4.1 Pulau Kecil dan Ekosistemnya
4.1.3 Tipe Terumbu
Hasil analisis geomorfologi di Pulau Pomana-besar dan Pulau Pomana-kecil, diketahui bahwa pulau kecil tipe terumbu dikenali terutama dari aspek morfologi dengan bentuk memanjang atau tidak melingkar sebagai hasil dari proses pengangkatan pada batu gamping terumbu. Proses awalnya adalah biologik yaitu dari binatang karang. Selain itu, aspek morfoarrangement juga membantu dalam identifikasi karena susunan keruangan posisi pulaunya terkait dengan pulau-pulau kecil tipe vulkanik. Aspek-aspek tersebut menjadi lebih berperan jika informasi jenis batuan belum tersedia.
Pulau kecil tipe terumbu tampak dari citra Landsat RGB 543 dengan warna lebih cerah dibandingkan dengan pulau kecil tipe vulkanik. Hal ini terkait dengan batuan gamping terumbu dan vegetasi yang jarang. Interpretasi awal untuk pulau kecil tipe terumbu adalah dengan unsur warna yang cerah dan bentuk pulau yang memanjang. Dari tiga daerah penelitian, pulau kecil tipe terumbu yang dijumpai hanyalah Pulau Pomana-besar dan Pulau Pomana-kecil yang berada di antara pulau-pulau kecil tipe vulkanik.
Warna citra untuk pulau kecil tipe terumbu ada kemiripan dengan pulau kecil tipe atol. Hal ini disebabkan oleh karena keduanya tersusun oleh batuan gamping terumbu. Akan tetapi keduanya memiliki morfologi pulau berbeda karena perbedaan proses terbentuknya. Pulau kecil tipe terumbu berbentuk memanjang, sedangkan pulau kecil tipe atol berbentuk melingkar. Morfologi pulau kecil tipe atol berbentuk melingkar atau bentuk lain dari deformasi melingkar sebagai kelanjutan dari proses pembentukan terumbu akibat tenggelamnya pulau kecil tipe vulkanik.
4.1.3.1 Bentuklahan model pulau kecil
Hasil analisis dari aspek morfogenesis, bentuklahan pulau kecil tipe terumbu yang berkembang di Kabupaten Sikka dapat dikelompokkan menjadi bentuklahan-bentuklahan asal proses 1) tektonik/struktural, 2) marin, dan 3) organik.
Bentuklahan asal proses tektonik atau struktural yang dijumpai adalah bentuklahan perbukitan plato berupa dua perbukitan memanjang dan bentuklahan perbukitan mesa berupa bukit kecil. Perbukitan yang luas atau plato dinamakan Pulau Pomana-besar, sedangkan yang sempit atau mesa dinamakan Pulau Pomana-kecil. Kedua pulau ini memiliki morfogenesis yang sama yaitu terbentuk dari hasil pengangkatan terumbu. Perbedaan dijumpai pada ukuran
bukit dan kondisi cuspate foreland yang menjadikan perbedaan kategori bentuklahan.
Proses pengangkatan yang berlangsung membentuk suatu kelurusan dari Pulau Sukun, Pulau Besar, dan Pulau Flores bagian timur, dimana pada kelurusan ini secara umum membentuk deretan gunungapi seperti diilustrasikan oleh Bemmelen (1970) secara skematik pada Gambar 25. Di antara deretan gunungapi ini juga terangkat terumbu yang terletak di antara Pulau Sukun dan Pulau Besar dan terbentuklah pulau kecil tipe terumbu yaitu Pulau Pomana-besar dan Pulau Pomana-kecil. Pulau kecil tipe terumbu ini terbentuk di atas batu vulkanik yang terangkat
Bentuklahan asal proses marin yang dijumpai adalah bentuklahan cuspate foreland, bentuklahan tombolo, dan bentuklahan gisik. Bentuklahan cuspate foreland terbentuk dari hasil pengendapan batu gamping terumbu dari proses akresi. Bentuklahan tombolo terbentuk dari hasil perluasan cuspate foreland
yang telah menghubungkan dua pulau kecil berbukit yaitu Pulau Pomana-besar. Bentuklahan gisik terbentuk sebagai hasil dari proses abrasi gelombang terhadap batu gamping terumbu yang kemudian diendapkan di sekitarnya. Bentuklahan gisik membentuk dataran pantai dan relatif sangat sempit.
Ketiga bentuklahan asal marin tersebut membentuk dataran. Bentuklahan tombolo berada di antara dua bukit sedangkan cuspate foreland berada di bagian selatan dan timur Pulau Pomana-besar. Penduduk menempati tombolo dan
cuspate foreland dan mendapatkan sumber air tawar yang berada di lereng bukit. Bentuklahan asal proses organik yaitu bentuklahan terumbu yang terbentuk oleh binatang karang di perairan laut dangkal pulau-pulau kecil tipe terumbu. Bentuklahan asal proses organik yang dijumpai adalah bentuklahan terumbu paparan yang terdiri atas bentuklahan terumbu pelataran bergoba dan bentuklahan terumbu dinding tanduk. Goba atau lagun dijumpai di empat lokasi, yaitu di bagian timur dan selatan Pulau Pomana-besar dan dua di bagian utara Pulau Pomana-kecil. Goba dapat menjadi indikasi suatu tahapan perkembangan bentuklahan terumbu dan merupakan gambaran kondisi hidrologi pada bentuklahan terumbu.
Pulau Pomana dikelilingi oleh perairan laut dalam dan menghadap laut lepas dengan kedalaman lebih dari -500 m kecuali di sisi Selatan. Di perairan laut dangkal ini, Pulau Pomana berada di antara Pulau Babi dan Gugus-pulau Besar, dimana keduanya termasuk kategori pulau kecil tipe vulkanik (Gambar 21).
Gambar 25 Skematik penampang melintang Pulau Pomana, (Bemmelen, 1970).
a) Pulau Pomana-besar dengan tebing pantai yang terjal (cliff)
b) Pulau Pomana-kecil (0,9 Ha), gisik pantai dan cliff dari sisi Barat
c) Perairan laut dangkal di Pulau Pomana-besar
d) Perairan laut dangkal dengan terumbu karang di Pulau
Pomana-kecil
e) Permukiman di bentuklahan tombolo di antara dua perbukitan
f) Batu gamping terumbu di Pulau Pomana-besar
Hasil analisis geomorfologi berupa peta bentuklahan Pulau Pomana-besar dan Pomana-kecil disajikan pada Gambar 27 dan 28. Pulau Pomana-besar terdiri atas bentuklahan-bentuklahan tombolo, cuspate foreland, perbukitan plato, terumbu pelataran bergoba, dan terumbu dinding tanduk. Pulau Pomana-kecil terdiri atas bentuklahan-bentuklahan cuspate foreland, gisik, perbukitan mesa, terumbu pelataran bergoba, dan terumbu dinding tanduk. Pulau Pomana-besar dan Pulau Pomana-kecil mempunyai ekosistem terumbu karang yang relatif luas dan luas masing-masing bentuklahan disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23 Luas bentuklahan Pulau Pomana
Pomana-besar Pomana-kecil No Bentuklahan
Luas (Ha) % Luas (Ha) %
1 Terumbu pelataran bergoba 9.135 9.70 9.79 48.44
2 Terumbu dinding tanduk 25.657 27.24 4.244 21.00
9 Gisik 0 0.00 1.476 7.30 10 Tombolo 5.406 5.74 0 0.00 11 Cuspate foreland 1.421 1.51 2.252 11.14 13 Lagun 1.678 1.78 1.531 7.58 14 Daratan 50.9 54.04 0.912 4.51 Total 94.19 100.00 20.21 100.00 Total Terumbu 34.79 36.94 14.03 69.42
Sumber : Data primer
4.1.3.2 Karakteristik biogeofisik
Model pulau kecil tipe terumbu, yaitu Pulau Pomana-besar dan Pulau Pomana-kecil di Kabupaten Sikka terletak di Laut Flores dan berada di antara pulau-pulau kecil tipe vulkanik (Gambar 7). Di perairan Pulau Pomana-kecil ini area terumbu karang lebih luas daripada daratannya, dan mangrove dan lamun tidak dijumpai.
Pulau Pomana-besar dengan luas 50,9 Ha memiliki morfologi perbukitan dan elevasi tertinggi 300 m dpal. Perbukitan ini dikembangkan untuk perkebunan jagung dan kacang-kacangan pada bagian lahan yang mempunyai solum tanah relatif paling tebal (20 – 30 cm) di perbukitan tersebut, terutama pada musim penghujan. Pulau Pomana-kecil dengan luas 0,9 Ha memiliki morfologi perbukitan dengan elevasi tertinggi 200 mdpal dan ditutupi oleh semak belukar.
Unsur interpretasi warna yang cerah sebagai refleksi dari batu gamping terumbu dan vegetasi yang jarang dapat menjadi indikasi pada identifikasi awal pulau kecil tipe terumbu. Sementara itu, informasi jenis batuan yaitu gamping terumbu dapat diperoleh melalui Peta Geologi atau cek lapangan.
Gambar 27 Peta bentuklahan Pulau Pomana-besar.
Secara geomorfologis, keadaan umum Pulau Pomana dicirikan oleh perbukitan berupa dua punggungan bukit dan satu bukit kecil. Perbukitan ini dicirikan oleh morfologi bukit berteras dengan arah umum Timurlaut. Pola ini berasal dari proses tektonik yaitu pengangkatan yang berlangsung pada batu gamping terumbu. Hasil pengangkatan ini membentuk tiga pulau kecil yang termasuk pulau kecil tipe terumbu. Morfologi pulau secara umum berbentuk memanjang atau tidak melingkar. Pulau Pomana diduga merupakan tiga pulau yang terpisah. Dua pulau yang lebih besar yang telah terhubungkan oleh tombolo yang dinamakan Pulau Pomana-besar, dan satu pulau lebih kecil yang dinamakan Pulau Pomana-kecil. Bentuklahan tombolo adalah cuspate foreland
yang telah menghubungkan dua pulau. Saat kini, ketiga pulau kecil ini telah terhubungkan oleh bentuklahan terumbu sehingga membentuk gugus-pulau.
Secara umum morfologi perbukitan mendominasi Pulau Pomana, sedangkan daerah dataran relatif sempit, yang berupa bentuklahan tombolo,
cuspate foreland, dan gisik pantai. Dataran terbentuk dari endapan batu gamping terumbu hasil abrasi air laut. Dataran relatif luas dijumpai di antara dua perbukitan besar di Pulau Pomana-besar. Sementara itu, dataran sempit dijumpai di bagian Timur dan Selatan Pulau Pomana-besar. Dataran lain berupa dataran pantai yang relatif sangat sempit.
Proses abrasi di tepi pantai pulau-pulau kecil ini menyisakan tebing terjal atau cliff (Gambar 26 a dan b). Pantai dengan tebing terjal mendominasi pantai di Pulau Pomana-besar dan Pulau Pomana-kecil. Tebing pantai ini membentuk gerong laut (notch) yang mencerminkan kerja gelombang yang kuat. Hal ini menjadi salah satu penyebab mengapa mangrove dan lamun sulit tumbuh dan berkembang. Di samping posisi pantainya berhadapan dengan gelombang besar, sedimentasi lumpur rendah, dan potensi pembentukan air payau yang rendah. Daerah dataran pantai berupa bentuklahan tombolo dan cuspate foreland dan dimanfaatkan oleh penduduk sebagai permukiman. Masyarakat menggunakan sumber air tawar yang muncul di lereng perbukitan.
4.1.3.3 Pengolahan data
Hasil perhitungan OIF pada citra Landsat untuk model pulau kecil tipe terumbu diperoleh bahwa, kombinasi kanal untuk Pulau Pomana-besar adalah 257 dan untuk Pulau Pomana-kecil adalah 235. Urutan nilai OIF Pulau Pomana- besar ditunjukkan pada Lampiran 6. Perbedaan yang menyolok dari kedua model
pulau kecil ini adalah pada ukuran pulau. Nilai digital Pulau Pomana-kecil banyak dipengaruhi oleh perairan laut dangkal termasuk terumbu karang yang relatif luas. Sementara itu, hasil perhitungan OIF pada citra QuickBird diperoleh bahwa untuk Pulau Pomana-besar adalah kombinasi kanal 124 dan Pulau Pomana-kecil adalah 234.
Berdasarkan kombinasi kanal terseleksi dibuat enam citra komposit dan salah satunya ditunjukkan pada Gambar 29 a dan b untuk citra Landsat dan Gambar 29 e dan f untuk citra QuickBird.
Morfologi Pulau Pomana-besar tampak lebih jelas dari citra Landsat (Gambar 29 a dan b) dibandingkan dari citra QuickBird (Gambar 29 e dan f), padahal resolusi spasialnya jauh berbeda yaitu antara 30 m dengan 2,44 m. Demikian halnya untuk Pulau Pomana-kecil antara Gambar 29 b dan f. Hal ini menunjukkan bahwa citra Landsat sesuai untuk tampilan morfologi pulau-pulau kecil tipe terumbu.
Kanal 7 pada kombinasi kanal 257 terseleksi memiliki nilai OIF tertinggi pada Pulau Pomana-besar. Citra komposit terpilih adalah RGB 752. Di sisi lain, hasil penelitian Parcharidis et al (1998) yang mempelajari fenomena karst di pantai utara Selat Corinthian menyebutkan bahwa kanal-kanal terseleksi adalah 1, 4, dan 7. Citra komposit terpilih adalah RGB 471. Adanya perbedaan ini diperkirakan dipengaruhi oleh perbedaan penutup lahan, akan tetapi pada kedua peneitian ini ada kesamaan yaitu terpilihnya kanal 7.
Obyek–obyek ekosistem terumbu karang pada Gambar 29 e (QuickBird) lebih jelas daripada Gambar 29 a (Landsat). Sementara itu, Gambar 29 e (RGB 421) lebih jelas daripada Gambar 29 f (RGB 432), dimana keduanya memiliki karakteristik biogeofisik yang sama yaitu terumbu karang yang tumbuh pada batuan gamping terumbu. Kondisi serupa juga dijumpai pada perbandingan antara RGB 542 dengan RGB 421 pada sesama citra Landsat. Hal ini menunjukkan bahwa resolusi spektral lebih berperan dibandingkan resolusi spasial. Kanal 1 dan 2 lebih sesuai dalam menampilkan obyek–obyek ekosistem terumbu karang.
Hasil penajaman spektral terseleksi untuk model pulau kecil tipe terumbu adalah autoclip, sedangkan hasil filter terseleksi adalah high-pass sharpen 2
(Tabel 24 dan 25). Model pulau-pulau kecil tipe terumbu mempunyai kondisi penutup lahan yang relatif sama. Contoh citra hasil penajaman dan pemfilteran ditunjukkan pada Gambar 29 c dan h.
a) Pulau Pomana-besar, Landsat RGB 752
b) Pulau Pomana-kecil, Landsat RGB 532
c) Pulau Pomana Landsat RGB 752 autoclip, sharpen 2 d) Pulau Pomana Landsat RGBI 7528 e) Pulau Pomana-besar, QuickBird RGB 421 f) Pulau Pomana-kecil, QuickBird RGB 432
h) Pulau Pomana,
QuickBird RGB 421
autoclip, sharpen 2
g) Pulau Pomana,
Citra Landsat RGB 421
Tabel 24 Hasil penajaman pada model pulau kecil tipe terumbu Penajaman
Pulau Linear Autoclip Levelslice Equalizer Gaussian Default
Log Pomana- besar ++ ++++ +++ +++ +++ + Pamana- kecil ++ ++++ +++ +++ +++ + Keterangan: - : tidak jelas + : kurang jelas ++ : jelas +++ : sangat jelas ++++: paling jelas
Sumber: Hasil pengolahan data dengan software Er-Mapper 6.4
Tabel 25 Hasil pemfilteran pada model pulau kecil tipe terumbu
Filter
low pass high pass edge detection
Pulau average 3x3 average diagonal Sharpen 2 Sharp edge Gradien in the x direction Gradien in the y direction Pomana- besar ++ ++ ++++ + - - Pamana- kecil ++ ++ ++++ + - - Keterangan: - : tidak jelas + : kurang jelas ++ : jelas +++ : sangat jelas ++++ : paling jelas
Sumber : Hasil pengolahan data dengan software Er-Mapper 6.4
Hasil fusi multispasial dari citra Landsat RGBI 7528 (Gambar 29 d) maupun dari citra QuickBird meningkatkan kejelasan atau ketajaman tampilan morfologi dan obyek-obyek pulau kecil tipe terumbu. Namun, fusi multispasial tidak memperjelas atau tidak mempertajam tampilan obyek-obyek terumbu karang. Hal ini juga terjadi pada pulau kecil tipe tektonik dan vulkanik yang menunjukkan bahwa terumbu karang memerlukan kisaran panjang gelombang lebih spesifik.
Pada model pulau-pulau kecil tipe terumbu tidak dijumpai mangrove dan lamun tetapi dijumpai terumbu karang dengan pertumbuhan sangat baik. Teknik fusi multispektral berupa citra warna semu (False Color Composite/FCC) seperti RGB 421 dapat dibangun dari citra Landsat dan QuickBird. Citra komposit RGB 421 ini menampilkan terumbu karang dengan baik (Gambar 29 e dan g) dan
Pada analisis bentuklahan terumbu berbasis geomorfologi, citra komposit RGB 421 dari Landsat sudah dapat menampilkan bentuklahan terumbu dengan baik. Perbandingan antara Gambar 29 g dengan 29 b di perairan Pulau Pomana-kecil, menunjukkan perbedaan kedetailan tampilan terumbu akibat perbedaan pilihan kanal; dimana kanal 1 dan 2 lebih baik. Sementara itu, perbandingan antara Gambar 29 g dengan 29 h menunjukkan bahwa identifikasi bentuklahan terumbu dan terumbu karang sudah dapat dicapai dari citra Landsat.
Pulau kecil tipe tektonik ditandai terutama oleh bentuklahan tektonik atau struktural dan di daerah penelitian didominasi oleh struktur lipatan. Aspek morfoarrangement berupa igir memanjang dan bentuk beragam lebih berperan untuk identifikasinya. Pulau-pulau kecil yang terbentuk sebenarnya adalah bagian dari peneplain yang tidak tenggelam. Peneplain ini tersusun oleh batupasir, batulempung, dan konglomerat, dan di pantainya batuan ini tersingkap dengan kemiringan dip struktur yang bervariasi. Kondisi luas peneplain yang tenggelam dan ekosistem laut yang terbentuk membuat karakteristik biogeofisik pulau kecil bervariasi, sehingga karakter spektralnya beragam yang berpengaruh pada fusi multispektral. Fusi multispektral terseleksi adalah 234 dan 345. Fusi multispasial sesuai dalam mempertajam morfologi pulau dan mangrove. penutup lahannya homogen dan pulaunya kecil, penajaman yang sesuai adalah autoclip highpass sharpen 2. Jadi teknik pengolahan datanya adalah (Gambar 46).