• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1. Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan

Sedangkan distribusi silang responden menurut kategori dan asal sekolahnya secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori dan Asal Sekolah

Nama Sekolah

Jenis Responden

Total

Guru Siswa Pegawai Kepala

Sekolah

SMAN I Air Putih 5 70 7 1 83

SMAN I Lima Puluh 4 57 9 1 71

SMAN I Medang

Deras 1 37 2

1

41

SMAN I Sei Suka 6 64 2 1 73

SMAN I Talawi 4 61 6 1 72 SMAN I Tanjung Tiram 4 49 4 1 58 Total 24 338 30 6 398

4.1.1. Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan Untuk menciptakan masyarakat yang perduli dengan lingkungan hidup, salah satunya dapat dimulai dari lingkungan pendidikan atau sekolah. Oleh sebab itu pihak

sekolah perlu membuat suatu kebijakan yang sifatnya peduli dan berbudaya lingkungan hidup. Dari hasil kuesioner yang telah disebarkan, maka diperoleh jawaban dari responden yang menyatakan belum ada kebijakan di sekolah mereka yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup sebanyak 120 orang (30.2%), dan sebanyak 278 orang (69.8%) menyatakan sekolah mereka telah membuat kebijakan terkait dengan kepedulian dan berbudaya lingkungan hidup. Lebih jelas tentang temuan ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Distribusi jawaban responden tentang keberadaan kebijakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan

No Jawaban Responden Frekuensi Persen (%)

1 Belum Ada 120 30.2

2 Ada (Lampirkan) 278 69.8

Total 398 100

Sementara itu, temuan menyangkut bentuk kebijakan sekolah terkait dengan program sadar lingkungan terdiri atas beberapa bentuk, yaitu dituangkan dalam SK (6%), RIPS/RPS/Renstra/RKS (1.5%) dan KTSP (44%). Sisanya sebanyak 48 % atau 193 responden yang sebagian menyatakan ” belum ada” dan atau masuk dalam kategori menyatakan “ada” tetapi tidak menjawab.

Tabel 4.5. Distribusi responden mengenai bentuk atau wujud kebijakan sekolah terkait dengan program peduli dan berbudaya lingkungan

No Jawaban Responden Frekuensi Persen (%)

1 Tidak menjawab 193 48.5

2 SK 24 6.0

3 RIPS/RPS/Renstra/RKS 6 1.5

4 KTSP 175 44.0

Sedangkan sebaran responden terkait dengan keberadaan kebijakan sekolah mengenai program Peduli dan Berbudaya Lingkungan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6. Sebaran responden terkait kebijakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup menurut asal sekolah

Nama Sekolah

Kebijakan Sekolah Yang Peduli

Dan Berbudaya Lingkungan Hidup Total

Belum Ada Ada (Lampirkan)

SMAN I Air Putih 1 82 83

SMAN I Lima Puluh 2 69 71

SMAN I Medang Deras 2 39 41

SMAN I Sei Suka 53 20 73

SMAN I Talawi 45 27 72

SMAN I Tanjung Tiram 17 41 58

Total 120 278 398

Tabel di atas jelas memperlihatkan bahwa sekolah yang dianggap reponden telah memiliki kebijakan terkait program peduli dan berbudaya lingkungan yang paling banyak adalah SMA Negeri I Air Putih dan Lima Puluh.

Tabel 4.7. Kebijakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup di setiap sekolah

Nama Sekolah

Bentuk kebijakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup

Total Tidak Ada/ Tidak Menjawab SK RIPS/RPS/ Renstra/RKS KTSP

SMAN I Air Putih 71 0 0 12 83

SMAN I Lima Puluh 5 0 1 65 71

SMAN I Medang

Deras 2 4 0 35 41

SMAN I Sei Suka 54 3 2 14 73

SMAN I Talawi 45 0 1 26 72

SMAN I Tanjung

Tiram 16 17 2 23 58

Tidak hanya terkait dengan keberadaan kebijakan, hal lain yang jauh lebih implementatif sifatnya adalah mengenai keberadaan muatan tentang lingkungan dalam kurikulum sekolah. Penyebaran kuesioner di lapangan menunjukkan bahwa distribusi jawaban responden terkait introdusir muatan lingkungan dalam kurikulum sekolah adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8. Sebaran jawaban responden tentang kebijakan sekolah dalam pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan lingkungan hidup

No Jawaban Responden Frekuensi Persen (%)

1 Belum Ada 188 47.2

2 Ada (Lampirkan) 210 52.8

Total 398 100

Kebijakan sekolah dalam pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan lingkungan hidup dinyatakan sudah ada dalam pelajaran sekolah oleh 210 responden (52,8%). Sisanya menyatakan belum ada sebanyak 188 responden (42,7%). Bila tabel sebelumnya telah memperlihatkan kondisi keberadaan pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan secara umum, maka secara lebih rinci mengenai hal ini di masing- masing sekolah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9. Keberadaan kebijakan sekolah dalam pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan lingkungan hidup

Nama Sekolah

Kondisi Total

Belum Ada Ada (Lampirkan)

SMAN I Air Putih 36 47 83

SMAN I Lima Puluh 5 66 71

SMAN I Medang Deras 2 39 41

SMAN I Sei Suka 65 8 73

SMAN I Talawi 45 27 72

SMAN I Tanjung Tiram 35 23 58

Hal lain yang kiranya juga penting diketahui dari studi ini adalah menyangkut kebijakan sekolah untuk melaksanakan kegiatan yang secara langsung terkait dengan tema lingkungan hidup secara rutin setiap tahunnya. Mengenai hal ini tampaknya terjadi berbandingan yang hampir seimbang. Tabulasi data mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10. Distribusi jawaban responden mengenai kebijakan sekolah terkait dengan pelaksanaan kegiatan rutin tahunan bertema LH

No Jawaban Frekuensi Persen (%)

1 belum ada 228 57.3

2 ada (lampirkan) 170 42.7

Total 398 100

Jawaban responden di 6 sekolah yang diteliti, sebanyak 228 responden (57,3%) menyatakan kebijakan tersebut belum ada diterapkan disekolah mereka. Akan tetapi ada 170 responden (42,7%) yang menyatakan disekolah mereka kebijakan tersebut telah dibuat. Penggalian tentang frekuensi pelaksanaan kegiatan rutin yang bertema lingkungan hidup di seluaruh lokasi penelitian juga menunjukkan sebuah kondisi yang bervariasi.

Tabel 4.11. Frekuensi jawaban responden pelaksanaan kegiatan rutin tahunan bertema LH

No Jawaban Frekuensi Persen (%)

1 Tidak menjawab/ Tidak Ada 234 58.8 2 1-3 kegiatan selama satu tahun 93 23.4 3 4-6 kegiatan selama satu tahun 4 1.0 4 >6 kegiatan selama satu tahun 67 16.8

Kegiatan rutin tahunan sekolah yang bertema lingkungan hidup jumlahnya berbeda-beda setiap tahunnya. Ada sekolah yang melakukan 1-3 kegiatan setiap tahunnya, hal ini dinyatakan oleh responden sebanyak 93 orang, 67 orang yang menyatakan > 6 kegiatan selama satu tahun dan hanya 4 orang yang menyatakan 4-6 kegiatan selama satu tahun. Sisanya 234 responden yang tidak menjawab karena di sekolah mereka belum ada kebijakan tersebut dan sebagian lainnya menyatakan kebijakan tersebut sudah ada tetapi tidak menjawab seberapa banyak kegiatan tersebut dilakukan setiap tahunnya.

Bila secara umum jawaban responden mengenai keberadaan pelaksanaan kegiatan rutin tahunan yang bertema Lingkungan Hidup kondisi sedikit hampir berimbang, namun kondisi di masing-masing sekolah menunjukkan disparitas jawaban antar responden yang mencolok. Lebih jelas tentang ini dapat dilhat pada tabel berikut:

Tabel 4.12. Keberadaan kebijakan sekolah terkait dengan pelaksanaan kegiatan rutin tahunan bertema lh di masing- masing sekolah

Nama Sekolah

Kebijakan Sekolah Terkait Dengan Pelaksanaan Kegiatan

Rutin Tahunan Bertema LH Total

Belum Ada Ada

(Lampirkan)

SMAN I Air Putih 42 41 83

SMAN I Lima Puluh 3 68 71

SMAN I Medang Deras 31 10 41

SMAN I Sei Suka 64 9 73

SMAN I Talawi 59 13 72

SMAN I Tanjung Tiram 29 29 58

Sedangkan frekuensi pelaksanaan kegiatan rutin tahunan bertema LH di Masing- masing sekolah juga menunjukan keragaman kondisi. Tabel berikut akan menjelaskan kondisi tersebut:

Tabel 4.13. Frekwensi pelaksanaan kegiatan rutin tahunan bertema lingkungan hidup di setiap sekolah

Nama Sekolah

Jika Ada, Kebijakan Sekolah Terkait Dengan Pelaksanaan Kegiatan Rutin Tahunan Bertema Lh

Total Tidak Ada/ Tidak Menjawab 1-3 Kegiatan Selama Satu Tahun 4-6 Kegiatan Selama Satu Tahun >6 Kegiatan Selama Satu Tahun

SMAN I Air Putih 43 40 0 0 83

SMAN I Lima Puluh 8 1 1 61 71

SMAN I Medang

Deras 31 10 0 0 41

SMAN I Sei Suka 64 6 1 2 73

SMAN I Talawi 59 8 2 3 72

SMAN I Tanjung

Tiram 29 28 0 1 58

Total 234 93 4 67 398

Selain kebijakan yang melibatkan yang melibatkan peserta didik, perlu kiranya dilakukan upaya pembuatan kebijakan sekolah tentang peningkatan SDM dibidang Lingkungan Hidup bagi warga diluar peserta didik. Pada kenyataannya belum semua sekolah yang membuat kebijakan tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.14. Sebaran jawaban responden mengenai kebijakan sekolah tentang peningkatan sumber daya manusia dibidang lh di luar peserta didik dalam 3 tahun terakhir

No Jawaban Frekuensi Persen (%)

1 Belum ada 278 69.8

2 Ada (lampirkan) 120 30.2

Kebijakan sekolah tentang peningkatan sumber daya manusia dibidang LH di luar peserta didik dalam 3 tahun terakhir sudah ada dilakukan disekolah dinyatakan oleh 120 responden (30,2%) dan belum ada dilakukan disekolah dinyatakan oleh 278 responden (69,8%).

Variasi sebaran jawaban dari setiap sekolah tentang kebijakan peningkatan sumber daya manusia dibidang LH di luar peserta didik dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat dari tabel berikut yang akan menjelaskan kondisi tersebut:

Tabel 4.15. Kondisi keberadaan kebijakan sekolah tentang peningkatan sumber daya manusia dibidang lingkungan hidup di luar peserta didik dalam 3 tahun terakhir

Nama Sekolah

Kebijakan Sekolah Tentang Peningkatan Sumber Daya Manusia Dibidang Lh Di Luar

Peserta Didik Dalam 3 Tahun Terakhir Total Belum Ada Ada (Lampirkan)

SMAN I Air Putih 55 28 83

SMAN I Lima Puluh 6 65 71

SMAN I Medang Deras 34 7 41

SMAN I Sei Suka 72 1 73

SMAN I Talawi 67 5 72

SMAN I Tanjung Tiram 44 14 58

Total 278 120 398

Sosialisasi sesering mungkin tentang penerapan pendidikan lingkungan hidup perlu dilakukan untuk lebih merangsang minat seluruh peserta didik beserta warga diseluruh lingkungan sekolah untuk terlibat dialamnya. Akan tetapi belum sepenuhnya setiap sekolah melakukan sosialisasi ini, kalaupun sudah melakukan tapi

frekuensi kegiatannya berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.16. Kondisi kebijakan sekolah untuk melakukan sosialisasi penerapan pendidikan lh kepada warga sekolah selama 3 tahun terakhir

No Jawaban Frekuensi Persen (%)

1 Belum Ada 206 51.8

2 Ada (Lampirkan) 192 48.2

Total 398 100

Kebijakan sekolah untuk melakukan sosialisasi penerapan pendidikan LH kepada warga sekolah selama 3 tahun terakhir belum ada dilakukan di sekolah menurut beberapa responden, mereka yang menyatakan hal tersebut sebanyak 206 responden (51,8%). Akan tetapi ada juga beberapa responden yang menyatakan kalau sekolah mereka sudah membuat kebijakan untuk melakukan sosialisasi yaitu sebanyak 192 orang (48,2%). Penggalian tentang frekuensi pelaksanaan kegiatan sosialisasi penerapan pendidikan lingkungan hidup di seluaruh lokasi penelitian juga menunjukkan sebuah kondisi yang bervariasi.

Tabel 4.17. Frekwensi kebijakan sekolah untuk melakukan sosialisasi penerapan pendidikan lh kepada warga sekolah selama 3 tahun terakhir

No Jawaban Frekuensi Persen (%)

1 Tidak menjawab 212 53.3

2 1-3 kegiatan selama satu tahun 182 45.7 3 4-6 kegiatan selama satu tahun 2 0.5 4 >6 kegiatan selama satu tahun 2 0.5

Total 398 100

Kegiatan sosialisasi penerapan pendidikan LH kepada warga sekolah selama 3 tahun terakhir kuantitasnya berbeda-beda di setiap sekolah. Responden yang menyatakan disekolahnya dilakukan 1-3 kegiatan selama satu tahun sebanyak 182

responden (45,7%),4-6 kegiatan selama satu tahun dinyatakan oleh 2 orang responden (0,5%) dan >6 kegiatan selama satu tahun juga dinyatakan oleh 2 orang responden (0,5%). Sisanya sebanyak 212 (53,3%) responden tidak memilih jawaban karena sekolah mereka belum ada kebijakan tentang sosialisasi terkait dengan penerapan pendidikan lingkungan hidup.

Bila secara umum jawaban responden mengenai sosialisasi penerapan pendidikan Lingkungan Hidup kondisi sedikit hampir berimbang, kondisi yang hampir sama juga dapat dilihat di masing-masing sekolah . Lebih jelas tentang ini dapat dilhat pada tabel berikut:

Tabel 4.18. Keberadaan kebijakan sekolah untuk melakukan sosialisasi penerapan pendidikan lh kepada warga sekolah selama 3 tahun terakhir

Nama Sekolah

Kebijakan sekolah untuk melakukan sosialisasi penerapan pendidikan LH

kepada warga sekolah selama 3 tahun terakhir

Total

belum ada ada (lampirkan)

SMAN I Air Putih 34 49 83

SMAN I Lima Puluh 7 64 71

SMAN I Medang Deras 18 23 41

SMAN I Sei Suka 56 17 73

SMAN I Talawi 52 20 72

SMAN I Tanjung Tiram 39 19 58

Total 206 192 398

Sedangkan frekwensi pelaksanaan kegiatan sosialisasi penerapan pendidikan LH di Masing- masing sekolah juga menunjukan keragaman kondisi. Tabel berikut akan menjelaskan kondisi tersebut:

Tabel 4.19. Frekwensi kebijakan sekolah untuk melakukan sosialisasi penerapan pendidikan lh kepada warga sekolah selama 3 tahun terakhir

Nama Sekolah

Jika ada, kebijakan sekolah untuk melakukan sosialisasi penerapan pendidikan lh kepada warga sekolah selama 3

tahun terakhir Total Tidak menjawab 1-3 kegiatan selama satu tahun 4-6 kegiatan selama satu tahun > 6 kegiatan selama satu tahun

SMAN I Air Putih 35 48 0 0 83

SMAN I Lima

Puluh 12 59 0 0 71

SMAN I Medang

Deras 18 23 0 0 41

SMAN I Sei Suka 56 17 0 0 73

SMAN I Talawi 52 18 1 1 72

SMAN I Tanjung

Tiram 39 17 1 1 58

Total 212 182 2 2 398

Efesiensi penggunaan air, listrik, alat tulis kantor, plastik dan bahan lainnya tentu sangat berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan, dimana penggunaan bahan-bahan tersebut juga merupakan eksploitasi sumber daya alam. Agar kedepannya kecukupan sumber daya alam ini masih dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang, sejak dini perlu dilakukan penghematan atau efesiensi dalam penggunaannya. Kebijakan ini pula yang dilakukan di sekolah sebagai early warning akan keterbatasan sumber daya alam di muka bumi ini. Tabulasi data mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.20. Kebijakan sekolah dalam upaya efesiensi penggunaan air, listrik, alat tulis kantor, plastik dan bahan lainnya

No Jawaban Frekuensi Persen (%)

1 Belum ada 223 56.0

2 Ada (lampirkan) 175 44.0

Kebijakan sekolah dalam upaya efesiensi penggunaan air, listrik, alat tulis kantor, plastik dan bahan lainnya telah dilakukan oleh pihak sekolah, pernyataan ini dipilih sebanyak 175 responden (44%). Akan tetapi ada 223 responden (56%) justru menyatakan kebijakan sekolah dalam upaya efesiensi tersebut belum ada dilakukan.

Dilihat dari sebaran frekwensi jawaban responden yang mewakili setiap sekolah, SMAN I Lima Puluh merupakan sekolah yang paling sedikit melakukan upaya tersebut. Untuk lebih mengetahui hasil sebaran jawaban dari sekolah lainnya, dapat dilihat pada tabel frekwensi berikut ini:

Tabel 4.21. Kondisi kebijakan sekolah dalam upaya efesiensi penggunaan air, listrik, alat tulis kantor, plastik dan bahan lainnya

Nama Sekolah

Kebijakan sekolah dalam upaya efesiensi penggunaan air,

listrik, alat tulis kantor, plastik dan bahan lainnya Total

belum ada ada (lampirkan)

SMAN I Air Putih 35 48 83

SMAN I Lima Puluh 59 12 71

SMAN I Medang Deras 1 40 41

SMAN I Sei Suka 55 18 73

SMAN I Talawi 50 22 72

SMAN I Tanjung Tiram 23 35 58

Total 223 175 398

Setelah upaya efisiensi penggunaan air, listrik, alat tulis kantor, plastik dan bahan lainnya, untuk lebih memaksimalkan upaya pelestarian lingkungan hidup perlu juga dilahirkan kebijakan sekolah terkait terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat. Dari kusioner yang telah dijawab oleh responden, terkait dengan kebijakan tersebut, maka diperoleh hasil seperti yang ada pada tabel berikut:

Tabel 4.22. Distribusi mengenai kebijakan sekolah terkait terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat

No Jawaban Frekuensi Persen (%)

1 Belum ada 63 15.8

2 Ada (lampirkan) 335 84.2

Total 398 100

Berbeda dengan kebijakan terkaitan dengan efesiensi penggunaan air, listrik, alat tulis kantor, plastik dan bahan lainnya, kebijakan sekolah terkait terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat justru sudah banyak dilakukan disetiap sekolah. Hal ini dibuktikan dari pernyataan responden sebanyak 335 orang (84,2%). Hanya ada 63 responden (15,8%) yang menyatakan kebijakan ini belum ada di sekolah mereka.

SMAN I Air Putih berdasarkan sebaran jawaban terbanyak yang sekolahnya telah memiliki kebijakan terkait terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat. Untuk sebaran jawaban sekolah-sekolah yang lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.23. Keberadaan kebijakan sekolah terkait terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat

Nama Sekolah

Kebijakan sekolah terkait terciptanya lingkungan sekolah yang

bersih dan sehat

Total

belum ada ada (lampirkan)

SMAN I Air Putih 2 81 83

SMAN I Lima Puluh 1 70 71

SMAN I Medang Deras 1 40 41

SMAN I Sei Suka 31 42 73

SMAN I Talawi 27 45 72

SMAN I Tanjung Tiram 1 57 58

Total 63 335 398

Untuk lebih memaksimalkan kegiatan pengembangan pendidikan lingkungan hidup disekolah, tentu diperlukan dana penunjang. Oleh sebab itu perlu dibuat sebuah kebijakan sekolah untuk merencanakan kegiatan dan mengalokasikan anggaran bagi kegiatan pengembangan pendidikan LH. Pada kenyataannya menurut responden masih ada sekolah yang belum membuat kebijakan tersebut, hal ini dinyakatakan 180 orang responden. Tetapi ada juga responden yang menyatakan kebijakan tersebut telah dibuat dan tertuang dalam RKAS (sebanyak 41 orang) dan 177 responden menyatakan kebijakan telah dibuat akan tetapi tidak tertuang dalam RKAS melainkan dari sumber dana yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.24. Sebaran jawaban responden mengenai kebijakan sekolah untuk menrencanakan kegiatan dan mengalokasikan anggaran bagi kegiatan pengembangan pendidikan LH

No Jawaban Frekuensi Persen (%)

1 Belum ada 180 45.2

2 Ada, tidak tertuang dalam RKAS (dengan menyebut sumber dana)

177 44.5 3 Ada tertuang dalam RKAS

(lampirkan)

41 10.3

Total 398 100

Sedangkan sekolah-sekolah yang memiliki kebijakan tersebut, juga memiliki keberagaman dalam hal sumber pendanaannya. Tabel berikut akan menjelaskan kondisi tersebut:

Tabel 4.25. Kondisi kebijakan sekolah untuk menrencanakan kegiatan dan

mengalokasikan anggaran bagi kegiatan pengembangan

pendidikan LH

Nama sekolah

Kebijakan sekolah untuk menrencanakan kegiatan dan mengalokasikan anggaran bagi kegiatan

pengembangan pendidikan LH

Total belum ada

ada, tidak tertuang dalam RKAS (dengan menyebut sumber dana) ada tertuang dalam RKAS (lampirkan)

SMAN I Air Putih 30 48 5 83

SMAN I Lima Puluh 3 67 1 71

SMAN I Medang Deras 4 22 15 41

SMAN I Sei Suka 58 13 2 73

SMAN I Talawi 48 10 14 72

SMAN I Tanjung Tiram 37 17 4 58

Total 180 177 41 398

4.1.2. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan Hidup

Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan hidup sebagai strategi pembelajaran perlu dilakukan untuk membentuk sikap sadar lingkungan dikalangan siswa-siswa SMA Negeri Kabupaten Batu Bara. Dengan diketahuinya pengaruh faktor kebijakan kurikulum dan strategi pembelajaran dalam mendukung pencapaian mutu sekolah tentang lingkungan hidup dapat digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan program pembelajaran afektif yang dapat dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Batu Bara. Dari sebaran kuesioner yang telah dilakukan di 6 SMA negeri di Kabupaten Batu Bara maka diperoleh sebaran jawaban seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.26. Sebaran jawaban responden tentang pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan hidup sudah dilaksanakan dengan baik dan benar

No Jawaban Frekuensi Persen (%)

1 Belum 313 78.6

2 Sudah 85 21.4

Total 398 100

Pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan hidup sudah dilaksanakan dengan baik dan benar dinyatakan 85 responden (21,4%), sedangkan 313 responden (78,6%) menyatakan pengembangan kurikulum tersebut belum dilaksanakan dengan baik dan benar.

Sedangkan untuk informasi sebaran jawaban responden dari masing-masing sekolah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.27. Kondisi pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan hidup sudah dilaksanakan dengan baik dan benar

Nama Sekolah

Pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan hidup sudah dilaksanakan

dengan baik dan benar

Total

Belum Sudah

SMAN I Air Putih 63 20 83

SMAN I Lima Puluh 57 14 71

SMAN I Medang Deras 41 0 41

SMAN I Sei Suka 61 12 73

SMAN I Talawi 52 20 72

SMAN I Tanjung Tiram 39 19 58

Total 313 85 398

Pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan hidup dilakukan dengan cara integrasi atau monolitik, hal ini dinyatakan oleh 53 responden dan dengan cara integrasi dan monolitik (dinyakatakan 29 orang responden). Sisanya sebanyak 316 responden yang tidak memilih dikarenakan mereka menyatakan disekolah mereka

belum dilakukan pengembangan kurikulum tentang pembelajaran lingkungan hidup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.28. Jenis pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan hidup sudah dilaksanakan dengan baik dan benar

No Jawaban Frekuensi Persen (%)

1 Tidak menjawab 316 79.4

2 Integrasi atau monolitik 53 13.3 3 Integrasi dan monolitik 29 7.3

Total 398 100

Sekolah yang paling banyak melakukan pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan hidup dengan cara integrasi atau monolitik adalah SMAN I air putih. Sedangkan sekolah yang paling banyak menggunakan integrasi dan monolitik dalam pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan hidupnya adalah SMAN I Talawi. Untuk informasi yang lebih lengkap mengenai sekolah-sekolah lainnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.29. Keberadaan pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan hidup sudah dilaksanakan dengan baik dan benar

Nama sekolah

Keberadaan pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan hidup sudah

dilaksanakan dengan baik dan benar Total Tidak Menjawab/ Tidak Ada Integrasi atau monolitik Integrasi dan monolitik

SMAN I Air Putih 63 20 0 83

SMAN I Lima Puluh 60 2 9 71

SMAN I Medang Deras 41 0 0 41

SMAN I Sei Suka 61 4 8 73

SMAN I Talawi 52 9 11 72

SMAN I Tanjung Tiram 39 18 1 58

Total 316 53 29 398

Selain pengembangan kurikulum pengembangan pembelajaran lingkungan hidup disekolah, upaya lain juga harus tetap dilakukan untuk lebih memaksimalkan usaha

sadar sejak dini tentang lingkungan hidup. Upaya itu salah satunya adalah penambahan dan/atau pengembangan materi pendidikan LH berdasarkan isu lokal yang ada diwilayah sekitar. Informasi selanjutnya mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.30. Keberadaan upaya penambahan dan/atau pengembangan materi pendidikan lh berdasarkan isu lokal yang ada di wilayah sekitar

No Jawaban Frekuensi Persen (%)

1 belum ada 262 65.8

2 Ada 136 34.2

Total 398 100

Upaya penambahan dan/atau pengembangan materi pendidikan LH berdasarkan isu lokal yang ada diwilayah sekitar belum ada dilakukan oleh pihak sekolah. Hal ini dinyatakan 262 responden (65,8%). Sedangkan yang menyatakan upaya tersebut telah dilakukan dinyatakan sebanyak 136 responden (34,2%).

Upaya penambahan dan/atau pengembangan materi pendidikan LH berdasarkan isu lokal yang ada di wilayah sekitar, sebaran jawaban respondennya beragam di setiap sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.31. Keberadaan upaya penambahan dan/atau pengembangan materi pendidikan LH berdasarkan isu lokal yang ada di wilayah sekitar

Nama Sekolah

Upaya penambahan dan/atau pengembangan materi pendidikan LH berdasarkan isu lokal yang ada

diwilayah sekitar

Total

Belum ada Ada

SMAN I Air Putih 49 34 83

SMAN I Lima Puluh 63 8 71

SMAN I Medang Deras 3 38 41

SMAN I Sei Suka 57 16 73

SMAN I Tanjung Tiram 41 17 58

Total 262 136 398

Sementara itu introduksi isu lingkungan ke dalam kurikulum dengan mempertimbangkan isu lokal juga menunjukkan hal yang agak kurang baik. Kondisi ini dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.32. Sebaran frekwensi isu upaya penambahan dan/atau pengembangan materi pendidikan LH berdasarkan isu lokal yang ada di wilayah sekitar

No Jawaban Frekuensi Persen (%)

1 Tidak menjawab 261 65.6

2 1-3 isu 132 33.2

3 >3 isu 5 1.3

Total 398 100

Ada 1-3 isu terkait upaya penambahan dan/atau pengembangan materi pendidikan LH berdasarkan isu lokal yang ada diwilayah sekitar yang dinyatakan oleh 132 responden (33,2%) dan hanya 5 responden (1,3%) yang menyatakan > 3 isu. Sebanyak 262 responden yang tidak menjawab dikarenakan sekolah mereka belum melakukan upaya tersebut.

Isu-isu lokal yang ada di wilayah sekitar terkait dengan lingkungan hidup berbeda-beda disetiap sekolah. Akan tetapi jumlah isu yang ada itu cenderung berkisar 1-3 isu di setiap sekolah. Sebaran jawaban responden setiap sekolah untuk upaya tersebut, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.33. Keberadaan upaya penambahan dan/atau pengembangan materi pendidikan LH berdasarkan isu lokal yang ada di wilayah sekitar

Nama sekolah

jika ada, upaya penambahan dan/atau pengembangan materi pendidikan LH berdasarkan

isu lokal yang ada diwilayah sekitar Total

Tidak Menjawab/

Tidak Ada 1-3 isu >3 isu

SMAN I Air Putih 49 34 0 83

SMAN I Lima Puluh 62 8 1 71

SMAN I Medang Deras 3 38 0 41

SMAN I Sei Suka 57 15 1 73

SMAN I Talawi 49 20 3 72

SMAN I Tanjung Tiram 41 17 0 58

Total 261 132 5 398

Selain pengembangan materi pendidikan lingkungan hidup berdasarkan isu lokal yang ada di wilayah sekitar, isu lingkungan hidup secara global juga merupakan