• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 4.1 Distribusi Karateristik Ibu Anak Autis YPAC Medan Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Pekerjaan Karekteristik Ibu f % Umur Ibu 29-36 9 36 37-44 10 40 45-52 6 24 Pendidikan Ibu SD 1 4,0 SMP 0 0,0 SMA 9 36,0 D3/S1 15 60,0 Pekerjaan IRT 16 64,0 Karyawan 2 8,0 PNS 7 28,0

Karakteristik ibu dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan. Dari hasil penelitian, diperoleh jumlah umur ibu yang terbanyak adalah usia 37-44 sebanyak 10 orang (40%), sedangkan untuk tingkat pendidikan ibu sangat beragam sebagian besar D3/ S1 sebanyak 15 orang (60%). Sebagian besar ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) atau lain-lain yaitu sebanyak 16 orang (64,0%).

Tabel 4.2.Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sumber Casein, Glutein Dan Suplemen

Pengetahuan f %

Cukup 11 44,0

Baik 14 56,0

Total 25 100,0

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas ibu tentang pengetahuan casein, glutein dan suplemen pada anak autis berada pada kategori baik yaitu sebanyak 14 orang (56,0%).

Tabel 4 3.Distribusi Sumber Casein pada Anak Autis YPAC Medan

Konsumsi

Sumber Casein f %

Tidak Baik 20 80,0

Baik 5 20,0

Total 25 100,0

Pada tabel 4.3 Menunjukkan bahwa mayoritas anak autis mengkonsumsi sumber casein yang berarti berada pada kategori tidak baik yaitu sebanyak 20 orang (80%).

Tabel 45.Distribusi Sumber Glutein pada Anak Autis YPAC Medan

Konsumsi Sumber

Glutein f %

Tidak Baik 18 72,0

Baik 7 28,0

Total 25 100,0

Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa mayoritas anak autis mengkonsumsi sumber glutein yang berarti berada pada kategori tidak baik yaitu sebanyak 18 orang (72%)

4 Tabel 4 6. Distribusi Konsumsi Suplemen pada Anak Autis YPAC Medan

Konsumsi Suplemen f % Tidak Baik 20 80,0 Baik 5 20,0 Total 25 100,0

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa mayoritas anak autis mengkonsumsi suplemen yang berada pada kategori tidak baik yaitu sebanyak 20 orang (20%)

Tabel 4.7. Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Konsumsi Sumber Casein pada Anak Autis YPAC Medan

Pengetahu an Ibu Konsumsi Sumber Casein Jumlah

Tidak Baik Baik

n % n % n % Cukup Baik 11 9 100,0 64,3 0 5 0 35,7 11 14 100, 100,

Dari tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa dari 14 orang yang berpengetahuan baik, terdapat 9 (64,3%) orang yang konsumsi sumber caseinya tidak baik, dan hanya 5 orang (35,7%) yang konsumsi sumber caseinya baik.

Tabel 8.Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Konsumsi sumber Glutein pada Anak Autis YPAC Medan

Pengetahu an Ibu Konsumsi Sumber Glutein Jumlah

Tidak Baik Baik

n % n % n % Cukup Baik 11 7 100,0 50,0 0 7 0,0 50,0 11 14 100,0 100,0

Dari tabel 4.8 diatas dapat dilihat dari 14 orang yang berpengetahuan baik, terdapat 7 orang (50,0%) yang konsumsi sumber gluteinya

tidak baik, sedangkan terdapat 7 orang (50,0%) yang konsumsi sumber gluteinya baik.

Tabel 4.9.Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Konsumsi Suplemen pada Anak Autis YPAC Medan

Pengetahu an Ibu

Konsumsi Suplemen Jumlah

Tidak Baik Baik

n % n % n % Cukup Baik 11 9 100,0 64,3 0 5 0,0 35,7 11 14 100,0 100,0

Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa dari 14 orang yang berpengetahuan baik, terdapat 9

orang (64,3%)yang konsumsi sumber

suplemenya tidak baik, sedangkan terdapat 5 orang (35,7%) yang konsumsi sumber suplemenya baik.

PEMBAHASAN

Konsumsi Makanan Sumber Casein, Glutein, Dan Suplemen Pada Anak Autis Di YPAC Medan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas anak autis masih mengonsumsi makanan yang mengandung sumber glutein yang berarti berada pada kategori tidak baik yaitu sebesar 72%. Adapun alasan ibu membiarkan anaknya mengonsumsi salah satu sumber glutein seperti yang sudah didapati beberapa anak mengkonsumsi wafer dan kue basah yang berbahan tepung terigu, karena anaknya suka dengan makanan tersebut kalau tidak diberikan mereka akan rewel bahkan ada anak yang sampai menyakiti dirinya sendiri seperti membenturkan kepalanya ke dinding karena emosi anak autis ini tidak terkontrol, untuk menghindari hal tersebut orang tua terpaksa memberikan makanan yang disukai dan dinginkan oleh anak autis.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas anak autis tidak mengonsumsi sumber suplemen yang berarti

5 berada pada kategori tidak baik yaitu sebesar 80%. Adapun alasan ibu dalam pemberian vitamin pada umumnya ibu mengatakan tidak melaksanakan lagi, karena ibu menganggap bahwa anaknya tidak perluh diberi vitamin, karena dari makanan saja sudah cukup ibu hanya memberi vitamin pada saat anaknya sulit makan saja jika selera makan anak autis membaik maka ibu tidak perlu lagi memberikan vitamin, selain itu ibu juga beranggapan harga vitamin yang khusus untuk anak autis sangatlah mahal harganya membuat ibu tidak memberikan lagi pada anak autis.

Pengetahuan Ibu Tentang Konsumsi Sumber Casein, Glutein Dan Suplemen Pada Anak Autis di YPAC Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan ibu berada pada kategori baik yaitu sebanyak 56,0%. Pendidikan seseorang berkaitan erat dengan pengetahuan dan sikap seseorang serta pola pikir dan wawasan seseorang. Pendidikan juga memiliki peranan penting dalam kualitas, lewat pendidikan diharapkan manusia dapat memperoleh pengetahuan. (Notoatmodjo, 2003) Pengetahuan ibu tentang manakah kandungan yang harus dihindari anak autis mayoritas ibu menjawab glutein dan casein sebesar 72%. yang berarti pengetahuan ibu berada pada kategori baik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, makanan yang mengandung susu sapi (casein) dan makanan yang mengandung terigu/ gandum (glutein) tidak baik dikonsumsi untuk anak autis karena menurut Winarno dan Agustina (2008) sekitar 50% anak autis mengalami kebocoran usus sehingga terjadi ketidak seimbangan flora usus, peptida berasal dari glutein dan casein yang tidak tercerna sempurna bersama aliran darah masuk ke otak yang akan menyebabkan gangguan susunan saraf pusat dan dapat berpengaruh terhadap persepsi, emosi, perilaku dan sensitivitas.

Pengetahuan ibu tentang pola makan yang baik dapat memberi dampak positif bagi

anak autis seperti, mayoritas ibu menjawab membuat anak berperilaku hiperaktif sebanyak 20 orang (80%) hal ini menunjukan bahwa pengetahuan ibu tentang hal ini salah, dikarenakan ibu beranggapan bahwa gizi yang baik akan membuat anak berperilaku anak akan aktif dan lincah dalam aktifitasnya. Peran ibu

dalam pendampingan dalam proses

perkembangan anak termaksud dalam hal pemilihan makanan yang tepat dan sesuai dengan anak (Marion, 2011). Ibu harus memiliki pengalaman yang baik tentang pemilihan makanan untuk anak autis oleh karena itu dengan pemberian diet secara tepat diharapkan anak dengan gangguan autis mendapat kan gizi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhanya.

Kesimpulan

1. Pengetahuan ibu berada pada kategori baik yaitu sebesar 56,0%.

2. Konsumsi sumber casein berada pada kategori tidak baik yaitu sebesar (80%) 3. Konsumsi sumber glutein berada pada

kategori tidak baik yaitu sebesar 72%. 4. Konsumsi suplemen berada pada kategori

tidak baik yaitu sebesar 80%.

Saran

1. Pihak yayasan membuat penyuluhan tentang makanan sehat bagi anak autis untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya makanan sehat bagi anak dalam upaya perbaikan mutu kesehatan anak-anak 2. Kepada orang tua khusunya ibu untuk

pemberian makanan pada anak autis sebaiknya mengikuti pola makan gizi seimbang yang terdiri dari makanan sumber karbohidrat, vitamin dan mineral. Namun ada makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh anak autis yaitu konsumsi sumber casein dan glutein, sedangkan konsumsi suplemen sebaiknya diberikan karena kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi akibat terbatasnya konsumsi makanan.

6

Daftar Pustaka

Agustina, 2008. Pengetahuan Ibu tentang Kandungan Casein dan Glutein, 2003. Danuatmaja, B. 2004. Terapi Anak Autis Di

Rumah. Puspa Swara: Jakarta.

Republika, 2013. Data BPS Tahun

2010.Penyandang Anak Autis.

Mashabi dan Tajudin 2009 Tentang

Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Pola Makan Anak Autis.

Melly, 2002. Konsumssi Casein Tidak Diperbolehkn Untuk Autis.

Marion Jean Claude. 2001. Statistic and Epidemiology: The Number Of Cases Of Autism Has Grown Tenfold In The United Kingdom. L ‘Express.

Melly Budhiman, dkk. 2002. Langkah Awal

Menanggulangi Autisme Dengan

Memperbaiki Metabolisme Tubuh. Nirmala: Jakarta.

Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.PT. Rineka Cipta:Jakarta. Notoatmodjo, S. 2007. Metodologi Penelitian

Kessehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Suryana A. 2004 Terapi Autis.

Winarno, FG dan Widya A. 2008. Pangan dan Autisme. http://www.autis.info. Diakses pada tanggal 11 Mei 2012.

1 GAMBARAN KETERAMPILAN KADER DALAM PENGUKURAN BB DAN TB BERDASARKAN KARAKTERISTIK KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS