• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Petani

5.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Komuniasi Petani dan Perilaku Petani dalam Melakukan Konservasi Tanah dan Air

5.5.1. Pengaruh Karakteristik Petani terhadap Intensitas Komunikasi Petani

Faktor yang diuji adalah faktor karakteristik petani (X1) dan intensitas komunikasi petani (Y1). Yang termasuk faktor karakteristik yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, kepemilikan media massa, keikutsertaan dalam kelompok, pendapatan, luas lahan garapan dan status kepemilikan lahan dan yang termasuk faktor intensitas komunikasi yaitu intensitas komunikasi sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional, intensitas komunikasi dengan media massa dan intensitas penyuluhan. Untuk mengetahui sebaran nilai koefisien regresi dan pengaruh dari masing-masing variabel dapat disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Nilai koefisien regresi faktor karakteristik petani (X1) yang mempengaruhi intensitas komunikasi petani (Y1)

X

1

(Y1) Y1

Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4

Co.β Sig. Co.β Sig. Co.β Sig. Co.β Sig. Co.β Sig.

X

1.1

-1,70 0,092 -1,185 0,238 -2,376 0,019 * -2,021 0,046 * 0,086 0,932 X1.2 1,401 0,164 2,415 0,017 * 2,101 0,038 * 1,479 0,142 4,385 0,000 * X1.3 -2,949 0,004 ** -3,041 0,003 ** -3,403 0,001 ** -3,291 0,001 ** 0,184 0,855 X1.4 -0,988 0,325 -0,654 0,514 -0,616 0,539 -0,490 0,625 0,928 0,355 X1.5 -2,482 0,015 * -2,097 0,038 * -1,739 0,085 -1,988 0,049 * -0,217 0,829 X1.6 1,692 0,093 1,087 0,279 1,440 0,153 1,842 0,068 1,262 0,209 X1.7 2,134 0,035 * 1,760 0,081 1,906 0,059 2,088 0,039 * -0,178 0,859 X1.8 4,412 0,000 ** 4,137 0,000 ** 4,922 0,000 ** 4,544 0,000 ** 2,607 0,010 *

Ket. ** Signifikan pada α = 0,01 * Signifikan α = 0,05

(X1) = Faktor Karakteristik Petani (X1.1) = Umur

(X1.2 ) =Tingkat pendidikan (X1.3) = Pengalaman berusahatani (X1.4) = Kepemilikan Media Massa (X1. 5) =Keikutsertaan dalam Kelompok (X1.6) =Tingkat Pendapatan

(X1.7) =Luas lahan garapan (X1.8) =Status kepemilikan lahan (Y1) = Intensitas Komunikasi Petani (Y1.1) = Intensitas Komunikasi Sesama Petani (Y1.2) = Intensitas Komunikasi dengan pengelola (Y1.3) = Keterpaan Media Massa (Y1.4) = Intensitas Penyuluhan

Berdasarkan hasil uji statistik antara faktor karakteristik petani terhadap intensitas komunikasi petani menunjukkan pengaruh yang berbeda-beda pada

setiap variabel dari kedua faktor tersebut. Hasil analisis statistik berdasarkan pengujian pervariabel menunjukkan bahwa pada faktor karakteristik petani menunjukkan sebagian besar (6 variabel) memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi petani yaitu variabel umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, keikutsertaan dalam kelompok, luas lahan garapan dan status kepemilikan lahan.

Adapun variabel kepemilikan media massa dan tingkat pendapatan tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi petani. Untuk lebih rinci dan detail nilai koefisien regresi dan tingkat pengaruh karakteristik petani terhadap intensitas komunikasi petani kaitannya dengan usahatani konservasi tanah dan air, maka akan dijelaskan berikut ini:

Berdasarkan Tabel 16 bahwa faktor karakteristik petani pada variabel umur menunjukkan nilai koefisien regresi negatif pada masing-masing variabel intensitas komunikasi petani namun jika diuji secara langsung dengan intensitas komunikasi petani menunjukkan nilai regresi positif. Nilai negatif artinya semakin bertambah umur seseorang maka semakin menurun tingkat intensitas berkomunikasinya. Baik intensitas komunikasi sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional, intensitas komunikasi dengan media massa serta intensitas penyuluhan. Umur berkaitan erat dengan faktor tenaga sehingga petani yang memiliki umur tua tidak memungkinkan untuk meningkatkan intensitas komunikasi sampai intensitas mengikuti penyuluhan secara rutin.

Variabel umur petani memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi dengan media massa dan intensitas penyuluhan. Sedangkan pada variabel intensitas komunikasi sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.

Berdasarkan Tabel 16 bahwa tingkat pendidikan petani responden memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas komunikasi petani pada variabel intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional dan intensitas komunikasi dengan media massa (keterdedahan media massa) dan tingkat pendidikan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas komunikasi sesama petani dan intensitas penyuluhan.

Tingkat pendidikan petani responden memiliki nilai koefesien regresi yang positif pada setiap variabel intensitas komunikasi petani. Angka positif artinya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat intensitas komunikasi dengan sesama petani, dengan pengelola taman nasional, dengan media massa serta intensitas penyuluhan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Jahi (1988) bahwa seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya lebih menyadari kebutuhan akan informasi, sehingga menggunakan lebih banyak jenis informasi dan lebih terbuka terhadap media massa.

Faktor karakteristik petani pada variabel pengalaman berusahatani menunjukkan nilai koefisien regresi bernilai negatif dengan nilai koefisien regresi masing-masing yaitu terhadap intensitas komunikasi dengan sesama petani (-2,949), intensitas komunikasi dengan pengelola (-3,041), intensitas komunikasi dengan media (-3,403) intensitas penyuluhan, (-3,291) namun pada pengujian antara variabel tingkat pengalaman dengan intensitas komunikasi petani menunjukkan nilai koefisien regresi yang positif.

Nilai negatif artinya semakin lama dan tinggi tingkat pengalaman seseorang dalam berusahatani maka semakin rendah tingkat intensitas komunikasi. Karena petani yang telah memiliki pengalaman yang lama dan tinggi mereka memiliki keterbatasan waktu yang dimiliki sehingga berpengaruh dalam melakukan interaksi dan intensitas komunikasi sesama petani, dengan pengelolaan taman nasional, dengan media massa serta intensitas mengikuti penyuluhan. Variabel pengalaman berusahatani memberikan pengaruh secara signifikan terhadap setiap variabel intensitas komunikasi petani.

Kepemilikan media massa tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas komunikasi petani baik pada setiap variabel intensitas komunikasi petani. Variabel kepemilikan media massa sebagian besar menunjukkan nilai koefisien regresi negatif namun pada uji antara kepemilikan media massa dengan intensitas komunikasi petani sendiri menunjukan nilai koefisien regresi yang postif. Nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel yaitu: intensitas komunikasi sesama petani (-0,988), intensitas komunikasi dengan pengelola (-0,654), intensitas komunikasi dengan media (-0,616) serta intensitas

penyuluhan (-0,490). artinya semakin tinggi tingkat kepemilikan media massa maka semakin menurun tingkat intensitas komunikasi sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional, dan intensitas penyuluhan.

Kepemilikan media massa yang semakin tinggi dan banyak dapat menyebabkan seseorang memiliki perhatian kepada seseorang semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena semakin banyak media massa yang dimiliki oleh seseorang maka semakin banyak informasi yang didapat oleh media massa tersebut dan bahkan dapat menimbulkan kelebihan informasi (overload) dan semakin banyak media massa yang dimiliki seseorang maka semakin sedikit waktu yang ada untuk berinteraksi sesama petani, pengelola taman nasional serta intensitas mengikuti penyuluhan, kelebihan informasi dapat menimbulkan reaksi-reaksi negatif dalam berkomunikasi sebagaimana yang sebutkan oleh Millar dalam Thoha (2004) bahwa kelebihan informasi (overload) hal ini merupakan suatu keadaan bahwa besarnya jumlah informasi yang diterima akan banyak mempengaruhi jalannya komunikasi. Muatan informasi yang berlebihan ini lebih condong menimbulkan reaksi-reaksi yang negatif terhadap komunikasi. Bahkan Millar dalam (Thoha, 2004) menyebutkan bahwa ada tujuh reaksi terhadap kelebihan muatan informasi.

Berdasarkan Tabel 16 bahwa Keikutsertaan dalam kelompok memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas komunikasi petani. Baik pada variabel intensitas komunikasi sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional dan inntensitas penyuluhan. Namun pada variabel keikutsertaan dalam kelompok tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas keterpaan media massa.

Keikutsertaan dalam kelompok memiliki nilai koefisien regresi yang negatif pada setiap variabel, nilai negatif artinya semakin banyak keikutsertaannya dalam kelompok atau organisasi maka semakin menurun intensitas komunikasi petani yang terjadi diantara kelompok tani tersebut yang menyangkut tentang usahataninya. Semakin banyak organisasi atau kelompok yang diikuti maka intensitas komunikasi dengan sesama petani, dengan pengelola taman nasional, dengan media massa serta intennsitas penyuluhan semakin menurun. Hal ini di sebabkan karena waktu yang tersedia tidak cukup untuk melakukan interaksi dan

komunikasi yang banyak dengan anggota kelompok taninya serta adanya perbedaan minat dan masalah yang dihadapi dari kelompok atau organisasi yang berbeda.

Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Tubbs dan Moss (2001) Sebenarnya, kebanyakan orang setidaknya pernah menjadi anggota suatu kelompok yang bertujuan mencari pemecahan masalah tertentu. Dan selanjutnya dikatakan bahwa setiap kelompok terdiri dari beberapa orang dengan gagasan, keahlian, dan minat yang berbeda-beda. Masalah yang dihadapi kelompok-kelompok tersebut juga berlainan. Setiap kelompok-kelompok mempunyai masalah yang harus diselesaikan dan harus menentukan cara pemecahan terbaik-idealnya dengan memanfaatkan sumber daya yang berasal dari semua anggotanya.

Berdasarkan Tabel 16 bahwa tingkat pendapatan petani tidak menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas komunikasi petani. Namun tingkat pendapatan memberikan nilai koefisien regresi yang poisitif pada masing-masing variabel intensitas komunikasi petani yaitu intensitas komunikasi dengan sesama petani dengan nilai koefisien regresi (1,692), intensitas komunikasi dengan pengelola (1087), intensitas komunikasi dengan media massa (1,440) serta intensitas penyuluhan (1,842). Artinya semakin tinggi tingkat pendapatan petani maka semakin meningkat intensitas komunikasi dengan sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola, intensitas komunikasi dengan media serta intensitas penyuluhan. Hal ini disebabkan karena petani yang memiliki pendapatan yang tinggi memiliki waktu yang tersedia untuk berinteraksi sesama petani, dengan pengelola taman nasional, dengan media massa serta intensitas penyuluhan karena perhatiannya tidak lagi terfokus pada kegiatan usahataninya.

Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa luasan lahan garapan yang dimiliki petani berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi petani. Luas lahan garapan petani memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas komunikasi dengan sesama petani dan intensitas penyuluhan yang diikuti namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional dan terhadap intensitas komunikasi dengan media massa.

Luas lahan garapan petani memiliki nilai koefisien regresi yang positif terhadap setiap variabel intensitas komunikasi. Namun jika diuji luasan lahan garapan dengan intensitas komunikasi petani itu sendiri menunjukan nilai yang negatif. Nilai positif artinya semakin luas lahan garapan seorang petani maka semakin tinggi dan semakin meningkat intensitas komunikasi yang terjadi baik intensitas komunikasi dengan sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional, intensitas komunikasi dengan media massa serta intensitas penyuluhan hal tersebut disebabkan karena semakin luas lahan garapannya maka semakin banyak membutuhkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelolanya sehingga proses interaksi dan intensitas komunikasi yang terjalin dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan manajemen pengelolaan usahatani yang tepat.

Berdasarkan Tabel 16 di atas bahwa karakteristik petani pada variabel status kepemilikan lahan memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi petani pada setiap variabel yaitu intensitas komunikasi dengan sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasiona, intensitas komunikasi dengan media massa serta intensitas penyuluhan. status kepemilikan lahan menunujukkan nilai koefisien regresi yang positif pada setiap variabel. Artinya status kepemilikan lahan sangat mempengaruhi pola dan intensitas komunikasi petani. Semakin jelas status kepemilikan atas lahan garapan misalnya milik sendiri, sewa atau penggarap dan seterusnya maka semakin meningkat intensitas komunikasi petani tersebut. Status milik sendiri yang diolah dalam berusahatani sangat mempengaruhi pola dan intensitas komunikasi dan menurunnya tingkat intensitas komunikasinya dengan sesama petani maupun dengan yang lainnya berkaitan tentang berusahatani yang bermakna konservasi tanah dan air.

Berdasarkan hasil analisis statistik pada Tabel 16 di atas tentang faktor karakteristik petani yang mempengaruhi intensitas komunikasi petani dalam melakukan konservasi tanah dan air dapat ditulis persamaan dan model regresi antara faktor karakteristik petani (X1) dan intensitas komunikasi petani (Y1) sebagai berikut:

Y1 = α + b1X1.1 + b2X1.2 + b3X1.3 + b4X1.4 + b5X1.5 + b6X1.6 + b7X1.7 + b8X1.8 Y1 = 2,046 + 3,402X1.1 + 0,112X1.2 + 3,923X1.3 + 2,657X1.4 – 4,783X1.5 +

2,478X1.6 – 3,330X1.7 + 6,393X1.8

Berdasarkan persamaan dan model regresi antara faktor karakteristik petani terhadap intensitas komunikasi petani diatas didapat bahwa nilai konstanta sebesar 2.046 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari faktor karakteristik petani (X1) maka nilai pengaruhnya intensitas komunikasi petani (Y1) adalah 2,046.

5.5.2. Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Intensitas Komunikasi Petani Adapun faktor lingkungan yang dapat mempengaruh intensitas komunikasi petani di daerah penyangga kawasan taman nasional yaitu teknologi usahatani konservasi, permodalan usahatani konservasi, lembaga sosial, organisasi usahatani konservasi dan nilai sosial budaya masyarakat. Sementara intensitas komunikasi petani yang dimaksud yaitu intensitas komunikasi dengan sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola, intensitas komunikasi dengan media massa/keterdedahan media massa serta intensitas penyuluhan. Untuk mengetahui tingkat pengaruh dari masing-masing faktor serta tingkat signifikannya dari masing-masing faktor dapat disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Nilai koefisien regresi faktor lingkungan yang mempengaruhi intensitas komunikasi petani

X2

(Y1)

(Y1)

(Y1.1) (Y1.2) (Y1.3) (Y1.4)

Co.β Sig. Co.β Sig. Co.β Sig. Co.β Sig. Co.β Sig.

X

2.1

-1,978 0,050 -1,855 0,066 -1,678 0,096 -2,396 0,018 * 3,009 0,003 ** X

2.2

-2,441 0,016 * -1,855 0,066 -1,891 0,061 -1,757 0,082 -0,529 0,598 X

2.3

1,612 0,110 0,413 0,680 1,941 0,055 1,539 0,127 3,774 0,000 ** X

2.4

7,287 0,000 ** 9,005 0,000 ** 5,264 0,000 ** 5,662 0,000 ** 2,427 0,017 * X

2.5

3,457 0,001 ** 3,339 0,001 ** 2,853 0,005 ** 3.397 0.001 ** -1,698 0,092 Ket. ** Signifikan pada α = 0,01 * Signifikan α = 0,05

X2.1) = Teknologi Konservasi

(X2.2) = Permodalan Usahatani Konservasi (X2.3) = Lembaga Sosial

(X2.4) = Organisasi Usahaytani konservasi (X2.5) = Nilai Sosial budaya

(Y1.1) = Intensitas Komunikasi Sesama Petani (Y1.2) = Intensitas Komunikasi dengan pengelola (Y1.3) = Keterpaan Media Massa

Berdasarkan hasil uji analisis statistik pengaruh faktor lingkungan (X2) terhadap intensitas komunikasi petani (Y2) menunjukkan bahwa sebagian besar variabel faktor lingkungan memberikan pengaruh secara signifikan dan nilai positif terhadap intensitas komunikasi petani pada masing-masing variabel. faktor lingkungan pada variabel teknologi konservasi hanya memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensitas penyuluhan dan pada intensitas komunikasi petani pada uji analisis secara bersama. Variabel permodalan usahatani konservasi memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi sesama petani.

Adapun variabel lembaga sosial tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional, dintensitas komunikasi dengan media massa serta intensitas penyuluhan namun memberikan pengaruh secara signifikan pada uji analisis secara bersama terhadap intensitas komunikasi petani. Sedangkan variabel organisasi usahatani konservasi dan nilai sosial budaya memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi petani pada masing-masing variabel. Adapun faktor lingkungan yang memberikan pengaruh secara positif dan secara signifikan terhadap intensitas komunnikasi petani pada masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:

Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa variabel teknologi pada faktor lingkungan memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi petani. Faktor lingkungan pada variabel teknologi menunjukkan pengaruh positif terhadap intensitas komunikasi petani. Variabel teknologi konservasi memiliki nilai koefisien regresi negatif pada masing-masing variabel intensitas komunikasi petani yaitu intensitas komunikasi sesama petani (-1,978), intensitas komunikasi dengan pengelola (-1,855), intensitas komunikasi dengan media massa (-1,678) serta intensitas penyuluhan (-2,396). Artinya semakin banyak jenis teknologi usahatani konservasi yang ditawarkan kepada para petani atau masyarakat di daerah penyangga kawasan taman nasional maka semakin rendah intensitas komunikasi dengan sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola, intensitas komunikasi dengan media massa/keterdedahan media massa serta intensitas penyuluhan yag diikutinya.

Faktor lingkungan pada aspek permodalan usahatani konservasi memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi petani pada variabel intensitas komunikasi sesama petani dan tidak memberikan pengaruh secara signifikan pada variabel lainya. Permodalan usahatani konservasi memberikan nilai koefisien regresi yang negatif terhadap intensitas komunikasi petani dengan kontribusi nilai masing-masing yaitu, intensitas komunikasi sesama petani dengan nilai koefisien regresi (-2,441), intensitas komunikasi dengan pengelola (-1,855), intensitas komunikasi dengan media massa (-1,891) serta intensitas penyuluhan (-1,757) Artinya semakin banyak modal yang digunakan oleh petani di daerah penyangga kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam berusahatani maka semakin menurun tingkat intensitas komunikasi dengan sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional, intensitas komunikasi dengan media massa serta intensitas penyuluhan.

Faktor lingkungan pada aspek lembaga sosial memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi petani pada masing-masing variabel. Variabel lembaga sosial pada faktor lingkungan menunjukkan nilai koefisien regresi yang positif. Adapun nilai koefisien regresi pada masing-masing variabel intensitas komunikasi petani yaitu: intensitas komunikasi dengan sesama petani (1,612), intensitas komunikasi dengan pengelola (0,413), intensitas komunikasi dengan media massa (1,941) dan intensitas penyuluhan (1,539). Artinya keberadaan lembaga sosial berpengaruh terhadap positif pada pola interaksi dan intensitas komunikasi petani di daerah penyangga kawasan taman nasional dan semakin banyak lembaga sosial yang memiliki kepedulian dan perhatian kepada petani maka semakin meningkat intensitas komunikasi petani yang terjalin dan terbentuk.

Dalam melakukan uhasatani keberadaan organisasi atau kelompok tani dirasakan sangat penting. Karena dengan adanya organisasi atau kelompok tersebut para anggotanya dapat melakukan diskusi atau tukar pandangan sesama anggota dalam memecahkan suatu masalah yang mereka sedang hadapi. Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa keberadaan organisasi usahatani konservasi memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi petani pada masing-masing variabel. Keberadaan organisasi usahatani

menunjukkan nilai koefisien regresi positif pada masing-masng variabel. Nilai positif artinya semakin banyak organisasi yang ada maka semakin bertambah dan meningkat intensitas komunikasi petani yang terjadi dan terjalin kaitannya dengan uapaya melakukan konservasi tanah dan air secara berkelanjutan.

Nilai sosial budaya pada faktor lingkungan memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi petani pada masing-masing variabel. Variabel nilai sosial budaya menunjukkan nilai koefisien regresi yang positif pada masing-masing variabel. Dengan nilai koefesien regresi masing-masing variabel yaitu intesitas komunikasi sesama petani (3,457), intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional (3,339), intensitas komunikasi dengan media massa (2,853) serta intensitas penyuluhan (3,397). Artinya semakin banyak peran-peran, nilai-nilai dan norma budaya tentang hubungan alam sekitarnya pada masyarakat maka semakin tinggi pula intensitas komunikasi yang terbentuk. Namun jika diuji secara bersama antara variabel nilai sosial budaya terhadap intensitas komunikasi petani maka didapat nilai koefisen regresi bernilai negatif.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 17 di atas tentang faktor lingkungan yang mempengaruhi intensitas komunikasi petani dalam melakukan konservasi tanah dan air dapat ditulis persamaan dan model regresinya sebagai berikut:

Y1 = α + b1 X2.1 + b2X2.2 + b3X2.3 + b4X2.4 + b5X2.5

Y1 = 1,486 + 0,264X2.1 – 2,184X2.2 + 0,154X2.3 + 9,056 b4X2.4– 7,006X2.5

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai konstanta dari faktor lingkungan terhadap intensitas komunikasi petani yaitu 1,488. artinya apabila pada faktor lingkungan tidak terjadi kenaikan nilai maka pengaruhnya terhadap intensitas komunikasi petani sebesar 1,488.

5.6. Pengaruh Karakteristik Petani terhadap Perilaku Petani dalam