• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

2. Penerapan Teknik Penerjemahan

Dalam menerjemahkan tindak tutur, pesan dalam BSa hendaknya sama dengan pesan pada Bsa. Konteks yang menaungi tuturan menjadi penting dan sebagai pertimbangan penerjemah. Perwujudan terjemahan tindak tutur harus sepadan, sesuai dengan kaidah dan budaya dalam Bsa, serta mudah dipahami oleh pembaca BSa. Pada umumnya, beberapa teknik yang digunakan oleh penerjemah, diantaranya adalah harfiah, modulasi, penambahan, reduksi, amplifikasi linguistik, dan peminjaman. Hal ini sejalan dengan temuan teknik yang digunakan pada penelitian Wisudawanto (2012) dan Singgih (2013).

Dalam penelitian ini, jumlah tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam novel Stealing Home adalah 118 tuturan. Berdasarkan data tersebut, terdapat 11 teknik commit to user

penerjemahan yang diterapkan dalam novel ini dari Bsu (Bahasa Inggris) ke Bsa (Bahasa Indonesia) dengan frekuensi 203 kali. Sebelas teknik yang digunakan tersebut meliputi harfiah 109 kali (53,96%), peminjaman murni 25 kali (12,32%), penambahan 17 kali (8,37%), reduksi 11 kali (3,45%), kompresi linguistik sebanyak 8 kali (3,94%), amplifikasi linguistik, peminjaman naturalisasi, dan kompensasi masing- masing 7 kali (3,45%), teknik modulasi sebanyak 6 kali (2,96%), teknik transposisi 5 kali (2,46%) dan variasi 1 kali (0,49%).

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa teknik harfiah merupakan teknik penerjemahan yang paling banyak diterapkan untuk menerjemahkan tindak tutur ekspresif, yakni sebanyak 109 kali (67,4%). Penerapan teknik ini sebagian besar untuk menerjemahkan tindak tutur berterimakasih, menyetujui, meminta maaf,

bersyukur, mengumpat, dan salam terutama dalam varian tunggal. Beberapa tuturan

ini umumnya berbentuk tuturan singkat dan struktur tuturan Bsu yang tidak jauh berbeda dengan Bsa nya.

Selain harfiah, teknik peminjaman naturalisasi juga ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 25 kali. Teknik peminjaman murni adalah teknik yang diterapkan dengan cara meminjam kata atau ungkapan dalam Bsu. Peminjaman dilakukan tanpa penyesuaian dalam pelafalannya. Dalam penelitian ini, teknik peminjaman murni diterapkan pada penerjemahan tokoh karakter dan nama makanan. Karakter dan tokoh cerita merupakan unsur penting dalam sebuah novel. Perannya adalah untuk membangun cerita dan menciptakan plot.

Menurut Herman (dalam Kuncara, 2013: 157) penerjemahan nama dapat dilakukan dengan 4 cara, yakni mengkopi nama karakter sama seperti dalam Bsu nya (pure borrowing), mengkopi tetapi pelafalannya disesuaikan dengan Bsa (naturalized borrwing), mengganti nama dalam teks Bsu dengan istilah nama yang tidak memiliki keterkaitan sama sekali (adaptasi), atau mengartikan nama karakter sesuai dengan makna semantiknya (literal). Namun, penerapan teknik peminjaman murni dalam penelitian ini cenderung tepat. Selain untuk menghormati pilihan penulis novel, juga penyampaian atmosfer dalam cerita novel yang baik kepada pembaca Bsa mengingat pembaca sasaran adalah orang dewasa, sehingga tidak masalah dalam hal pelafalannya.

Selanjutnya adalah penggunaan teknik penambahan yang diterapkan penerjemah pada 17 data tuturan. Teknik ini sedikit banyak ditemukan pada jenis tindak tutur ekspresif berharap, menyesal, berterimakasih, memuji dan

menyalahkan.

Selain penambahan, terdapat pula teknik reduksi dan kompresi linguistik dalam penerjemahan tindak tutur ekspresif ini yang ditemukan pada 11 data tuturan. Teknik reduksi pada tuturan ekspresif diketahui pada penerapan varian kuplet dan triplet. Sedangkan untuk teknik kompresi linguistik terlihat pada varian tunggal dan triplet. Penulis berkeyakinan bahwa penerapan teknik reduksi dan kompresi linguistik pada beberapa tuturan menimbulkan terjemahan tuturannya kurang akurat, namun isi pesan masih bisa tersampaikan dengan cukup baik. Hal ini mungkin bisa terjadi karena kesilapan penerjemah atau masalah teknis dalam proses pengetikan atau editing.

Teknik penerjemahan selanjutnya adalah amplifikasi linguistik dan peminjaman naturalisasi yang tampak pada masing- masing 7 data tuturan. Teknik amplifikasi linguistik dimaksudkan untuk menambahkan unsur- unsur linguistik dalam Bsa yang tidak disebutkan dalam teks Bsu. Sedangkan teknik penerjemahan peminjaman naturalisasi dilakukan dengan peminjaman, tetapi pelafalannya disesuaikan dengan kaidah Bsa. Kedua teknik penerjemahan ini dilakukan agar pembaca sasaran lebih mudah memahami isi tuturan, seperti tuturan . “Dammit, I never should have agreed to let him stay.” Diterjemahkan menjadi “Bodoh, mestinya aku tidak mengizinkan dia lebih lama tinggal di sana.”

Selanjutnya adalah penerapan teknik transposisi dan variasi. Teknik transposisi dilakukan pada 5 data tuturan. Kedua teknik ini diterapkan dalam varian kuplet, triplet dan kwartet. Penggunaan teknik transposisi dan variasi dalam penerjemahan suatu tindak tutur dapat dijadikan pertimbangan bagi penerjemah dengan tujuan agar terjemahan menjadi lebih mudah dipahami oleh pembaca sasaran. Sebelas teknik yang digunakan dalam penerjemahan tindak tutur ekspresif ini terbagi dalam empat varian, yaitu varian tunggal, varian kuplet, varian triplet, dan varian kwartet. Setelah proses analisis 118 data tersebut, didapatkan jumlah penerapan yang cukup variatif untuk setiap variannya. Ada 57 data yang diterjemahkan dengan varian tunggal. Varian kuplet dihasilkan oleh 38 data, commit to user

sebanyak 21 data diterjemahkan dengan varian triplet dan jumlah varian kwartet dalam penelitian ini hanya 2 data tuturan. Varian teknik ini merupakan implikasi dari kuasa penerjemah. Dalam menerjemahkan suatu teks, penerjemah memiliki kuasa untuk memilih teknik mana yang paling tepat digunakan, sehingga dalam penelitian ini, temuan varian teknik merupakan efek dari pilihan yang diambil oleh penerjemah. Varian tunggal adalah penerapan satu teknik penerjemahan saja dalam satu data tuturan. Dalam hal ini, jumlah keseluruhannya adalah 57 data. Varian ini juga bisa dikatakan sebagai temuan yang mendominasi dari empat varian terjemahan. Beberapa teknik penerjemahan yang digunakan dalam varian tunggal ini antara lain: harfiah, dan kompresi linguistik. Dari dua teknik penerjemahan yang digunakan dalam varian tunggal ini, teknik harfiah merupakan teknik yang paling sering digunakan dan dilanjutkan dengan teknik kompresi linguistik.

Penerapan varian kuplet dalam penelitian ini teridentifikasi sebanyak 38 data tuturan. Perpaduan dua teknik penerjemahan sekaligus dalam satu data dilakukan untuk menentukan padanan dalam Bsa.

Penerapan varian teknik triplet juga ditemukan dalam terjemahan tuturan ekspresif ini. Terdapat 21 data tuturan diterjemahkan dengan varian triplet dan 2 data diketahui menggunakan varian kwartet. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tuturan ekspresif ini diterjemahkan dengan menggunakan varian tunggal, khususnya harfiah.

Terapan teknik penerjemahan harfiah dilakukan sebanyak 109 kali dan selalu muncul dalam setiap variannya. Pada varian tunggal, teknik harfiah yang digunakan sebanyak 54 kali, 45 kali pada varian kuplet, 18 data varian triplet dan 2 data dalam varian kwartet.

Teknik harfiah dilakukan dengan cara menerjemahkan kata demi kata, namun struktur sudah disesuaikan dalam kaidah dalam Bsa dengan tujuan agar pembaca teks Bsu lebih mudah dipahami oleh pembaca sasaran.

3. Dampak Penerapan Teknik Penerjemahan Terhadap Kualitas Terjemahan