• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Klausula Baku dalam Sektor Jasa Keuangan.

KUH PERDATA

C. Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Klausula Baku dalam Sektor Jasa Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang No 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.274 Otoritas Jasa Keuangan berfungsi menyelenggarkan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.275

Keberadaan OJK tidak bisa dilepaskan dari otoritas moneter dan otoritas fiskal.276

274

Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otorita Jasa Keuangan.

Hal ini terkait dengan pembagian dua jesis pengaturan dan pengawasan bank yaitu pengawasan dalam macro-economic supervision dan prudential

275

Pasal 5 Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

276

Komang Darmawan, “Harapan Besar Pada OJK”, Investor, No. 231/XIV/September 2012, hal 31.

supervision. Pengaturan dan pengawasan bank dalam bentuk macro-economic supervision untuk mendorong bank-bank ikut menunjang pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestabilan moneter, sedangkan pengaturan dan pengawasan bank dalam bentuk prudential supervision untuk mendorong agar bank secara individual tetap sehat serta mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik.277 Maka pengaturan dan pengawasan bank pindah ke OJK, sementara Bank Indonesia menjaga stabilitas keuangan dan sistem pembayaran.278

Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.

279

Terhitung 1 Januari 2014, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjalankan fungsi pengawasan perbankan yang selama ini dijalankan oleh Bank Indonesia (BI). OJK telah lebih dulu mengambilalih pengawasan lembaga keuangan non bank sejak 1 Januari 2013. Jadi dengan pengambilalihan fungsi pengawasan perbankan oleh OJK, maka OJK memiliki wewenang yang meliputi kelembagaan bank mulai dari perizinan pendirian bank, dan pengaturan serta pengawasan mengenai kesehatan bank, manajemen risiko, bahkan pemeriksaan bank.280

277

Bismar Nasution, “Aspek Hukum Peran Bank Sentral Dalam Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)”, disampaikan pada Focus Group Discussion (FGD) tentang Peran Bank Sentral Dalam Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Padang, tanggal 28 Mei 2009, hal 13.

278

Komang Darmawan, Op.cit, hal 31.

279

Pasal 6 Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

280

Agustina Melani, “Menyambut Pengawasan Perbankan ke Tangan OJK Mulai 2014”, diakses tanggal 6 Januari 2014.

Selain itu, salah satu tujuan pembentukan OJK adalah melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 4 Undang- Undang No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yaitu:281

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap: a. terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;

b. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan

c. mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

OJK dalam rangka melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat kemudian menerbitkan Peraturan OJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan yang diundangkan pada tanggal 26 Juli 2013. Muliaman D. Hadad berpendapat bahwa Peraturan OJK ini mengandung 3 aspek utama yaitu:282

a. peningkatan transparansi dan pengungkapan manfaat, risiko serta biaya atas produk dan/atau layanan Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK).

b. tanggung jawab PUJK untuk melakukan penilaian kesesuaian produk dan/atau layanan dengan risiko yang dihadapi oleh konsumen keuangan. c. prosedur yang lebih sederhana dan kemudahan konsumen keuangan untuk

menyampaikan pengaduan dan penyelesaian sengketa atas produk dan/atau layanan PUJK.

Pasal 22 ayat (1) Peraturan OJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan mengatur perjanjian baku yang disusun oleh pelaku

281

Pasal 4 Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

282

Dewi Rachmat Kusuma, “OJK Terbitkan Aturan Untuk Pertama Kalinya, Apa Isinya?”,

jasa keuangan wajib disusun sesuai dengan peraturan perundang-undangan.283 Selain itu menurut Peraturan OJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, kontrak baku dapat ditawarkan oleh pelaku usaha jasa keuangan melalui media elektronik.284

Pasal 22 ayat (3) Peraturan OJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan melarang klausula baku dalam sektor jasa keuangan yaitu:

285

Perjanjian baku sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang digunakan oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang:

a. menyatakan pengalihan tanggung jawab atau kewajiban Pelaku Usaha Jasa Keuangan kepada Konsumen;

b. menyatakan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan berhak menolak pengembalian uang yang telah dibayar oleh Konsumen atas produk dan/atau layanan yang dibeli;

c. menyatakan pemberian kuasa dari Konsumen kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk melakukan segala tindakan sepihak atas barang yang diagunkan oleh Konsumen, kecuali tindakan sepihak tersebut dilakukan berdasarkan peraturan perundang- undangan;

d. mengatur tentang kewajiban pembuktian oleh Konsumen, jika Pelaku Usaha Jasa Keuangan menyatakan bahwa hilangnya kegunaan produk dan/atau layanan yang dibeli oleh Konsumen, bukan merupakan tanggung jawab Pelaku Usaha Jasa Keuangan;

e. memberi hak kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk mengurangi kegunaan produk dan/atau layanan atau mengurangi harta kekayaan Konsumen yang menjadi obyek perjanjian produk dan layanan;

f. menyatakan bahwa Konsumen tunduk pada peraturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau perubahan yang dibuat secara sepihak oleh Pelaku Usaha

283

Pasal 22 ayat (1) Peraturan OJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan

284

Pasal 22 ayat (2) Peraturan OJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

285

Pasal 22 ayat (3) Peraturan OJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

Jasa Keuangan dalam masa Konsumen memanfaatkan produk dan/atau layanan yang dibelinya; dan/atau

g. menyatakan bahwa Konsumen memberi kuasa kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan atas produk dan/atau layanan yang dibeli oleh Konsumen secara angsuran.

Pasal 54 dan Pasal 56 Peraturan OJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan mengamanatkan kontrak baku yang dibuat oleh pelaku usaha jasa keuangan wajib menyesuaikannya dengan Pasal 22 Peraturan OJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan sebelum berlakunya Peraturan OJK yang berlaku efektif terhitung 1 (satu) tahun sejak tanggal diundangkan.286

Demkian dapat disimpulkan bahwa:

a. Keberadaan OJK tidak lepas dari otoritas moneter dan otoritas fiskal yaitu pengawasan yang dilakukan oleh Bank Sentral dalam bentuk pengawasan macro- economics supervision yang mendorong bank-bank ikut menunjang pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestabilan moneter sedangkan, pengaturan dan pengawasan bank dalam bentuk prudential supervision untuk mendorong agar bank secara individual tetap sehat serta mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik.

b. OJK adalah lembaga independen yang bertugas melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa

286

Pasal 54 dan Pasal 56 Peraturan OJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

keuangan lainnya terhitung 1 Januari 2014, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di mana sebelumnya OJK telah lebih dulu mengambilalih pengawasan lembaga keuangan non bank sejak 1 Januari 2013 sesuai dengan Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

c. Salah satu tujuan pembentukan OJK adalah melindungi kepentingan konsumen terutama untuk klausula baku dalam sektor jasa keuangan yang ditunjukkan OJK dengan menerbitkan Peraturan OJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan. Peraturan OJK ini mengatur tentang penawaran kontrak baku oleh pelaku usaha jasa keuangan melalui media elektronik, larangan klausula baku dalam kontrak baku sektor jasa keuangan dan penyesuaian kontrak baku yang harus dilakukan oleh pelaku usaha jasa keuangan sebelum berlakunya Peraturan OJK yang berlaku efektif terhitung 1 (satu) tahun sejak tanggal 26 Juli 2013 yaitu sejak tanggal Peraturan OJK ini diundangkan.

D. Kekuatan Mengikat Klausula Syarat Batal Dalam Kontrak Bisnis Yang