• Tidak ada hasil yang ditemukan

Remaja Autisme Sebagai Sasaran Komunikas

E. Kajian Pustaka

5. Remaja Autisme Sebagai Sasaran Komunikas

Autisme merupakan gangguan perkembangan yang ditunjukkan oleh beberapa gejala berupa masalah perkembangan seperti kurangnya kemampuan berkomunikasi, berinteraksi sosial, fungsi kognitif, perilaku, serta kemampuan sensorik. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Menurut kriteria diagnostik dalam DSM IV52 karakteristik penyandang autisme meliputi :

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.

52 Handojo, Op.Cit. hlm. 16-17.

DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual) merupakan rumusan diagnosis autisme yang dibuat oleh grup psikiatri Amerika Serikat.

a. Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai. Kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang kurang tertuju.

b. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya.

c. Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.

d. Kurangnya hubungan emosional dan sosial yang timbal balik.

2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi.

a. Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang.

b. Bila bisa bicara, bicara tidak dipakai untuk komunikasi.

c. Sering menggunakan bahasa aneh yang diulang-ulang

d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru

3. Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku, minat, dan kegiatan.

a. Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan.

b. Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tak ada gunanya.

c. Ada gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.

d. Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda.

Penyandang autisme mengalami gangguan pada fungsi kognisinya. Ini berarti otak mereka memproses informasi dengan cara berbeda. Mereka mendengar, melihat, dan merasa tetapi otak mereka memperlakukan informasi ini dengan cara yang berbeda. Siegel sebagaimana dikutip oleh Dyah Puspita melaporkan ada beberapa ciri penyandang autisme dalam memproses informasi:53

a. Visual thinking

Mereka lebih mudah memahami hal konkrit (dapat dilihat dan dipegang) daripada hal abstrak. Biasanya ingatan atas berbagai konsep tersimpan dalam

daripada proses berpikir verbal. Individu dengan gaya berpikir seperti juga lebih menggunakan asosiasi daripada berpikir secara logis menggunakan logika.

b. Processing problems

Sebagian penyandang autisme mengalami kesulitan memproses data. Mereka cenderung terbatas dalam memahami common sense atau menggunakan akal sehat. Mereka sulit merangkai informasi verbal yang

53

Lokakarya, dan Pelatihan Kerjasama SLA Fredofios Yogyakarta Indonesia dengan Teree Des Hommes Netherlands, 2006

panjang (rangkaian instruksi), sulit diminta mengingat sesuatu sambil mengerjakan hal lain, dan sulit memahami bahasa lisan.

c. Sensory sensivities

Perkembangan yang kurang optimal pada sistem neurobiologis berpengaruh pada perkembangan indra mereka sehingga penyandang autisme sangat sensitif dengan suara, sentuhan, sulit mempersepsi irama yang tertampil dalam bentuk lagu, berbicara, jeda, dan saat untuk masuk dalam percakapan.

d. Communication frustation

Gangguan perkembangan bicara bahasa yang terjadi pada penyandang autisme sering membuat mereka frustasi karena masalah komunikasi. Mereka tidak mampu mengungkapkan diri secara efektif sehingga sering berteriak dan berperilaku negatif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

e. Social and emotional issue

Ciri lain yang sangat dominan adalah fiksasi atau keterpakuan akan sesuatu yang membuat penyandang autisme cenderung berpikir kaku. Keterpakuan akan sesuatu membuat mereka sulit memahami berbagai situasi sosial seperti tata cara pergaulan dan hukum sosialisasi yang sangat bervariasi tergantung kondisi dan situasi sesaat.

Hingga saat ini penyebab pasti autisme belum diketahui secara pasti. Ada beberapa faktor yang diduga menjadi pencetus gejala autisme.

a. Gangguan susunan saraf pusat

Ditemukan kelainan anatomi susunan saraf pusat pada beberapa tempat di dalam otak penyandang autisme. Banyak anak autisme yang mengalami pengecilan otak kecil, terutama pada lobus VI-VII. Kurangnya jumlah sel purkinje sebagai penghasil serotonin di lobus ini menyebabkan kacaunya proses penyaluran informasi antar otak.

b. Gangguan sistem pencernaan

Adanya gangguan metabolisme pencernaan yang menyebabkan anak kekurangan enzim sekretin. Dalam sebuah kasus, setelah mendapat suntikan sekretin, seorang penyandang autisme mengalami kemajuan luar biasa.

c. Peradangan dinding usus

Terjadinya peradangan usus yang disebabkan oleh virus yang kemungkinan adalah virus campak. Oleh karena itu, banyak orang tua yang kemudian menolak imunisasi MMR.

d. Faktor genetika

Ditemukan 20 gen yang terkait dengan autisme. Namun gejala autisme baru bisa muncul jika terjadi kombinasi banyak gen.

e. Keracunan logam berat

Berdasarkan tes laboratorium yang dilakukan pada rambut dan darah ditemukan kandungan logam berat dan beracun pada penyandang autisme. Arsenik, antimoni, kadmium, air raksa, dan timbul adalah racun otak yang sangat kuat. 54

Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan, gangguan pemahaman/pervasif dan bukan suatu bentuk penyakit mental. Dalam kasus gangguan pervasif, pendidikan khusus merupakan prioritas pertama dalam perawatan. Seseorang yang sakit mental, dulunya pernah normal sehingga diusahakan untuk membuatnya normal kembali. Dalam kasus autisme, kita harus menerima kenyataan bahwa gangguan perkembangan bersifat permanen (tetap).55

Autisme sesungguhnya adalah sekumpulan gejala klinis yang dilatarbelakangi berbagai faktor yang bervariasi, berkaitan satu sama lain, dan unik karena tidak sama untuk masing-masing kasus. Jadi setiap anak dalam spektrum autisme berbeda. Dari sinilah muncul nama Autism Spectrum Disorder (ASD). Berikut beberapa spektrum autisme :56

54

Bonny Danuatmaja, Terapi Anak Autis di Rumah (Jakara : Puspa Swara, 2003) hlm. 5

55 Theo Peeters. Op.Cit. hlm. 5-6

56 Kompilasi Hasil Seminar, Lokakarya, dan Pelatihan

Gambar 1.4

Spektrum Autisme

Sindrom Asperger sering disebut sebagai High Functioning Autism. Tidak seperti kebanyakan penyandang autisme, penyandang Asperger biasanya tidak mengalami masalah bahasa seperti halnya penyandang autisme infantil. Mereka tidak menunjukkan keterlambatan bicara dan mempunyai kosa kata yang sangat baik walaupun agak sulit untuk mengerti bahasa humor dan ironi.57

Penyandang asperger kebanyakan mempunyai intelegensi yang cukup baik bahkan di atas rata-rata. Oleh karena itu secara akademik, biasanya mereka tidak bermasalah dan mampu mengikuti pelajaran di sekolah umum dengan baik. Hal ini berbeda dengan autisme infantil. Sebagian besar penyandang autisme

57 Leny Marijani, Bunga Rampai II : Seputar Autisme dan Permasalahannya (Jakarta : Puterakembara

Foundation, 2010) hlm. 76 Autisme Infantil/Kanner/Klasik Sindrom Asperger PDD - NOS Sindrom Rett Gangguan Disintegrasi Masa Kanak-kanak

spektrum ini terdiagnosa mempunyai IQ dibawah normal bahkan masuk kategori

moderate mental retardasi. Meskipun demikian, kedua spektrum ini memiliki kesamaan dalam hal ketidakmampuan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Mereka juga sama-sama menunjukkan beberapa perilaku unik/rutinitas, walaupun dalam tingkatan yang berbeda (varying degree), bisa dari mild,

moderate, sampai severe.58

Tidak seperti anak autis yang bisa didiagnosa di bawah umur 2-3 tahun, penyandang asperger biasanya baru bisa terdekteksi pada saat berumur 6-11 tahun. Tantangan terbesar bagi penyandang asperger adalah dalam hal berinteraksi sosial. Pada umumnya, mereka suka berteman walaupun dengan gaya bahasa dan mimik yang formal dan terlihat aneh. Mereka sulit memulai percakapan dan sulit mengerti makna dari interaksi sosial.59

Gangguan autisme tidak bisa disembuhkan tetapi dapat ditanggulangi dengan terapi dini, terpadu, dan intensif. Gejala gejala autisme dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga anak bisa bergaul secara normal, tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat, berkarya, bahkan berkeluarga. Beberapa terapi yang tersedia antara lain, terapi medikamentosa (obat), biomedis, wicara, perilaku, dan okupasi.60

58Ibid.

59Ibid

60

Kekhawatiran yang selalu dialami oleh para orang tua adalah pada saat anak mereka yang menderita autisme memasuki masa remaja atau dewasa. Ketakutan apakah anak dapat melewati masa remaja mereka dengan baik dan hidup secara mandiri selalu menjadi masalah yang tidak terbantahkan.

Masa remaja disebut juga masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual.61

Masa remaja atau masa pubertas dibagi dalam 4 fase, yaitu :

a. Masa awal pubertas, disebut juga masa pueral atau pra-pubertas (12-14) b. Masa Menentang (fase negatif)

c. Masa Pubertas Sebenarnya (14-17 tahun) d. Masa Adolensi 62

Pada masa transisi ini, anak seringkali dibuat bingung dengan perubahan perubahan yang terjadi pada diri mereka. Perubahan yang terjadi meliputi :

61 Kartini Kartono, Psikologi Anak : Psikologi Perkembangan (Bandung : Mandar Maju, 1990) hlm.

148 62

a. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinu serta berlangsung dalam periode tertentu. Pertumbuhan internal meliputi perubahan ukuran alat pencernaan makanan, bertambahnya besar dan berat jantung dan paru paru, serta bertambah sempurnanya sistem kelenjar endoktrin/kelamin dan berbagai jaringan tubuh. Pertumbuhan eksternal meliputi bertambahnya tinggi badan, bertambahnya lingkar tubuh, perbandingan ukuran panjang dan lebar tubuh, ukuran besarnya organ seks, dan munculnya tanda tanda kelamin sekunder. 63

b. Perkembangan Emosi

Daniel Goleman sebagaimana dikutip oleh M. Ali dan M. Asrori memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap luap.64 Perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai diri sendiri.65

Perubahan emosional bagi anak dengan kebutuhan khusus (termasuk autisme) prosesnya cenderung lebih sulit karena minat mereka terhadap lawan

63

M. Ali dan M. Asrori, Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik (Jakarta : PT Bumi Aksara,

2004) hlm. 20

64Ibid. hlm. 62

65

jenis sering ditentang oleh lingkungan sehingga tidak ada informasi yang jelas. Biasanya mereka justru menarik diri sama sekali dari pergaulan karena tidak mampu menterjemahkan begitu banyak pesan tersirat dan aturan sosial yang membingungkan.66

c. Perkembangan Hubungan Sosial

Hubungan sosial individu berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia sekitarnya. Individu dengan autisme biasanya menjadi lebih mudah bersosialisasi pada saat mereka bertambah dewasa. Pada umumnya mereka lebih bisa berkomunikasi meskipun kemajuannya pelan dan terbatas. 67

Seksualitas merupakan topik yang sering dibicarakan pada saat anak menginjak usia remaja. Gillberg seperti dikutip Bugi Rustamadji dan Sri Sudaryati, menyebutkan tiga masalah utama yang secara kebetulan dibicarakan dalam diskusi diskusi tentang seksualitas pada remaja autisme, yaitu :

a. Mereka cenderung masturbasi di depan umum.

b. Mereka menunjukkan perilaku seksual yang tidak pantas terhadap orang lain.

66

Pernyataan Schwier & Hingsburger seperti dikutip oleh Dyah Puspita

/seksualitas.shtml. 22/07/2010/12.43

67 Simon Baron-Cohen & Patrick Bolton, Autism : The Fact (New York : Oxford University Press,

c. Kebanyakan dari mereka melakukan masturbasi dengan cara menyakiti diri. Selain itu banyak anak autis memperlihatkan perilaku seksual yang tidak lazim, hal ini dapat memicu terjadinya reaksi atau tanggapan yang salah dari masyarakat sehingga masalah itu sendiri menjadi terlalaikan. Dalam kenyataannya, problem seksual yang tidak terpecahkan dapat mengakibatkan menurunnya kualitas hidup.68