• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelompokan pulau kecil berbasis geomorfolog

4.4 Pengelompokan Pulau Kecil untuk Perikanan

4.4.3 Pengelompokan pulau kecil berbasis geomorfolog

Pengelompokan pulau kecil adalah penggabungan beberapa pulau kecil ke dalam satu kelompok yang kepadanya dapat diterapkan satu bentuk pengelolaan. Cara ini dimaksudkan untuk pengelolaan ekosistem daerah penangkapan ikan. Pengelompokan pulau kecil bersifat spasial yang didasarkan pada karakteristik biogeofisik pulau kecil dan ekosistemnya melalui pengolahan data penginderaan jauh. Karakteristik biogeofisik pulau kecil dan gugus-pulau kecil dianalisis menurut proses terbentuknya atau morfogenesis. Klasifikasi tipe pulau kecil berbasis geomorfologi digunakan sebagai upaya yang terstruktur untuk mendapatkan karakteristik biogeofisik pulau kecil dan ekosistemnya. Di sisi lain,

kriteria ekologis, untuk identifikasi jenis ekosistem laut, dilakukan analisis dalam hubungannya dengan tipe pulau.

Pengelompokan pulau kecil dibedakan menjadi dua tahapan, yaitu aplikatif dan eksploratif. Secara aplikatif, dilakukan menurut jarak 12 mil dan dibedakan menjadi dua macam yaitu kelompok pulau kecil dan kelompok gugus-pulau kecil. Secara eksploratif, dilakukan menurut karakteristik biogeofisik dan dibedakan menjadi tiga macam yaitu kelompok gugus-pulau kecil, kelompok pulau kecil dan gugus-pulau kecil, dan kelompok pulau kecil dan pulau kecil. Secara skematik pengelompokan pulau-pulau kecil ditunjukkan pada Gambar 43.

Pengelompokan pulau kecil dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1) identifikasi dan pemilahan antara pulau kecil dan gugus-pulau kecil, 2) pengelompokan pulau kecil atau gugus-pulau kecil dengan jarak 12 mil, 3) identifikasi karakteristik biogeofisik pulau kecil, gugus-pulau kecil, dan

ekosistemnya,

4) pengelompokan gugus-pulau kecil,

5) pengelompokan pulau kecil dan gugus-pulau kecil yang berdekatan, 6) pengelompokan pulau kecil dan pulau kecil.

II) Eksploratif Pengelompokan menurut karakteristik biogeofisik

3) Gugus-pulau kecil

4) Pulau kecil dan gugus-pulau kecil 5) Pulau kecil dan pulau kecil Pengelompokan menurut jarak 12 mil 1) Pulau kecil 2) Gugus-pulau kecil I) Aplikatif

Gambar 43 Pengelompokan pulau kecil.

Pengelompokan pulau kecil secara aplikatif, dilakukan dengan mengukur jarak 12 mil. Pulau kecil atau gugus-pulau kecil yang berada jauh di antara pulau- pulau kecil lain diukur jaraknya dan jika berjarak lebih dari 12 mil maka merupakan satu kelompok. Kemungkinannya dapat berupa kelompok pulau kecil atau kelompok gugus-pulau kecil. Contoh di daerah penelitian adalah Pulau

Palue dan Pulau Sukun di Kabupaten Sikka serta Pulau Makalehi di Kabupaten Sitaro (Gambar 1a). Ketiganya termasuk kategori pengelompokan kesatu yaitu kelompok pulau kecil. Jika pulau kecil yang terpisah membentuk gugus-pulau maka feomena ini termasuk kategori pengelompokan kedua yaitu kelompok gugus-pulau kecil

Pulau Palue berjarak 11 mil dengan Pulau (besar) Flores dan berjarak 31 mil dengan Pulau Sukun, sedangkan Pulau Makalehi berjarak 13,5 mil dengan Pulau Siau. Kasus ini menjadi pertimbangan ketentuan jarak sejauh +12 mil sebagai cara aplikatif untuk mengelompokkan pulau-pulau kecil. Pulau Palue, Pulau Sukun, dan Pulau Makalehi adalah pulau kecil tipe vulkanik ekstrusif berbukit. Jarak pulau-pulau kecil yang berjauhan berpotensi dijumpai pada pulau kecil tipe vulkanik, tipe atol, dan tipe terumbu yang proses terbentuknya berada di daerah samudra dan terkait dengan aktivitas magmatik.

a) Gugus-pulau Besar

b) Pulau Moimoi Landsat RGB 543

c) Pulau Pahepa d) Pulau Ranuh

P. Buhias P. Pahepa Landsat RGB 421 P. Laweang P. Biora P. Masere P. Behang P. Awi P. Bakau P. Sekila P. Moimoi Landsat RGB 421 P. Ranuh P. Hantu Landsat RGB 421 P. Abang-kecil

Pengelompokan pulau kecil secara eksploratif, dilakukan dengan cara mengeksplorasi atau mengidentifikasi karakteristik biogeofisik pulau-pulau kecil dan ekosistemnya. Berdasarkan karakteristik biogeofisik tersebut dilakukan pengelompokan yang dibedakan menjadi tiga macam yaitu kelompok gugus- pulau kecil, kelompok pulau kecil dan gugus-pulau kecil, dan kelompok pulau kecil dan pulau kecil.

Kelompok gugus-pulau kecil atau pengelompokan ketiga. Keterkaitan dan interaksi pulau-pulau kecil yang termasuk kategori gugus-pulau dikaji dari kondisi perairan laut dangkalnya. Contoh di daerah penelitian, Gambar 1 b, menunjukkan pulau-pulau kecil tipe tektonik yang tergabung dalam satu paparan yang dapat dikategorikan sebagai suatu gugus-pulau. Gambar 44 a menunjukkan warna biru terang adalah bentuklahan perbukitan sisa vulkanik yang tergenang oleh air laut dan membentuk bentuklahan terumbu yang menjadi penghubung antara Pulau Besar, Pulau Kondo, Pulau Parumaan, Pulau Dambila, dan Pulau Pangabatang. Kumpulan pulau-pulau kecil tipe vulkanik ekstrusif berbukit dan datar ini membentuk gugus-pulau kecil. Di sini pertumbuhan terumbu karang semakin merekatkan pulau-pulau kecil tersebut. Gambar 29 g menunjukkan bentuklahan terumbu telah menjadi penghubung antara Pulau Pomana-besar dengan Pulau Pomana-kecil, sehingga kedua pulau kecil tipe terumbu ini juga dapat dikategorikan sebagai gugus-pulau kecil.

Uraian tersebut menjelaskan bahwa kelompok gugus-pulau kecil merupakan cara pengelompokan pulau kecil yang mengikuti fenomena proses alami. Cara pengelompokannya dapat memanfaatkan data penginderaan jauh seperti diuraikan di atas. Contoh tersebut juga menguraikan fenomena terbentuknya gugus-pulau kecil yang terbentuk pada satu tipe pulau kecil. Tidak tertutup kemungkinan, gugus-pulau kecil terbentuk oleh pulau-pulau kecil yang berlainan tipenya. Metode identifikasinya sama seperti halnya pada satu tipe pulau kecil yaitu melalui kondisi perairan laut dangkal yang berupa paparan, peneplain, atau bentuklahan terumbu. Jika gugus-pulau kecil terbentuk pada tipe pulau kecil yang berlainan maka pengelolaannya perlu mempertimbangkan adanya karakteristik biogeofisik yang berlainan.

Kelompok pulau kecil dan gugus-pulau kecil atau pengelompokan keempat. Contoh di daerah penelitian, Gambar 44 d, Gugus-pulau Hantu dan Pulau Ranuh yang keduanya merupakan pulau kecil tipe tektonik lipatan berbukit. Berdasarkan karakteristik biogeofisik memungkinkan untuk dijadikan satu kelompok. Pada

Gambar 44 c, dijumpai Pulau Buhias, Pulau Pahepa, Pulau Behang, dan Pulau Masere telah membentuk gugus-pulau kecil yang disatukan oleh bentuklahan terumbu. Sementara itu, Pulau Laweang dan Pulau Biora merupakan pulau-pulau kecil yang terpisah dengan jarak berdekatan. Gugus-pulau kecil dan kedua pulau kecil ini merupakan pulau kecil tipe vulkanik ekstrusif berbukit terdenudasi. Oleh karena karakteristik biogeofisik gugus-pulau kecil dan pulau-pulau kecil ini sama maka dapat dijadikan satu kelompok.

Kelompok pulau kecil dan pulau kecil atau pengelompokan kelima. Pada Contoh di daerah penelitian, Gambar 44 b, dijumpai pulau-pulau kecil yang berdekatan dan semuanya merupakan pulau kecil tipe tektonik berbukit dengan kondisi ekosistem laut serupa. Pulau-pulau kecil ini dapat dijadikan dalam satu kelompok karena memiliki karakteristik biogeofisik sama.

Sebaliknya, pada Gambar 8 dijumpai Pulau Ruang, Pulau Tagulandang, dan Pulau Pasighe dengan jarak berdekatan. Ketiga pulau kecil ini berada pada satu area perairan laut dangkal (Gambar 20). Ketiganya merupakan pulau kecil tipe vulkanik ekstrusif berbukit dan datar mulai dari sangat aktif hingga tidak aktif. Meskipun ketiga pulau kecil tersebut berdekatan, tetapi berdasarkan karakteristik biogeofisik tidak dapat dijadikan dalam satu bentuk pengelolaan. Produk letusan Gunungapi Ruang yang aktif di Pulau Ruang menyebabkan pertumbuhan terumbu karang perairan sekelilingnya ketiga pulau tersebut terkendala. Pulau Tagulandang di sebelahnya mempunyai terumbu pinggiran yang berkembang baik. Sementara itu, Pulau Pasighe mempunyai hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun yang jauh lebih baik. Fenomena ini adalah contoh pulau-pulau kecil satu tipe yang berdekatan tetapi tidak sesuai dijadikan satu kelompok.

Jika pulau-pulau kecil dengan jarak berdekatan mempunyai karakteristik biogeofisik sangat berlainan perlu perhatian khusus dalam pengelolaannya. Pengelompokan aplikatif dan eksploratif seperti diuraikan di atas, selanjutnya dibuatkan batas yang menjadi zonasi (ruang) wilayah kerja pengelolaan yaitu menggunakan jarak, misalnya dengan cara membagi dua.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pengelompokan pulau kecil lebih mudah dimulai secara aplikatif kemudian secara eksploratif. Jika (if) pada jarak 12 mil terdapat pulau-pulau kecil belum terpisahkan, maka (then) ditempuh cara eksploratif. Penarikan jarak ditentukan menurut kedalaman perairan laut dangkal yaitu pada batas surut terendah atau batas pecah gelombang (breaker

line). Perairan laut dangkal di pulau kecil tipe tektonik berupa paparan, di pulau kecil tipe vulkanik berupa endapan material hasil letusan, dan di pulau kecil tipe terumbu berupa bentuklahan terumbu. Jarak ditarik mulai dari sisi paparan atau terumbu terluar. Dari citra Landsat RGB 421 atau RGB 543 perairan laut dangkal berwarna biru terang. Pada pulau dengan topografi pantai terjal daerah pecahan gelombang (breaker zone) dapat dikenali seperti pada Gambar 36. Cara pengelompokan ini mengandung risiko adanya suatu kelompok pulau berada di bawah dua daerah kewenangan secara administratif.

5 PEMBAHASAN

5.1 Teknik Pengolahan Data Pulau Kecil dan Ekosistemnya