• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang deiksis sebelumnya sudah pernah dilaksanakan oleh peneliti-peneliti yang berasal dari dalam dan luar negeri. Penelitian dari dalam negeri tentang deiksis yang menjadi rujukan bagi penelitian-penelitian tentang deiksis selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Bambang Kaswanti Purwo. Selain penelitian tersebut, terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain di antaranya penelitian Erlina Kusumawati, Tutik Muryani, Pudiyono, Miren Montoya Morales, dan Josep Ribera. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Kaswanti Purwo merupakan disertasi yang dibukukan. Penelitian Erlina Kusumawati dan Tutik Muryani berupa skripsi. Penelitian Pudiyono berupa tesis. Sementara itu, penelitian Miren Montoya Morales dan Josep Ribera merupakan penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal internasional.

Pertama, penelitian Bambang Kaswanti Purwo pada tahun 1982, yang diterbitkan menjadi sebuah buku atas permintaan Indonesian Linguistics Development Project (ILDEP), berjudul Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Dalam penelitiannya ini diperoleh pembagian deiksis menjadi dua golongan besar, yaitu deiksis luar tuturan (eksofora) dan deiksis dalam tuturan (endofora). Deiksis luar tuturan terdiri atas deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu. Deiksis dalam tuturan terdiri atas anafora dan katafora. Deiksis persona diungkapkan dengan kata ganti persona pertama (aku, saya, kami, kita); kata ganti persona kedua (engkau, kamu, kalian atau kamu sekalian, anda, saudara, leksem kekerabatan, leksem jabatan); dan kata ganti persona ketiga (ia, dia, beliau, mereka, bentuk terikat –nya). Deiksis ruang (kata kanan, kiri, depan, belakang, dekat, jauh, dirangkai dengan bentuk persona). Deiksis waktu (kata malam, pagi, siang, sore yang menjadi patokan adalah pembicara serta kata sekarang, kemarin, dulu, nanti, tadi). Anafora adalah rujuk silang pada unsur yang telah disebutkan terdahulu dengan penanda kata tersebut, begitu, dia, mereka, demikian. Katafora adalah rujuk silang pada unsur yang akan disebutkan dengan penanda ialah, adalah, berikut ini.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Pudiyono pada tahun 2004 berjudul Deiksis dalam Prosa Fiksi “The Prince and The Pauper” Karya Mark

commit to user

Twain (Sebuah Kajian Pragmatik). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ungkapan deiksis ditemukan dalam empat jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur asertif, direktif, komisif, dan ekspresif. Berdasarkan letak atau tempat acuan sebuah ungkapan deiksis ditemukan distribusi deiksis endofora lebih banyak dibandingkan deiksis eksofora. Berdasarkan jenisnya ditemukan empat jenis deiksis, yaitu deiksis persona, deiksis tempat, deiksis wacana, dan deiksis waktu.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Tutik Muryani pada tahun 2006 berjudul Deiksis dalam Berita Utama Harian Solopos (Edisi Desember 2005 – Februari 2006). Kesimpulan penelitian ini adalah bentuk-bentuk pemakaian deiksis dalam berita utama harian Solopos edisi Desember 2005 – Februari 2006 dikelompokkan menjadi eksofora dan endofora yang meliputi anafora dan katafora. Bentuk-bentuk deiksis persona yang digunakan, yaitu persona pertama tunggal dan jamak, persona kedua tunggal, dan persona ketiga tunggal dan jamak. Bentuk-bentuk deiksis waktu yang dipakai, yaitu berupa leksem ruang yang mengungkapkan waktu dan leksem waktu. Bentuk-bentuk deiksis ruang yang digunakan, yaitu leksem bukan verba dan pronominal demonstratif. Bentuk-bentuk deiksis pemarkah anafora dan katafora yang ditemukan di antaranya pronominal demonstratif, bentuk terikat –nya, dan persona ketiga jamak (mereka). Selain itu, dalam penelitian ini juga disimpulkan bahwa distribusi deiksis dalam berita utama harian umum Solopos edisi Desember 2005 – Februari 2006 terdapat di awal, di tengah, dan di akhir kalimat bahkan dalam satu kalimat terdapat lebih dari satu deiksis.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Erlina Kusumawati pada tahun 2006 berjudul Analisis Deiksis Persona dan Sosial Wacana Berita Patroli dalam Surat Kabar Harian Umum Solopos Tahun 2004. Dalam penelitian ini dibahas tentang bentuk-bentuk deiksis persona dan sosial, kategorisasi deiksis persona dan sosial, dan fungsi pemakaian deiksis persona dan sosial. Kesimpulan penelitian ini adalah bentuk-bentuk deiksis persona yang terdapat dalam wacana berita patroli harian umum Solopos seperti bentuk terikat –nya, saya, kita, kami, dia, dirinya, mereka, Kapolwil. Bentuk deiksis yang paling sering muncul adalah bentuk terikat –nya. Bentuk deiksis sosial dalam wacana berita yang paling sering muncul

commit to user

adalah bentuk honorifics. Bentuk deiksis sosial yang muncul, seperti PSK, Kapolwil, nyolong, K.H., Ny., pembantu. Kategorisasi deiksis persona dalam wacana tersebut terdiri atas (1) deiksis persona pertama tunggal, saya; (2) deiksis persona pertama jamak, kami dan kita; (3) deiksis persona kedua tunggal, seperti Kapolwil; (4) deiksis persona ketiga tunggal seperti, dia, dirinya, dan bentuk terikat –nya; dan (5) deiksis persona ketiga jamak seperti, mereka. Kategorisasi deiksis sosial dalam wacana tersebut terdiri atas (1) eufimisme (pemakaian kata halus), misalnya: PSK, prostitusi, pembantu; dan (2) honorifics (sopan santun berbahasa), misalnya: sungkem, Kapolwil, K.H. (Kiai Haji), Ny., nyolong, ngutil. Fungsi pemakaian deiksis persona adalah (1) merujuk pada diri orang yang sedang berbicara, misalnya: saya; (2) merujuk pada nama orang yang memegang jabatan, misalnya: Kapolwil; (3) merujuk pada orang yang sedang dibicarakan, misalnya: dia, –nya, dan dirinya; (4) menyebutkan orang dalam jumlah banyak, misalnya: mereka; (5) menunjukkan bentuk inklusif, misalnya: kita; (6) menunjukkan bentuk ekslusif, misalnya: kami. Fungsi pemakaian deiksis sosial adalah (1) sebagai salah satu bentuk efektivitas kalimat, misalnya: Kapolwil; (2) sebagai pembeda tingkat sosial seseorang, misalnya: K.H (Kiai Haji); (3) untuk menjaga sopan santun berbahasa, misalnya: PSK; (4) untuk menjaga sikap sosial kemasyarakatan, misalnya: sungkem.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Morales yang dipublikasikan dalam Philippine ESL Journal pada bulan Februari 2011 berjudul How The Deictic and Anaphoric Role of Na in Filipino Functions as a Cohesive Device in Classroom Interaction. Hasil dari penelitian ini adalah dalam bahasa Filipina kata na dapat digunakan sebagai kata ganti demonstratif, infinitif ke (dalam bahasa Inggris to), kata keterangan, kata ganti relatif, bahkan setara dengan perfect tense dalam bahasa Inggris. Penggunaan na sebagai deiksis persona berlaku dalam fungsinya sebagai kata ganti demonstratif dan deiksis spasial atau temporal dengan kata keterangan. Sementara itu, penggunaan anaforis na ditampilkan dalam fungsinya sebagai kata ganti relatif dan non-deiktis digunakan na. Fungsi anaforis terakhir ini adalah sebagai kata sifat.

commit to user

Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Ribera yang dipublikasikan dalam International Journal of English Studies tahun 2007 berjudul Text Deixis in Narrative Sequences. Hasil dari penelitian ini adalah teks deiksis dianggap sebagai perangkat referensial metaforis yang memetakan ucapan ke teks sehingga menggabungkan sifat referensial deiksis dan anafora. Frasa nomina demonstratif dalam urutan narasi dapat mengekspresikan jarak tekstual, jarak emosional, atau keduanya. Preferensi DemNPs (demonstrative noun phrase) untuk kata benda abstrak dan kompleks berkontribusi untuk mendefinisikan pola teks deiksis + kata benda umum dengan spesifik.

Penelitian-penelitian tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Persamaan penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah kesamaan bidang yang diteliti, yaitu bidang linguistik, khususnya deiksis. Perbedaan penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian-penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah objek penelitian yang diambil. Penelitian Bambang Kaswanti Purwo objeknya adalah bahasa Indonesia secara umum. Penelitian Pudiyono objeknya adalah karya sastra, yaitu novel The Prince and The Pauper karya Mark Twain. Penelitian Morales objeknya adalah kata na dalam bahasa Filipina, sedangkan penelitian Ribera objeknya adalah wacana narasi. Akan tetapi, penelitian Erlina Kusumawati dan Tutik Muryani objeknya sama dengan objek yang akan diteliti pada penelitian ini, yaitu surat kabar Solopos. Perbedaan penelitian Erlina Kusumawati dan Tutik Muryani dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah penelitian Erlina Kusumawati yang diteliti adalah berita Patroli dan deiksis yang diteliti adalah deiksis persona dan deiksis sosial, penelitian Tutik Muryani bagian yang diteliti berita utama, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti bagian yang diteliti adalah wacana di halaman Pendidikan.

commit to user C. Kerangka Berpikir

Pragmatik merupakan kajian bahasa yang menelaah tentang penggunaan bahasa dalam komunikasi. Pragmatik memfokuskan pada struktur bahasa secara eksternal. Dalam penelitian ini menjadi objek kajiannya adalah teori deiksis yang bersumber dari kajian linguistik. Deiksis adalah kata yang referen atau acuannya selalu berganti-ganti yang dipengaruhi oleh konteks dan situasi yang melingkupinya. Deiksis dibagi menjadi lima, yaitu deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Deiksis merupakan salah satu subkajian dalam ilmu pragmatik. Selain deiksis masih terdapat praanggapan dan tindak tutur. Hal ini diungkapkan oleh Setiawan (2011: 69) bahwa pragmatik mencakup deiktik, praduga, dan tindak tutur. Pendapat ini juga diungkapkan oleh Levinson (1987: 27) bahwa pragmatics is the study of deixis (at least in part), implicature, presupposition, speech acts, and aspects of discourse structure.

Realitas pemakaian deiksis dapat ditemukan pada suatu kata atau kalimat dalam suatu wacana kebahasaan, seperti pada surat kabar. Surat kabar merupakan media cetak yang menggunakan bahasa tulis sebagai sarana penyampaiannya sehingga dalam surat kabar terdapat banyak wacana kebahasaan. Salah satu wacana kebahasaan dalam surat kabar adalah berita pendidikan. Berita pendidikan berisi peristiwa-peristiwa dan informasi-informasi seputar dunia pendidikan.

Wacana berita pendidikan menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Wacana berita yang digunakan dalam penelitian ini adalah wacana dalam harian Solopos yang dimuat setiap hari Senin – Sabtu. Dalam penelitian ini dideskripsikan bentuk-bentuk deiksis dan fungsi-fungsi pemakaian deiksis yang terdapat dalam wacana pada halaman pendidikan harian Solopos.

Uraian di atas merupakan uraian kerangka berpikir dalam penelitian ini. Kerangka berpikir tersebut dapat dilihat pada bagan berikut.

commit to user

Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Berpikir Struktur

Wacana Tindak Tutur Implikatur Praanggapan

Bahasa wacana dalam halaman Pendidikan harian Solopos

Pragmatik

Bentuk-bentuk deiksis Fungsi-fungsi deiksis Deiksis Deiksis persona Deiksis tempat Deiksis waktu Deiksis wacana Deiksis sosial

commit to user BAB III