• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPTD PUSKESMAS TELUK KARANG KECAMATAN BAJENIS KOTA TEBINGTINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

TAHUN 2015

Novianti Damanik1, Erna Mutiara2, Maya Fitria2 1

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 2

Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTRACT

The early complementary feeding is foods or drinks that contain nutrients given to infants under 6 months of age. The early complementary feeding at this time will reduce the coverage of exclusive breastfeeding. The coverage of exclusive breastfeeding in the Puskesmas Teluk Karang was still low about 32,8% (in 2014) while the national target was 80%.It is suspected related to factors of social culture and family support. The purpose of this study was to understand factors influenced the mothers in giving the early complementary feeding in working area of UPTD Puskesmas Teluk Karang, Subdistrict of Bajenis, City of Tebing Tinggi in 2015.

Type of this research was analytical observation study with the cross sectional design. The research was done since November 2013 until January 2015. Population in this research were all mothers who had infant aged between 7-12 months in the working area of UPTD Puskesmas Teluk Karang, Subdistrict of Bajenis, City of Tebing Tinggi which was being as samples as 106 mothers. The multiple logistic regression is used to analyze the data.

The result of the research showed that the early complementary feeding is high enough i.e 89,6%. From the multivariate analysis, it was proved that the factors influenced the early complementary feeding are the social culture (p=0,008) and the family support (p<0,001). The dominant factor influenced this early complementary feeding was family support (coefficient of B=3,021).

It’s suggested that breastfeeding mothers are not easily influenced by the social culture in the communities and families are expected to provide support so that mothers still exclusively breastfed, by fulfilling the nutritional needs during lactation so that it produced the qualified breastfeeding in the sufficient quantities.

Keywords: Early Complementary Feeding, Social Culture, Family Support PENDAHULUAN

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi

yang diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizi.

MP-ASI merupakan makanan

transisi dari yang berbentuk cair menjadi makanan semi padat.

2 Pemberian makanan pendamping

ASI secara tepat sangat dipengaruhi perilaku ibu yang memiliki bayi. Namun masih banyak ibu yang memberikan makanan pendamping ASI kurang dari 6 bulan yang dapat menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan bayi seperti diare dan dapat menyebabkan kematian pada bayi (Utami, 2012).

Secara global pada tahun 2012 angka kematian anak sebagian besar disebabkan karena infeksi berulang dan faktor gizi, terkait faktor gizi diperkirakan sebesar 45%. Sesungguhnya dengan promosi ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI yang tepat dapat mengurangi risiko penyakit kronis, angka morbiditas dan mortalitas pada balita. ASI merupakan sumber gizi terpenting bagi bayi untuk memenuhi kebutuhannya. (WHO, 2014).

Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 bahwasanya tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi yakni 20 bayi per 1000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, maka Indonesia berada pada titik 4,2 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,2 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 2,2 kali lebih tinggi dari Thailand (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Angka kematian bayi di Indonesia berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010 terdapat 26 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di daerah Kota Tebing Tinggi sekitar 22% (Dinas Kesehatan Provinsi Sumut, 2013).

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di Puskesmas Teluk Karang dari 16 ibu bayi yang diwawancarai, bayi yang mendapat

ASI dan MP-ASI kurang dari 6 bulan sebanyak 10 orang (62,5%), ibu yang menggunakan PASI dan MP-PASI kurang dari 6 bulan sebanyak 5 orang (31,25%) dan bayi yang diberi ASI secara eksklusif 1 orang (6,25%). Dengan kata lain di wilayah kerja puskesmas masih banyak terdapat praktek pemberian makanan pendamping terlalu dini sebanyak 15 bayi (93,75%). Hal ini sangat bertolak belakang dengan harapan pemerintah tentang pemberian ASI secara eksklusif yakni pemberian ASI pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa pemberian makanan pendamping ASI sebesar 80%. Dari 15 responden terdapat 2 orang (13,33%) yang berumur < 20 tahun, 12 orang (80,0%) yang berumur 20-35 tahun dan 1 orang (6,67%) yang berumur >35 tahun berdasarkan data diharapkan pada usia reproduktif tingkat kematangan seseorang semakin meningkat sehingga sikap dan tindakan ibu juga diharapkan bersifat mendukung praktek pemberian MP-ASI > 6 bulan namun masih banyak terjadi praktek pemberian makanan tambahan pada bayi umur < 6 bulan. Dari segi pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan pemberian MP-ASI terdapat 13 orang (86,67%) ibu berpengetahuan baik dan 2 orang (13,33%) yang berpengetahuan tidak baik namun masih banyak terdapat praktek pemberian MP-ASI yang salah. Dari segi pekerjaan terdapat 10 orang (66,67%) yang bekerja dan 5 orang (33,33%) yang tidak bekerja, hal ini menyebabkan intensitas pertemuan ibu dan bayi berkurang dikarenakan ibu bekerja, dimana pemberian ASI secara eksklusif tidak berhasil

sehingga untuk memenuhi

3 memberikan MP-ASI kepada bayi <

6 bulan. Dari segi sosial budaya dan dukungan keluarga menyatakan bahwasanya sudah tradisi di masyarakat pemberian makanan tambahan seperti susu formula, air putih, nasi tim pada saat umur bayi < 6 bulan. Dari segi dukungan petugas kesehatan 13 orang (86,67%) menyatakan pernah mendengar tentang ASI eksklusif namun ada juga petugas yang menganjurkan pemberian susu formula dan 2 orang (13,33%) tidak tahu tentang ASI eksklusif, dukungan petugas kesehatan yang pro ASI sangat dibutuhkan karena

ibu/masyarakat biasanya

mendengarkan nasehat dari petugas kesehatan.

Berdasarkan hasil penjelasan pegawai Puskesmas Teluk Karang bagian gizi bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif tahun 2013 di wilayah kerjanya sekitar 45% (dari 100 bayi usia 0-6 bulan hanya 45 bayi yang mendapat ASI eksklusif) hal ini memang diakui oleh pegawai puskesmas belum mencapai target pemerintah, disebabkan oleh banyak faktor antara lain faktor ibu bekerja, faktor dukungan tenaga kesehatan (tenaga kesehatan yang tidak pro ASI dikarenakan bekerjasama dengan produk susu formula), faktor dukungan keluarga, faktor sosial budaya (bayi menangis berarti lapar sehingga harus diberi makanan tambahan padahal dalam ilmu kesehatan makanan pendamping ASI diberikan pada saat usia bayi telah mencapai lebih dari 6 bulan karena dianggap sistem pencernaan bayi telah siap untuk menerima makanan selain ASI dan bayi telah membutuhkan zat gizi selain ASI). Faktor-faktor di atas adalah salah

satu penyebab yang bisa

memengaruhi ibu dalam

memberikan ASI secara eksklusif. Menurut laporan kesehatan di Puskesmas Teluk Karang Tahun 2013 bahwasanya dari 10 masalah penyakit terbesar di wilayah kerja Puskesmas Teluk Karang penyakit diare terdapat diposisi kedua setelah ISPA. Dan menurut laporan bulanan pada bulan Januari tahun 2014 bahwasanya diare juga berada di posisi kedua dimana pasien diare sekitar 65,5% adalah balita. Hal ini juga sebagai data penunjang bahwasanya penyakit diare merupakan salah satu dampak dari pemberian MP-ASI terlalu dini.

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan menunjukkan bahwasanya masih tingginya angka pemberian MP-ASI secara dini di wilayah kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang hal ini juga ditunjang oleh data pemberian MP-ASI terlalu dini di wilayah kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang sebesar 67,8% maka dirumuskan masalah yaitu “faktor-faktor yang memengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI terlalu dini di wilayah kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi tahun 2015”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI terlalu dini di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi tahun 2015.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional yakni penelitian dilakukan dengan observasi atau pengamatan tanpa

4 memberikan intervensi pada variabel

yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara cross sectional atau potong lintang (Notoatmodjo, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak bayi usia 7-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi, yaitu sebanyak 106 orang pada bulan Januari 2015 dan seluruhnya dijadikan sampel.

Data primer pada penelitian ini diperoleh dengan wawancara secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Adapun data ingin diperoleh dari responden adalah: umur ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, sosial budaya yang ada disekitar ibu, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan dalam pemberian MP-ASI terlalu dini di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi.

Analisis data penelitian melalui tahapan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi-square dan analisis multivariat dengan regresi logistik berganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN