• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Pulau Kecil dan Ekosistemnya

4.1.2 Tipe Vulkanik

Hasil analisis geomorfologi di daerah model, diketahui bahwa dari aspek morfologi, pulau kecil tipe vulkanik dikenali berupa pegunungan, perbukitan, dan dataran. Bentuklahan lereng gunungapi terdenudasi dengan pola aliran radial juga merupakan aspek morfologi untuk identifikasi pulau kecil tipe vulkanik. Sementara itu, dari aspek morfoarrangement pulau-pulau kecil tipe vulkanik membentuk suatu kelurusan sebagai cermin dari jalur magmatik. Pulau kecil tipe vulkanik dikenali terutama dari kunci interpretasi unsur bentuk dan lokasi, yaitu bentuk melingkar atau bentuk lain dari deformasi melingkar dan lokasi di samudra.

Pulau kecil tipe vulkanik yang tidak berbentuk melingkar adalah hasil proses denudasi tahap lanjut. Dalam hal ini, identifikasinya dilakukan dengan mengenali bentuklahan asal vulkanik seperti kawah atau torehan dengan pola radial. Namun, pulau kecil tipe vulkanik dengan topografi datar, ciri-ciri tersebut sulit diidentifikasi dari citra satelit. Salah satu solusinya adalah dengan cek lapangan. Kasus ini diperkirakan banyak dijumpai terutama untuk pulau-pulau sangat kecil.

4.1.2.1 Bentuklahan model pulau kecil

Hasil analisis geomorfologi dari aspek morfogenesis, bentuklahan pulau- pulau kecil tipe vulkanik yang berkembang di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Sitaro dapat dikelompokkan menjadi bentuklahan-bentuklahan asal proses 1) vulkanik/magmatik, 2) fluvial, 3) marin, dan 4) organik.

Bentuklahan-bentuklahan magmatik/vulkanik yang berkembang di pulau- pulau kecil di daerah penelitian adalah gunungapi dengan kondisi dari sangat aktif sampai kondisi tidak aktif dalam kurun waktu sangat lama. Pulau-pulau di Kabupaten Sikka berada pada suatu kelurusan, seperti deretan Pulau Palue, atol Gosong-goni, dan Pulau Babi yang berada pada suatu kelurusan di tengah Laut Flores. Di sebelah Selatan ada kelurusan yang menghubungkan Pulau Besar dan deretan gunungapi di Pulau Flores. Pulau-pulau di Kabupaten Sitaro berada pada suatu kelurusan dengan arah umum ke Utara – Selatan dan membentuk tiga kelompok pulau yaitu Siau, Tagulandang, dan Biaro. Pulau Makalehi berada jauh dari kelurusan tersebut yaitu di bagian Barat Pulau Siau. Seperti diuraikan pada Bab 3, Kabupaten Sitaro mempunyai dua gunungapi aktif yaitu Gunung Karangetang di Pulau Siau dan Gunung Ruang di Pulau Ruang. Kepulauan Sitaro adalah bagian dari busur magmatik Kepulauan Sangihe. Morfologi umum pulau- pulau berupa pegunungan dan perbukitan.

Bentuklahan kawah sebagai ciri gunungapi banyak dijumpai yang berada di ketinggian seperti di Pulau Siau (Gunung Karangetang, 1.827 m), Pulau Ruang (Gunung Ruang, 868 m), dan Pulau Palue (Gunung Rokatenda, 863 m) dan ada kawah yang berupa danau seperti di Pulau Sukun, Kabupaten Sikka dan di Pulau Makalehi, Kabupaten Sitaro. Morfologi kawah yang terdenudasi dapat dikenali dari citra Landsat seperti di Pulau Besar dan Pulau Tagulandang. Bentuklahan perbukitan vulkanik banyak dijumpai pada pulau-pulau kecil tipe vulkanik yang secara umum disebabkan oleh proses deformasi lanjut dari tubuh vulkanik asalnya. Bentuklahan ini dicirikan oleh pola torehan yang khas pada gunungapi yaitu bertekstur halus cerminan sedikit torehan untuk material lava, atau bertekstur kasar cerminan banyak torehan untuk material piroklastik. Sebagai contoh, Pulau Babi yang tersusun secara dominan oleh batuan breksi andesit (lava) bertekstur halus dan Pulau Palue yang tersusun secara dominan oleh batuan tufa dan pasir (piroklastik) bertekstur kasar.

Di Kabupaten Sikka dijumpai Gosong-goni berbentuk melingkar dengan kedalaman + 30 m dan mempunyai outlet di sebelah Timur. Besar kemungkinan bentuklahan terumbu karang ini tumbuh mengikuti pola batuan dasarnya (substrat) yang berupa tubuh vulkanik yang berada di bawah permukaan air laut. Tubuh gunungapi ini mungkin telah terhenti pertumbuhannya sebelum mencapai permukaan atau bisa juga berupa bekas tubuh gunungapi yang telah hancur oleh letusannya sendiri hingga terendam oleh air laut. Terumbu ini secara morfogenesis disebut atol yang merupakan tahap akhir perkembangan bentuklahan terumbu samudra. Gosong-goni ini dijumpai pada kelurusan antara Pulau Palue dan Pulau Konga, dan dengan posisi ini memperkuat dugaan bahwa Gosong-goni adalah atol. Pulau kecil Gunungsari (0,393 Ha) terbentuk di Gosong-goni sebagai hasil dari akresi pantai dengan elevasi pulau berkisar antara 1 – 1,5 meter dpal. Material penyusunnya adalah hancuran koral mati (rampat).

Bentuklahan fluvial berupa dataran aluvial pantai terbentuk tapi relatif sempit. Proses fluvial dan fluvio-vulkanik di pulau-pulau yang terbentuk dari gunungapi aktif jenis strato memiliki proses eksogen yang berlangsung intensif dan memicu terjadinya longsor lahan. Efek dari aktivitas gunungapi dan longsor lahan yang intensif menyebabkan pertumbuhan terumbu karang terkendala yang terjadi di sekeliling pulau.

a) Singkapan batuan breksi andesit di sisi Barat Pulau Babi

b) Kapal nelayan di pantai berpasir hasil rataan pasang surut yang semula permukiman di Pulau Babi

c) Gisik dan tebing pantai di Pulau Ruang dari sisi Timur

d) Pola pertumbuhan terumbu karang di pulau kecil tipe vulkanik

di Pulau Tagulandang, Sitaro

e) Asosiasi mangrove dan lamun jenis Enhalus di Pulau Pasighe

f) Padang lamun jenis Thalasia di Pulau Pasighe

Gambar 15 Foto perairan laut dangkal pulau kecil tipe vulkanik.

a) Pulau Dambila, Landsat RGB 542 bertekstur halus

b) Pulau Biaro,

Landsat RGB 543

bertekstur kasar

Bentuklahan asal proses marin yang banyak dijumpai adalah gisik dengan material endapan hasil letusan gunungapi berupa batu dan pasir. Bentuklahan lain seperti rataan pasang-surut dapat dijumpai di beberapa pulau dengan material hancuran koral. Proses marin ini membentuk pantai berpasir dan pada pantai ini seringkali tersusun oleh material campuran antara hancuran koral dan endapan piroklastik.

Bentuklahan asal organik untuk terumbu yang berkembang adalah terumbu samudra (oceanic reefs) yaitu terumbu pinggiran, terumbu penghalang, dan atol. Terumbu pinggiran banyak dijumpai di perairan laut dangkal di sebagian besar pulau vulkanik, sedangkan terumbu penghalang hanya terbatas seperti dijumpai di Pulau Besar bagian Barat. Perkembangan pembentukan terumbu bervariasi di antara pulau-pulau kecil tipe vulkanik. Perbedaan tingkat perkembangan bentuklahan terumbu berkorelasi terbalik dengan tingkat aktivitas vulkanik yaitu semakin tinggi aktivitas gunungapi semakin terkendala perkembangan terumbu. Contoh hasil identifikasi bentuklahan terumbu secara visual disajikan pada peta bentuklahan pulau-pulau model. Sementara itu, bentuklahan asal organik untuk lahan gambut dijumpai di daerah yang terlindung, seperti halnya dengan lamun. Ekosistem mangrove dan lamun yang berkembang dengan baik di daerah penelitian seperti dijumpai di Pulau Pasighe, Kabupaten Sitaro.

Analisis geomorfologi untuk memberikan gambaran variasi bentuklahan lebih detail dipilih tiga pulau kecil yaitu Pulau Ruang, Pulau Babi, dan Pulau Pasighe. Ketiga pulau kecil ini dipilih menurut perbedaan tingkat aktivitas vulkanik. Hasil analisis secara visual dan klasifikasi bentuklahan ditampilkan dalam bentuk peta yang disajikan pada Gambar 17 sampai Gambar 19. Berikut uraian analisis geomorfologi secara deskriptif untuk menggambarkan karakteristik biogeofisik pulau vulkanik.

Pulau Ruang

Pulau Ruang merupakan salah satu pulau kecil tipe vulkanik yang mempunyai gunungapi aktif. Morfologi pulau ini secara umum berbentuk melingkar yang merupakan suatu kerucut gunungapi (volcanic cone) tipe stratovulkano. Pulau Ruang pernah mengalami longsoran dicirikan oleh adanya tebing longsoran berbentuk tapal kuda yang menghadap ke Utara. Pola ini tampak jelas dari citra satelit meskipun sebagian besar tubuh dari longsoran ini telah tertutup oleh endapan vulkanik yang baru dari aktivitas Gunung Ruang.

Endapan ini dapat berasal dari aliran piroklastik maupun lahar yang tampak jelas tersingkap pada bentuklahan tebing pantai (cliff), seperti terlihat di sepanjang pantai bagian Utara. Hasil pelongsoran tersebut telah menghasilkan bentuklahan berupa bukit-bukit kecil dan besar (hummock) terdiri atas campuran bongkahan batu-batuan lava basaltik dan andesitik serta piroklastik. Hummock yang berukuran kecil telah banyak tertutup oleh endapan vulkanik yang baru, sedangkan hummock yang besar masih tampak jelas di lapangan yang menduduki bentuklahan kerucut gunungapi lereng bawah di bagian Utara. Bentuklahan kerucut gunungapi dapat dipilahkan menjadi tiga yaitu lereng atas (35°), lereng tengah (20°), dan lereng bawah (5-10°).

Letusan Gunung Ruang Tahun 2002 menghancurkan Desa Pumpete dan Desa Laingpatehi akibat derasnya jatuhan piroklastik (pyroclastic fall) yang terjadi. Jarak antara pusat letusan (kawah) dengan kedua desa ini kurang dari 2 km, sedangkan jatuhan piroklastik yang berukuran blok dan lapilli bisa mencapai radius 5 km. Letusan tersebut juga menghasilkan aliran piroklastik atau awan panas (nuees ardentes) yang secara umum mengalir ke arah Selatan dan Tenggara. Hal ini dicirikan oleh banyaknya endapan lapilli di lereng-lereng dan absennya vegetasi seperti kelapa dan semak belukar. Di bagian puncak Pulau Ruang terdapat dua kawah yang berdampingan dengan arah Timur-Laut (NE). Aliran lava hasil letusan Tahun 1949 berasal dari kawah sisi Timur-Laut dan mengalir ke arah Timur menuruni lereng hingga mencapai tepi pantai di Tanjung Kulukulu (Gambar 17). Aliran lava ini tampak jelas di citra dan dicirikan dengan masih sedikitnya vegetasi. Pantai pasir berbatu terbentuk oleh material yang berasal dari aliran piroklastik dan lahar.

Terumbu karang masih belum banyak tumbuh di sekitar pulau vulkanik ini, sedangkan mangrove dan lamun juga tidak dijumpai. Gambaran aktivitas gunungapi tersebut menjadi dasar untuk memahami karakteristik biogeofisik ekosistem laut. Hasil analisis tersebut juga menjadi dasar untuk analisis digital.

Berdasarkan Peta Geologi daerah penelitian (Samodra, 1994), Pulau Ruang tersusun atas aglomerat, lava, tuff, timbunan awan panas, endapan jatuhan, dan lahar. Aglomerat tersusun atas kepingan batuan andesit dan basalt yang tersebar di sebagian pantai yang curam. Lava andesit hornblende yang tersingkap di salah satu lereng berselingan dengan aglomerat terkekarkan membentuk struktur tiang dan melebar. Timbunan awan panas di lembah-lembah curam mengandung kepingan batuan beku, tuff terkersikkan, kayu terarangkan.

Gambar 17 Peta bentuklahan Pulau Ruang.

Pulau Babi

Pulau Babi dengan luas 88,37 Ha memiliki morfologi kubah dengan topografi bergunung dan elevasi tertinggi 338 mdpal. Material yang dominan adalah lava dan breksi andesit berumur Pleistosen. Kubah lava ini mengalami denudasi menjadi bentuklahan kubah lava terdenudasi. Kenampakan di lapangan menunjukkan material ini mempunyai garis-garis kekar hasil proses intrusi. Berdasar analisis citra Landsat yang didukung oleh cek lapangan serta peta rupa bumi, menunjukkan bahwa sebagian besar pantai yang terbentuk adalah pantai berpasir sebagai hasil dari hancuran terumbu karang membentuk bentuklahan gisik. Namun pada bagian Timur-Laut terbentuk pantai berbatu yang tersusun secara dominan oleh batuan breksi andesit (Gambar 15 a). Pola aliran yang terbentuk adalah radial sentrifugal dengan tingkat torehan menengah.

Bagian Selatan Pulau Babi berupa dataran dan dijumpai sumur dengan kedalaman air tanah berkisar antara 2 - 5 meter. Kedalaman sumur ini dipengaruhi oleh lapisan batuan tak tembus air yang membatasi akuifer. Bagian atas perlapisan batuan tersebut tertutupi oleh material pasir yang diidentifikasi sebagai hasil pelapukan fisik pantai berbatu oleh proses abrasi air laut. Bukti dari proses abrasi air laut adalah berupa gerong laut (notch) di kaki gunungapi dengan jarak berkisar 677 meter dari pantai, dan kondisi ini menegaskan bahwa dataran yang ada merupakan bentuklahan rataan pasang surut. Di bagian selatan juga dijumpai bentuklahan rawa payau yang ditumbuhi mangrove. Lereng terjal yang terbentuk di sisi luar terumbu karang mengindikasikan batas dari terumbu pinggiran (fringing reefs) dan terbentuk bentuklahan goba (Gambar 18).

Pulau Pasighe

Pulau Pasighe dengan luas 1,92 Km2 merupakan bentuklahan dataran sisa vulkanik yang mempunyai morfologi relatif datar dengan lereng landai (0° – 3°) serta mempunyai elevasi kurang dari 5 m. Menurut Peta Geologi daerah penelitian (Samudra, 1994) tipe batuan yang menyusun pulau ini sama dengan material gunungapi Malingge yang terdiri atas breksi gunungapi, lava, tuf, dan timbunan awan panas yang disertai adanya sisipan batupasir tufaan. Breksi vulkanik dan lava bersusunan andesit-basalt, sedangkan endapan awan panas mengandung kepingan andesit, basalt, diorit, batu apung, dan tuf tersilika yang menyudut. Sebagai sisipan pada tuff dan breksi gunungapi, tebal batupasir tufaan yang berbutir kasar hingga sangat kasar sekitar 20 cm.

Pulau Pasighe sudah tidak lagi mencerminkan suatu bentukan vulkanik seperti halnya Pulau Ruang. Hal ini mencerminkan bahwa, kemungkinan besar bentuklahan vulkanik ini telah hancur akibat letusan yang dahsyat di masa lalu dari Gunung Pasighe sendiri, sehingga menyisakan tubuh vulkanik yang rata dan hampir terendam oleh air laut. Dugaan ini diperkuat oleh bentuk dan pola pulau yang melingkar serta di sebelah utara pulau ini merupakan suatu perairan laut dangkal berbentuk cekung yang tersusun oleh pasir dan terumbu karang. Material pasir berasal dari produk vulkanik dan terumbu karang yang ada tentunya tumbuh di atas substrat batuan vulkanik dari sisa-sisa tubuh vulkanik lama. Letusan vulkanik yang besar yang umumnya dapat menghacurkan tubuh vulkanik adalah tipe letusan magmatik, seperti tipe plinian, yang umumnya mampu menghasilkan suatu kaldera yang didahului dengan semburan piroklastik abu-batuapung (ignimbrite) yang besar dan diendapkan di sekitar gunungapi. Jika lapilli batuapung yang ditemukan di Pulau Pasighe tersebut adalah berasal dari pulau itu sendiri, maka besar kemungkinan pulau ini secara morfogenesis merupakan suatu pulau vulkano-denudasional atau sebagai sisa-sisa tubuh vulkanik yang hancur di masa lalu.

Permukaan lahan Pulau Pasighe terdiri atas endapan piroklastik berupa pasir dan kerikil (lapilli) yang mirip dengan endapan di Pulau Ruang. Besar kemungkinan jatuhan piroklastik dari letusan terakhir Gunung Ruang mencapai pulau ini, meskipun ditemukan jenis batuapung yang tidak ditemukan di Pulau Ruang. Lapili yang berada di atas pulau ini mempunyai bentuk runcing dan membulat. Yang pertama mencerminkan hasil dari letusan secara langsung (pyroclastic fall), sedangkan yang kedua mencerminkan hasil kerja dari ombak pantai terhadap endapan piroklastik yang jatuh di tepi pantai pulau ini.

Di sebelah Utara Pulau Pasighe merupakan suatu perairan laut dangkal yang membentuk suatu lagun dengan air laut tersalurkan melalui suatu celah (inlet) yang berada di sisi Timur. Bentuklahan lagun dangkal dengan material pasir-lumpuran dan terumbu berada di bagian tepi, sedangkan bentuklahan lagun dalam dengan material pasir dan terumbu berada di bagian tengah. Bentuklahan gisik dengan material koral berpasir terbentuk mengikuti garis pantai yang kemudian dihancurkan oleh abrasi gelombang (Gambar 15 e). Sebagian dari dasar lagun tampak ditumbuhi oleh padang lamun pada substrat lumpur-pasiran terutama yang terletak di dekat Pulau Pasighe. Massa batuan vulkanik ini

merupakan tempat tumbuhnya terumbu karang, lamun, dan berbagai jenis tanaman bakau (mangrove) dan nonmangrove.

Pulau Pasighe merupakan cagar alam dan sebagai lokasi untuk gerakan rehabilitasi lahan dan hutan (GERHAN) yang dikelola oleh Departemen Kehutanan. Di pulau ini kondisi ekosistem mangrove, terumbu karang, dan lamun dijumpai paling bagus dan dapat dijadikan sebagai contoh bentuk asosiasi pertumbuhan ketiga ekosistem utama yang ideal.

Pulau Ruang, Pulau Pasighe, dan Pulau Tagulandang berada pada satu area perairan dangkal yang dikelilingi oleh perairan laut dalam dan menghadap laut lepas dengan kedalaman lebih dari -1.000 m. Di bagian selatan kedalaman laut mencapai hingga lebih dari -600 m dan dijumpai Gugus-pulau Biaro (Gambar 20). Pulau Babi dikelilingi oleh perairan laut dangkal kecuali di sisi utara menghadap laut lepas dengan kedalaman lebih dari -500 m. Di perairan laut dangkal ini dijumpai juga Pulau Pomana dan Gugus-pulau Besar (Gambar 21).

Gambar 20 Peta kedalaman laut Pulau Ruang dan sekitarnya.

4.1.2.2 Karakteristik biogeofisik

Tipe pulau vulkanik yang dipilih untuk penelitian ini adalah pulau-pulau kecil di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Sitaro. Hasil analisis secara geomorfologis dari aspek morfoarrangement, pulau vulkanik di Kabupaten Sikka berkembang mengikuti jalur magmatik yang membentuk kelurusan dengan arah umum ke barat - timur, seperti ditunjukkan pada kelurusan yang menghubungkan antara Pulau Palue, atol Gosong-goni, Pulau Babi, dan Pulau Konga (di sebelah barat Sikka). Sementara itu, di Kabupaten Sitaro pulau-pulau kecil berkembang memanjang dengan arah umum ke utara - selatan. Pola ini dapat dilihat dengan jelas dari citra Landsat yang digunakan dalam penelitian (Gambar 7 dan 8). Pulau-pulau kecil ini berkembang di samudra yaitu di Laut Flores dan di Laut Sulawesi dan termasuk kategori tipe vulkanik.

Secara geomorfologis, keadaan umum pulau-pulau kecil tipe vulkanik dicirikan oleh bentuk pola morfologi pulau yang secara umum berbentuk melingkar seperti Pulau Palue di Kabupaten Sikka atau pola bentuk melingkar yang menyambung seperti Pulau Siau di Kabupaten Sitaro yang pada dasarnya merupakan ciri dari gunungapi. Namun, morfologi pulau kecil tipe vulkanik di daerah penelitian tidak seluruhnya berbentuk melingkar, misal, Pulau Dambila di Kabupaten Sikka dan Pulau Biaro di Kabupaten Sitaro (Gambar 16). Pulau vulkanik yang tidak lagi melingkar disebabkan oleh tingkat aktivitas vulkanis lebih lanjut dan asosiasinya dengan proses eksogenik.

Secara umum morfologi Kepulauan Sikka dan Sitaro didominasi oleh relief pegunungan dan perbukitan, sedangkan daerah dataran relatif sempit, berupa dataran aluvial pantai dan rataan pasang surut. Perbedaan relief ini dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu tingkat aktivitas vulkanis dan komposisi material vulkanis. Faktor pertama, tingkat aktivitas gunungapi yang tinggi berpotensi membentuk relief pegunungan, sebaliknya aktivitas gunungapi yang semakin lama tidak aktif berpotensi membentuk relief perbukitan dan bahkan dataran. Pola morfologi tersebut hanya berlaku secara relatif terhadap suatu pulau kecil vulkanik, karena pada dasarnya morfologi pulau kecil yang dijumpai merupakan akhir aktivitas magmatik saat kini. Faktor kedua adalah komposisi material vulkanik antara piroklastik dan lava. Material piroklastik lebih rentan terdenudasi dibandingkan material lava, sehingga pulau vulkanik yang didominasi material piroklastik relatif lebih cepat terdenudasi membentuk dataran. Proses erosi dan longsor pada material piroklastik juga lebih intensif yang berpengaruh terhadap

ekosistem laut. Morfologi dataran umumnya dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan permukiman, sedangkan morfologi pegunungan dan perbukitan dimanfaatkan untuk perkebunan.

Pulau-pulau kecil di Sikka dan Sitaro dengan tipe vulkanik mempunyai substrat dasar yang tersusun atas endapan material vulkanik. Bentuklahan terumbu samudra akan berkembang di sini. Pada pulau kecil tipe vulkanik yang berupa gunungapi aktif, terumbu karang secara relatif kurang dapat berkembang karena terganggu oleh produk letusan, seperti yang terjadi di Pulau Ruang. Kegiatan gunungapi dengan periode letusan yang sering berpengaruh terhadap proses pertumbuhannya (banyak getaran, penaikan suhu serta sebaran materi vulkan yang mengganggu kejernihan air). Namun, secara umum terumbu karang lebih banyak berkembang dengan baik di pulau kecil tipe vulkanik ternudasi (tidak aktif) dibandingkan dengan di pulau kecil tipe tektonik.

Pulau-pulau kecil tipe vulkanik di Kabupaten Sikka dijumpai terumbu karang sangat bagus karena posisinya berada di samudra, sedangkan mangrove

relatif sedikit dan lamun tidak ada. Di Kabupaten Sitaro dijumpai terumbu karang,

mangrove, dan lamun dengan kondisi lebih bervariasi.

4.1.2.3 Pengolahan data

Hasil perhitungan OIF pada citra Landsat diperoleh bahwa kombinasi kanal 245 sering muncul dengan nilai tertinggi pada model pulau-pulau kecil tipe vulkanik (Tabel 17). Contoh urutan nilai OIF Pulau Babi ditunjukkan pada Lampiran 5.

Tabel 17 Kombinasi kanal citra Landsat model pulau kecil tipe vulkanik

No Nama pulau Kombinasi Kondisi pulau

1 2 3 4 5 6 7 8 Tagulandang, Sitaro Pasighe, Sitaro Ruang, Sitaro Besar, Sikka Palue, Sikka Babi, Sikka Parumaan, Sikka Kondo, Sikka 245 247 345 245 345 245 234 234 Vulkanik terdenudasi

Vulkanik terdenudasi, berlagun Vulkanik aktif

Vulkanik terdenudasi Vulkanik aktif

Vulkanik terdenudasi

Vulkanik terdenudasi, sangat kecil Vulkanik terdenudasi, sangat kecil Sumber: Hasil pengolahan data dengan formula 1, Lampiran 1.

Dari 8 model pulau kecil tipe vulkanik, 6 model merupakan gunungapi tidak aktif dan proses yang terjadi adalah denudasi. Di sisi lain, perbedaan tingkat proses denudasi yang berlangsung pada batuan vulkanik mempengaruhi perbedaan penutup lahan yang tercermin pada perbedaan kombinasi kanal (Tabel 17). Selain itu, perbedaan tingkat aktivitas vulkanik juga berpengaruh pada pertumbuhan terumbu karang dan bentuklahan terumbu. Dari kombinasi kanal terseleksi dapat dibuat enam citra komposit (Lampiran 7), seperti pada Gambar 22 a untuk pulau kecil tipe vulkanik berbukit dan Gambar 22 b untuk pulau kecil tipe vulkanik datar.

Hasil perhitungan OIF pada citra QuickBird diperoleh bahwa kombinasi kanal terseleksi adalah 124 untuk Pulau Babi dan 134 untuk Pulau Pasighe dan Pulau Ruang. Gambar 22 c adalah citra komposit RGB 421 data QuickBird untuk Pulau Babi. Dari perbandingan antara Gambar 22 a (Landsat RGB 542) dan Gambar 22 c (QuickBird RGB 421), diketahui bahwa tampilan morfologi pulau relatif sama tajam. Padahal kedua citra ini memiliki perbedaan resolusi spasial berbeda yaitu 30 m dan 2,44 m. Hal ini menunjukkan bahwa kanal 1 tidak sesuai untuk tampilan daratan pulau kecil tipe vulkanik yang berbukit seperti Pulau Babi. Hasil seleksi jenis penajaman spektral untuk pulau-pulau kecil tipe vulkanik adalah autoclip, levelslice, dan equalizer (Tabel 18). Sementara itu, hasil seleksi jenis filternya adalah low-pass average 3X3, low-pass average diagonal, dan

high-pass sharpen 2 (Tabel 19). Artinya, untuk satu pulau dapat digunakan ketiga jenis penajaman dan ketiga jenis filter tersebut. Berdasarkan kondisi di lapangan