujuan dari penyusunan kurikulum adalah untuk memudahkan para siswa menghubungkan teori dan praktek sehingga mereka lebih mengerti situasi di lingkungan mereka.

Fungsi kurikulum adalah :

Memperlihatkan kegiatan di SLA Fredofios. Menjelaskan cara mengajar di SLA Fredofios.

Menjelaskan visi misi untuk sekarang dan masa depan mengenai anak autis remaja.

Menjelaskan tanggung jawab orang orang yang terlibat dalam organisasi SLA Fredofios.

91

Fokus pendidikan di Sekolah Lanjutan Autis Fredofios, selain program akademis juga difokuskan pada yaitu apa yang diperlukan dalam kehidupan sehari hari dalam lingkungan masyarakat secara mandiri dan sesuai bakat minat siswa.

Program pendidikan yang ditawarkan SLA Fredofios antara lain : Pendidikan Akademik

Pelajaran akademik berupa pelajaran Matematika, IPA, IPS, Agama, Bahasa Indonesia, Bahasa inggris, dan Bahasa Jawa. Materi setiap pelajaran biasanya bersifat praktis dalam kehidupan sehari hari mereka dan disesuaikan dengan kebutuhan anak. Pada pelajaran matematika misalnya, guru mengajarkan konsep uang pada anak, karena bagi remaja autisme, terkadang bingung dengan fungsi uang. Mereka mengetahui nominalnya, tetapi bingung jika diterapkan dalam jual beli.

Pendidikan Keterampilan

Pendidikan ketrampilan berupa pembuatan aksesoris, seperti tasbih, kalung, gelang, dan berbagai hiasan dari kain flannel. Selain itu ada juga pelajaran daur ulang kertas, fotokopi dan jilid, komputer, melukis, musik, dan memasak. Tujuan dari pendidikan ketrampilan adalah untuk membekali anak dengan berbagai keahlian agar anak bisa hidup mandiri dan diharapkan dapat memiliki keahlian sebagai mata pencaharian mereka nantinya.

Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani ditujukan untuk melatih motorik mereka. Setiap minggunya siswa mendapat pelajaran berenang, kebugaran, dan pelajaran olah raga.

Pendidikan Sosialisasi

Selain pelajaran akademik dan ketrampilan. Setiap hari sabtu sekolah mengadakan program outing. Misalnya berbelanja di Mall, nonton film, atau ke tempat tempat umum lainnya. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi anak dan agar anak terbiasa dengan tempat tempat ramai.

Pendidikan Komunikasi

Pendidikan komunikasi penting diberikan karena sebagian besar penyandang autisme bermasalah dengan komunikasi. Fungsinya adalah agar mereka dapat menyampaikan keinginannya, baik secara verbal atau dengan menggunakan media.

Sistem Belajar

Dasar pendidikan adalah program TEACCH Sesuai dengan tingkat kemampuan anak

Sasarannya pada : minat, bakat anak, dan proses kemandirian Melibatkan peran aktif dari orang tua

Menggunakan Strategi Visual : Teks, poster, foto, TV/VCD

Remaja autis, dengan segala keterbatasan dan kelebihan yang dimiliki dapat diberdayakan secara optimal dengan proses pendidikan yang tepat. Untuk mengetahui apakah pendidikan yang diberikan sudah benar, diperlukan observasi terus menerus pada proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Diperlukan suatu acuan dalam proses KBM ini agar dapat dimonitor dan dievaluasi tingkat kemajuan dan perkembangan pendidikan pada anak dan remaja autis. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan anak dan remaja autis sangat diperlukan sebagai pedoman mengajar dan acuan dasar dalam mengevaluasi kemajuan dan perkembangan remaja autis.

8. Sarana dan Prasarana92

Untuk menunjang kelangsungan proses belajar mengajar maka SLA Fredofios melengkapi sekolahnya dengan berbagai fasilitas, antara lain : a. Gedung Sekolah

Gedung sekolah ini milik Yayasan Autisma Nusantara, yaitu yayasan yang memayungi SLA Fredofios, sehingga dapat dikatakan gedung sekolah

dan tujuan pendidikan autis sehingga anak merasa senang dan nyaman. Gedung sekolah terdiri dari :

Ruang Kelas

92

Digunakan untuk kegiatan belajar mengajar akademik. Ruang kelas di SLA Fredofios semuanya berjumlah 4 ruangan.

Ruang Komputer

Digunakan untuk praktek komputer sehingga anak anak terlatih dalam mengoperasikan komputer.

Ruang Musik

Ruangan ini kedap suara dan digunakan untuk berlatih musik. Ruang Ketrampilan

Digunakan untuk kegiatan ketrampilan dan melukis. Dapur

Digunakan untuk memasak Aula Sekolah/Hall

Digunakan untuk kegiatan yang melibatkan banyak peserta dan kegiatan yang memerlukan tempat luas. Biasanya Hall juga digunakan sebagai ruang pertemuan pada saat ada rapat.

Kantor

Digunakan sebagai ruang kepala sekolah serta guru guru. Lantai 2

Digunakan untuk ruang istirahat serta ruang baca. Selain itu Lantai 2 juga biasanya digunakan pada saat pelajaran aksesoris dan memasak.

b. Buku buku

Buku buku yang tersedia digunakan sebagai bahan modifikasi pelajaran dan bahan bacaan penambah pengetahuan, buku pelajaran SD kelas V-VI, buku pelajaran SMP kelas I,II,III dan bahan bahan dari koran, majalah, ensiklopedi sesuai bakat minat.

c. Komputer

Sekolah Lanjutan Autis Fredofios memiliki 5 komputer yang digunakan sebagai alat praktek komputer bagi siswa dan administrasi guru.

d. Peralatan musik

Drum, organ, angklung, gitar, suling, clarinet, dan sebagainya. Alat alat musik ini digunakan untuk berlatih musik baik siswa maupun guru. e. Peralatan audio-visual

TV, video, kamera, LCD, laptop, radio, handycam, sebagai media audio visual dalam proses belajar mengajar.

f. Peralatan masak

Panci, penggorengan, kompor, dan rice cooker g. Peralatan ketrampilan

Segala peralatan yang dibutuhkan untuk pelajaran aksesoris, seperti mote, kain flannel, jarum, benang, lem tembak, dan sebagainya.

h. Peralatan bina diri

Sulak, sapu, setrika, dan perlengkapan mencuci. i. Peralatan daur ulang

j. Almari, kulkas, file, cabinet, meja dan kursi.

Semua fasilitas di atas, dimaksudkan untuk mempersiapkan anak semandiri mungkin.