• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data mengenai pemakaian deiksis dalam wacana di halaman Pendidikan harian Solopos edisi Agustus – Oktober 2011 dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1. Bentuk-bentuk deiksis dalam wacana di halaman Pendidikan harian Solopos edisi Agustus – Oktober 2011 dikelompokkan menjadi lima, yaitu deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Bentuk-bentuk deiksis persona yang digunakan adalah kata ganti persona berupa bentuk persona pertama tunggal, bentuk persona pertama jamak. bentuk persona kedua tunggal, bentuk persona ketiga tunggal, dan bentuk persona ketiga jamak. Bentuk-bentuk deiksis tempat (ruang) yang digunakan adalah leksem bukan verba, dan pronomina demonstratif lokatif. Bentuk-bentuk deiksis waktu yang digunakan adalah leksem waktu, leksem ruang, serta penambahan kata ini dan itu pada leksem waktu. Bentuk-bentuk deiksis wacana yang ditemukan dibagi menjadi dua, yaitu anafora dan katafora. Bentuk-bentuk anafora yang digunakan adalah leksem persona dan leksem bukan persona. Bentuk-bentuk katafora yang digunakan adalah leksem persona dan leksem bukan persona. Bentuk-bentuk deiksis sosial yang ditemukan adalah penggunaan gelar, kata sapaan, serta bentuk eufemisme. 2. Fungsi-fungsi deiksis dalam wacana di halaman Pendidikan harian Solopos

edisi Agustus – Oktober 2011 disesuaikan dengan konteks dalam wacana tersebut. Fungsi deiksis persona yang ditemukan adalah (a) merujuk pada orang yang berbicara; (b) merujuk pada orang yang dibicarakan; (c) menunjukkan perbedaan tingkat sosial antara penutur dan mitra tutur; (d) menunjukkan bentuk eksklusif; (e) menunjukkan bentuk inklusif; (f) menunjukkan bentuk jamak; dan (g) menunjukkan jabatan yang dimiliki seseorang. Fungsi deiksis tempat yang ditemukan adalah (a) menunjuk pada tempat yang dekat dengan pembicara; dan (b) menunjuk pada tempat yang

commit to user

jauh dari pembicara. Fungsi deiksis waktu yang ditemukan adalah (a) merujuk pada saat tuturan; (b) merujuk pada waktu lampau atau sebelum saat tuturan; (c) merujuk pada waktu sesudah saat tuturan; dan (d) menggambarkan kejadian yang faktual atau pungtual. Fungsi deiksis wacana yang ditemukan adalah (a) merujuk pada hal yang telah disebut (anafora); (b) merujuk pada hal yang akan disebut (katafora); (c) merujuk pada jumlah yang banyak; dan (d) menyimpulkan sesuatu. Terakhir, fungsi deiksis sosial yang ditemukan adalah (a) sebagai pembeda tingkat sosial penutur dengan mitra tutur; (b) untuk menjaga sopan-santun berbahasa; dan (c) sebagai bentuk sikap sosial kemasyarakatan.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan hasil penelitian dapat dirumuskan beberapa implikasi sebagai berikut.

1. Bentuk-bentuk deiksis dalam wacana di halaman Pendidikan harian Solopos berimplikasi bahwa wacana tersebut merupakan berita yang aktual dan faktual. Wacana tersebut dapat dikaitkan dengan hal-hal yang sedang terjadi dan sedang dibicarakan oleh masyarakat. Pemakaian deiksis dalam wacana di halaman Pendidikan harian Solopos merupakan hal yang tepat karena dapat mendukung keaktualan informasi yang disampaikan dalam wacana tersebut. Ini disebabkan deiksis mengungkapkan berbagai hal yang melingkupi suatu tuturan termasuk wacana. Pengungkapan tersebut disebabkan adanya konteks dalam wacana.

2. Fungsi-fungsi deiksis yang ditemukan dalam wacana di halaman Pendidikan harian Solopos berimplikasi dengan adanya berbagai konteks yang melingkupi sebuah tuturan. Konteks tersebut membantu pembaca untuk memahami isi wacana dalam surat kabar. Konteks selalu terdapat dalam wacana. Dengan demikian, pemahaman terhadap konteks wacana juga berpengaruh terhadap pemahaman isi wacana.

commit to user

3. Hasil penelitian ini juga berimplikasi pada dunia pendidikan.

a. Pemakaian deiksis dalam wacana di halaman Pendidikan harian Solopos dapat dijadikan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Guru dapat menggunakan wacana di halaman Pendidikan harian Solopos sebagai contoh dalam pembelajaran berita atau menulis. Hal ini disebabkan dalam penulisan karangan pasti terdapat deiksis sehingga pemberian contoh wacana tersebut dapat membantu siswa untuk memahami materi yang disampaikan.

b. Pemakaian deiksis dalam wacana di halaman Pendidikan harian Solopos dapat dijadikan sebagai materi ajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Guru dapat menggunakan wacana tersebut sebagai bahan bacaan bagi siswa dalam pembelajaran dengan materi berita, terutama di kelas VI SD, kelas VII dan VIII SMP, serta kelas X dan XI SMA. Wacana di halaman pendidikan harian Solopos memiliki bahasa yang sederhana sehingga dapat mudah dipahami oleh setiap pembaca termasuk siswa.

c. Variasi pemakaian deiksis dalam wacana di halaman Pendidikan harian Solopos mengharuskan guru memiliki strategi yang baik ketika menggunakan wacana tersebut sebagai materi ajar. Guru dapat menyesuaikan antara unsur berita yang dibahas dengan bentuk deiksis yang terdapat dalam wacana. Hal ini dikarenakan deiksis berhubungan dengan unsur berita. Misalnya ketika membahas contoh konjungsi antarkalimat, guru dapat menggunakan bentuk deiksis wacana dengan terlebih dahulu meminta siswa membaca wacana dan memahami isinya. d. Pemakaian deiksis dalam wacana tersebut dapat dijadikan sebagai

alternatif bahan belajar bagi siswa. Wacana tersebut dapat digunakan siswa sebagai contoh ketika mempelajari materi bahasa Indonesia terutama dalam kegiatan pembelajaran menulis. Selain itu, siswa juga dapat menggunakannya untuk mempelajari unsur-unsur berita dalam suatu wacana.

e. Wacana di halaman Pendidikan harian Solopos dapat digunakan sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa

commit to user

Indonesia guru dapat menggunakan wacana tersebut sebagai media pembelajaran. Hal ini disebabkan wacana tersebut mengandung deiksis yang berhubungan dengan unsur berita. Selain itu, bahasa dalam wacana tersebut merupakan bahasa baku.

f. Wacana di halaman Pendidikan harian Solopos dapat digunakan sebagai contoh bagi dosen dalam perkuliahan Pragmatik dan Analisis Wacana di perguruan tinggi. Dosen juga dapat menggunakan wacana tersebut sebagai tugas dalam mata kuliah tersebut agar mahasiswa dapat lebih memahami materi deiksis yang diberikan.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dapat disampaikan beberapa saran kepada berbagai pihak berikut.

1. Bagi redaktur

Hendaknya redaktur dalam menulis wacana di halaman Pendidikan harian Solopos menggunakan deiksis yang bervariasi. Hal ini bertujuan agar pembaca mudah memahami informasi dalam wacana di surat kabarnya. Selain itu, pemahaman terhadap acuan dari deiksis yang terdapat dalam wacana berpengaruh terhadap pemhaman isi wacana. Oleh karena itu, pemakaian deiksis yang bervariasi dapat memudahkan pembaca untuk memahami isi wacana karena pembaca dapat lebih jelas untuk menentukan acuan dari deiksis yang terdapat dalam wacana sesuai dengan pengetahuan masing-masing pembaca.

2. Bagi pembaca

Hendaknya pembaca memperhatikan adanya unsur luar bahasa yang turut mempengaruhi makna sebuah tuturan. Unsur luar bahasa tersebut merupakan sebuah konteks yang melingkupi kalimat tersebut. Peran konteks dalam wacana sangat penting untuk memahami isi wacana. Hal ini disebabkan konteks merupakan wujud dari unsur luar bahasa yang melingkupi suatu wacana. Unsur luar bahasa tersebut menjadi salah satu faktor untuk memahami acuan deiksis.

commit to user 3. Bagi guru dan dosen bahasa Indonesia

Hendaknya guru bahasa Indonesia kelas VI SD, VII dan VIII SMP, serta X dan XI SMA dapat memanfaatkan deiksis sebagai materi pembelajaran menulis atau kegiatan pembelajaran dengan materi berita. Hal ini disebabkan wacana di halaman Pendidikan harian Solopos menggunakan bahasa yang baku. Selain itu, pemberian contoh yang nyata dapat membantu siswa memahami materi yang diberikan. Sementara itu, dalam pembelajaran Pragmatik dan Analisis Wacana di perguruan tinggi dosen dapat menggunakan wacana di halaman Pendidikan harian Solopos sebagai contoh. Ini dikarenakan bentuk-bentuk deiksis dalam wacana tersebut yang bervariasi dan mahasiswa akan lebih mudah memahami materi yang diberikan dengan pemberian contoh nyata yang sering dihadapi.