• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Analisis Temuan Atas Indikator Program Sekolah

4.2.1. Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan

adiwiyata adalah komponen kebijakan sekolah terkait dengan kepedulian dan sebolah berbudaya lingkungan. Bila temuan awal yang sudah dipaparkan memperlihatkan kondisi bahwa dari 398 responden yang menjawab pertanyaan kuesioner tentang ada tidaknya kebiajkan tentang hal ini, sbenayak 120 orang responden (30,2%) menyatakan belum ada kebijakan disekolah mereka yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup. Adapun sebanyak 278 orang (69.8%) menyatakan sekolah mereka telah membuat kebijakan terkait dengan keperdulian dan berbudaya lingkungan

hidup. Temuana ini ternyata sejalan dengan penganalisaan atas indikator ini yang memperlihatkan bahwa untuk indikator kebijakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan sebanyak tiga sekolah kondisinya sedang, dua sekolah baik dan hanya ada satu sekolah yang menyatakan sudah sangat baik. Lebih jelas tentang ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.89. Kondisi indikator kebijakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup

No. Kondisi Frekwensi Persentase (%)

1 Amat Baik 1 16,7 2 Baik 3 50,0 3 Sedang 2 33,3 4 Kurang - - 5 Kurang Sekali - - Total 6 100

Tabel di atas jelas memperlihatkan bahwa diperlukan perbaikan upaya untuk mewujudakan sekolah adiwiyata yang ideal di sekolah menengah atas di Kabupaten Batu Bara. Bila secara umum terlihat kondisi indikator kebijakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan sudah ada, namun kondisinya masih memerlukan pembenahan. Adapun kondisi indikator ini di masing-masing sekolah yang diteli dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.90. Kondisi kebijakan yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup di masing-masing sekolah No. Sekolah Kondisi Indikator Amat Baik

Baik Sedang Kurang Kurang Sekali

1 SMAN I Air Putih 1 - - - -

2 SMAN I Lima Puluh - 1 - - -

3 SMAN I Medang Deras - 1 - - -

4 SMAN I Sei Suka - - 1 - -

5 SMAN I Talawi - 1 - - -

6 SMAN I Tanjung Tiram - - 1 - -

Jumlah 1 3 2 - -

Kondisi indikator yang diperlihatkan pada tabel di atas menujukkan bahwa mayoritas sekolah yang teliti telah memiliki kebijakan yang bernuansa peduli serta berbudaya lingkungan. Ini artinya sebgaian komponen sekolah adiwiyata telah diterapkan di beberapa SMA yang ada di Kabupaten Batu Bara, namun kondisinya masih perlu ditingkatkan.

Indikator lainnya yang juga perlu dibahwa pada komponen Kebijakan Sekolah terkiat lingkungan adalah menyangkut kebijakan sekolah dalam pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan lingkungan hidup. Tabulasi data yang diperoleh dari 398 responden yang diteliti memperlihatkan bahwa sebanyak 210 (52%) responden mengatakan kebijakan sekolah dalam pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan lingkungan hidup sudah ada, dan sisanya sebanyak 188 (42,7%) menyatakan belum ada. Adapun kondisi umum indikator ini di sekolah yang dikaji di Kabupaten Batu Bara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.91. Kondisi kebijakan sekolah dalam pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan lingkungan hidup

No. Kondisi Frekwensi Persentase (%)

1 Amat Baik - 0.0 2 Baik 4 66,7 3 Sedang 1 16,7 4 Kurang - 0.0 5 Kurang Sekali 1 16,7 Total 6 100

Persepsi reponden tentang kondisi kebijakan sekolah terkiat dengan pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan yang sudah digambarkan sebelumnya jelas menunjukkan keadaan yang belum sesuai dengan konsep adiwiyata. Walau hampir 50 % lebih responden menyatakan bahwa sekolah menengah atas yang dikaji sudah mengembangkan kurikulum pemebalajaran lingkungan, namun relevansi kurikulum dengan kebutuhan yang diharapkan masih bisa diperdebatkan. Tidak hanya itu, kondisi indikator ini di masing-masing sekolah juga menunjukkan adanya pola kesamaan dimana mayoritas sekolah berada dalam kondisi baik dan hanya ada satu sekolah yang dinilai berada dalam kondisi sedang serta satu sekolah lagi berada dalam kondisi Kurang Sekali. Ketidak merataan kondisi ini juga mengindikasikan bahwa konsep Adiwiyata belum sepenuhnya dicoba untuk diwujudkan di enam sekolah yang dikaji.

Tabel 4.92. Kondisi kebijakan di sekolah dalam pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan lingkungan hidup

No. Sekolah

Kondisi Indikator Kebijakan Sekolah Dalam Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Pendidikan

Lingkungan Hidup Amat

Baik

Baik Sedang Kurang Kurang Sekali

1 SMAN I Air Putih - 1 - - -

2 SMAN I Lima Puluh - 1 - - -

3 SMAN I Medang Deras - 1 - - -

4 SMAN I Sei Suka - - 1 - -

5 SMAN I Talawi - 1 - - -

6 SMAN I Tanjung Tiram - - - - 1

Jumlah - 4 1 - 1

Keberadaan kebijakan sekolah terkait pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan lingkungan yang sudah ada memang perlu ditingkatkan dengan berpegang pada prinsip orietasi kebutuahan siswa. Oleh karena itu, proses evaluasi berkala atas pengembangan kurikulum pendiidkan lingkungan yang ada sangat diperlukan. Tidak hanya proses evaluasi atas muatan, namun juga evaluasi atas proses dan metode kerap harus dilakukan.

Komponen lain terkiat dengan variabel kebijakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan adalah kebijakan sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan atan even yang terkait dengan lingkungan, seperti perayaan hari lingkungan hidup, pelaksanaan pananaman sejuta pohon dengan prinsip satu orang satu pohon, pelaksanaan sadar kebersihan dan lainnya. Pelaksanaan kegiatan ini jelas merupakan hal yang dapat dilihat secara kasat mata. Dalam penilaian umum yang dilakukan atas indikator ini menunjukkan bahwa kondisi kebijakan pelaksanaan kegiatan rutin tahunan bertema lingkungan hidup di empat sekolah statusnya adalah sedang. Di dua

sekolah lainnya masing-masing berstatus Baik dan Kurang Sekali. Lebih lanjut lihat tabel berikut:

Tabel 4.93. Kondisi umum kebijakan sekolah terkait dengan pelaksanaan kegiatan rutin tahunan bertema LH

No. Kondisi Frekwensi Persentase (%)

1 Amat Baik - 0.0 2 Baik 1 16,7 3 Sedang 4 66,7 4 Kurang - 0.0 5 Kurang Sekali 1 16,7 Total 6 100

Bila dilihat di masing-masing sekolah, kondisi di SMA negeri Tanjung Tiram kondisi indikator ini menunjukkan kesamaan dengan indikator sebelumnya. Kenyataan ini sekali lagi memperlihatkan bahwa konsep mewujudkan sekolah adiwiyata sepenuhnya masih memerlukan upaya yang lebih giat lagi dari semua pihak. Kesenjangan yang terjadi antara SMA Negeri Tanjung Tiram dengan SMA negeri lainnya yang dikaji memperlihatkan bahwa ide menjadikan sekolah sebagai adiwiyata memang belum menjadi cita-cita bersama. Kalaupun sudah menjadi keinginan bersama, namun upaya ke arah perwujudannya masih belum sepenuhnya dilakukan secara bersama-sama.

Tabel 4.94. Kebijakan sekolah terkait dengan pelaksanaan kegiatan rutin tahunan bertema LH

No. Sekolah

Kebijakan sekolah terkait dengan pelaksanaan kegiatan rutin tahunan bertema LH Amat

Baik

Baik Sedang Kurang Kurang Sekali

1 SMAN I Air Putih - 1 - - -

2 SMAN I Lima Puluh - - 1 - -

3 SMAN I Medang Deras - - 1 - -

4 SMAN I Sei Suka - - 1 - -

6 SMAN I Tanjung Tiram - - - - 1

Jumlah - 1 4 - 1

Selain dengan kondisi indikator Kebijakan sekolah terkait dengan pelaksanaan kegiatan rutin tahunan bertema LH, indikator lain yang juga perlu diperhatikan adalah menunjukkan kondisi yang agak berbeda. tidak jauh berbeda adalah kebijakan sekolah tentang peningkatan sumber daya manusia dibidang LH di luar peserta didik dalam 3 tahun terakhir. Hasil wawancara dengan pimpinan di amsing-masing sekolah memoerlihatkan bahwa di enam sekolah yang dikaji hanya ada satu sekolah yang kondisi indikator ini Sangat Baik, tiga sekolah berstatus Baik dan ada dua sekolah memiliki kondisi Kurang untuk indikator ini. Lebih jelas tentang hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.95. Kondisi umum kebijakan sekolah tentang peningkatan sumber daya manusia di bidang LH di luar peserta didik dalam 3 tahun terakhir

No. Kondisi Frekwensi Persentase (%)

1 Amat Baik 1 16,7 2 Baik 3 50,0 3 Sedang - 0.0 4 Kurang 2 33,3 5 Kurang Sekali - 0.0 Total 6 100

Pola kondisi indikator ini di masing-masing sekolah juga memperlihatkan kondisi berbeda. Bila di beberapa indikator sebelumnya, SMA Negeri Tanjung Tiram memiliki status yang tidak begitu baik, namun terkait dengan indikator ini sekolah yang bersangkutan memiliki status yang sedikit berebeda. Lebih rinci tentang hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.96. Kondisi kebijakan di masing-masing sekolah tentang peningkatan sumber daya manusia di bidang LH di luar peserta didik dalam 3 tahun terakhir

No. Sekolah

Kebijakan Sekolah Tentang Peningkatan Sumber Daya Manusia Dibidang Lh Di Luar

Peserta Didik Dalam 3 Tahun Amat

Baik

Baik Sedang Kurang Kurang Sekali

1 SMAN I Air Putih 1 - - - -

2 SMAN I Lima Puluh - - - 1 -

3 SMAN I Medang Deras - 1 - - -

4 SMAN I Sei Suka - - - 1 -

5 SMAN I Talawi - 1 - - -

6 SMAN I Tanjung Tiram - 1 - - -

Jumlah 1 3 - 2 -

Di luar indikator yang sudah disinggung sebelumnya, indikator berikutnya yang kiranya penting untuk dibicarakan adalah menyangkut kebijakan sekolah untuk melakukan sosialisasi penerapan pendidikan LH kepada warga sekolah selama 3 tahun terakhir. Pelaksanaan sosialisasi yang dimaksud bisa sifatnya regular melalui peraturan sekolah namuan juga bersifat temporer melalaui forum diskusi, seminar dan sebagainya. Sosialisasi regular melalui pertauran sekolah merupakan sebuah upaya yang akan bisa efektif untuk mengingatkan waraga sekolah tentang arti penting sekolah. Penerapaan peraturan sekolah yang pro-lingkungan, seperti dilarang membuang sampah sembarangaan, berhemat dalam penggunaan air dan kertas dan berbagai peraturan lainnya akan bisa secara langsung mengingatkan warga sekolah secara langsung tentang arti penting menjaga lingkungan. Kondisi indikator ini di seluruh sekolah yang dikaji memperlihatkan hal sebagai berikut:

Tabel 4.97. Kondisi kebijakan sekolah untuk melakukan sosialisasi penerapan pendidikan LH kepada warga sekolah selama 3 tahun terakhir

No. Kondisi Frekwensi Persentase (%)

1 Amat Baik 2 33,3 2 Baik 1 16,7 3 Sedang 3 50,0 4 Kurang - 0.0 5 Kurang Sekali - 0.0 Total 6 100

Sementara itu, kondisi yang lebih rinci tentang indikator ini di masing-masing sekolah memeprlihatakab bahwa di hampir semua sekolah statusnya relative sama, sebagaimana yang diperlihatkan oleh tabel berikut:

Tabel 4.98. Kondisi kebijakan sekolah untuk melakukan sosialisasi penerapan pendidikan LH kepada warga sekolah selama 3 tahun terakhir

No. Sekolah

Kebijakan Sekolah Untuk Melakukan Sosialisasi Penerapan Pendidikan Lh Kepada Warga Sekolah

Selama 3 Tahun Terakhir Amat

Baik

Baik Sedang Kurang Kurang Sekali

1 SMAN I Air Putih 1 - - - -

2 SMAN I Lima Puluh - 1 - - -

3 SMAN I Medang Deras 1 - - - -

4 SMAN I Sei Suka - - 1 - -

5 SMAN I Talawi - - 1 - -

6 SMAN I Tanjung Tiram - - 1 - -

Jumlah 2 1 3 - -

Sejalan sengan kondisi indikator pelaksanan sosialiasasi, kondisi indikator lainnya yang terkait dengan kebijakan sekolah dalam upaya efesiensi penggunaan air, listrik, alat tulis kantor, plastik dan bahan lainnya juga menunjukkan kondisi yang linear. Ini memberikan gambaran bahwa pelaksanaan sosialisasi tentang penerapan pendididikan lingkungan ternyata sejalan dengan kebiajkan sekolah untuk melakukan efesiensi atas hal-hal yang secara langsung berhubungan dengan kelestarian

lingkungan. Secara umum, kondisi indikator ini di SMA negeri yang dikaji adalah sebagai berikut:

Tabel 4.99. Kondisi kebijakan sekolah dalam upaya efesiensi penggunaan air, listrik, alat tulis kantor, plastik dan bahan lainnya

No. Kondisi Frekwensi Persentase (%)

1 Amat Baik 1 16,7 2 Baik 2 33,3 3 Sedang 3 50,0 4 Kurang - 0.0 5 Kurang Sekali - 0.0 Total 6 100

Bila secara umum seluruh sekolah memperlihakan indikator upaya efesiensi penggunaan air, listrik, alat tulis kantor, plastik dan bahan lainnya bsudah berjalan baik, maka secara khusus di masing-masing sekolah sudah pasti memperlihatkan kodisi yang sejalan. Paling tidak ini terungkap atas tabulasi yang dilakukan terhadap indikator ini di masing-masing sekolah. Lebih jelas tentang hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.100. Kondisi kebijakan di masing-masing sekolah dalam upaya efesiensi penggunaan air, listrik, alat tulis kantor, plastik dan bahan lainnya

No. Sekolah

Kebijakan Sekolah Dalam Upaya Efesiensi Penggunaan Air, Listrik, Alat Tulis Kantor,

Plastik Dan Bahan Lainnya Amat

Baik

Baik Sedang Kurang Kurang Sekali

1 SMAN I Air Putih - - 1 - -

2 SMAN I Lima Puluh - - 1 - -

3 SMAN I Medang Deras - - 1 - -

4 SMAN I Sei Suka - 1 - - -

5 SMAN I Talawi 1 - - - -

6 SMAN I Tanjung Tiram - 1 - - -

Hal lain yang bisa dilihat dalam upaya mewujudkan adiwiyata adalah keberadaan kebijakan sekolah yangs secara langsung berhubungan dengan upaya mewujdukan sekolah yang bersih dan sehat. Konsep bersiha yang dimaksud tentu tidak hanya terkait dengan dimensi kesehatan namuan juga terkait dengan dimensi psikologis. Lingkungan sekolah yang bersih dan sehat menggambarkans sebuah kondisi dimana semua komponen lingkungan berada dalam kondisi seimbang. Keseimbangan yang dimaksud tentu terkait dengan kesesuian antara daya dukung sarana dana lingkungan yang ada terhadap kebutuhan warga sekolah. Mengenai kondisi indikator ini, seluruh SMA Negeri yang dikaji memperlihatkan kondisi yang dapat dikatakan relatif baik, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.101. Kebijakan sekolah terkait terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat

No. Kondisi Frekwensi Persentase (%)

1 Amat Baik 3 50,0 2 Baik 1 16,7 3 Sedang 2 33,3 4 Kurang - 0.0 5 Kurang Sekali - 0.0 Total 6 100

Adapun sebaran atas kondisi indikator ini dimasing-masing sekolah adalah sebagai berikut:

Tabel 4.102. Kondisi kebijakan sekolah terkait terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat

No. Sekolah

Kebijakan Sekolah Terkait Terciptanya Lingkungan Sekolah Yang Bersih Dan Sehat Amat

Baik

Baik Sedang Kurang Kurang

Sekali

1 SMAN I Air Putih 1 - - - -

2 SMAN I Lima Puluh - - 1 - -

3 SMAN I Medang Deras 1 - - - -

4 SMAN I Sei Suka - - 1 - -

5 SMAN I Talawi 1 - - - -

6 SMAN I Tanjung Tiram - 1 - - -

Jumlah 3 1 2 - -

Tidak berbeda jauh dengan indikator sebelumnya, indikator selanjutnya yang juga perlu dibahas adalah kebijakan sekolah untuk merencanakan kegiatan dan mengalokasikan anggaran bagi kegiatan pengembangan pendidikan LH. Keberadaan indikator ini menjadi sangat penting sebab, kesuksesan program atau tindakan sering sekali sangat dipengaruhi oleh keseriusan dalam pendanaan di samping faktor-faktor lainnya. Perencanaan yang baik tentunya adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan dan kondisi sumberdaya yang ada termasuk pendanaan. Oleh karena itu kebijakan untuk merancang dan mengalokasikan anggaran merupakan elemen penting yang perlu dilihat dalam kajian penerapan adiwiyata di SMA yang ada di Kabupaten Batu Bara. Hasil analisis atas temuan yang ada memperlihatkan bahwa mayoritas sekolah yang dikaji telah melakukan proses perencanaan terkiat dengan program atau kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan lingkungan. Tidak hanya baik dalam merencanakan, hampir semua sekolah yang diteliti juga sudah mengalokasikan sejumlah anggaran untuk mensukseskan rencana yang sudah dibuat. Secara umum kondisi indikator ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.103. Kondisi umum kebijakan sekolah untuk menrencanakan kegiatan dan mengalokasikan anggaran bagi kegiatan pengembangan pendidikan LH

No. Kondisi Frekwensi Persentase (%)

1 Amat Baik 3 50,0 2 Baik - 0.0 3 Sedang 2 33,3 4 Kurang 1 16,7 5 Kurang Sekali - 0.0 Total 6 100

Sekilas tabel di atas selain menunjukkan bahwa mayoritas sekolah sudah merencanakan program dan pengalokasikan anggaran untuk program yang berhubungan dengan pendidikan lingkungan, juga menunjukkan adanya kesenjangan indikator ini di antara beberapa sekolah. Hal ini dapat dilihat dari adanya kondisi sekolah status indikatornya Kurang dan Sedang, sementara tiga sekolah lainnya sudah memiliki status yang Amat Baik terkiat indikator ini. Penjelasan tentang sekolah mana saja yang memiliki indikator dengan status tertentu dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.104. Kondisi kebijakan di masing-masing sekolah untuk

menrencanakan kegiatan dan mengalokasikan anggaran bagi kegiatan pengembangan pendidikan LH

No. Sekolah

Kebijakan sekolah untuk menrencanakan kegiatan dan mengalokasikan anggaran bagi

kegiatan pengembangan pendidikan LH Amat

Baik

Baik Sedang Kurang Kurang

Sekali

1 SMAN I Air Putih 1 - - - -

2 SMAN I Lima Puluh - - 1 - -

3 SMAN I Medang Deras 1 - - - -

4 SMAN I Sei Suka - - - 1 -

5 SMAN I Talawi 1 - - - -

6 SMAN I Tanjung Tiram - - 1 - -

4.2.2 Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan Hidup

Komponen atau variabel lain yang juga menjadi penting untuk melihat sebagian dari dimenasi penerapan konsep Adiwiyata adalah komponen atau variabel Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan Hidup. Penelusuran atas komponen ini dapat dilakukan dengan mengulas beberapa indikator yang bisa dijadikan alat ukur untuk pencapaian kondisi yang diinginkan pada variabel ini. Beberapa inikator itu meliputi kondisi pengembangan kurikulum, sensitifitas pengembangan kurikulum atas isu lingkungan di tingkat lokal dan global dan lainnya.

Hasil anaslisis atas indikator pertama dalam kompenen ini mempelihatkan bahwa dari 6 sekolah yang diteliti, tiga diantaranya status indikator pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan hidup adalah Baik. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.105. Pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan hidup sudah dilaksanakan dengan baik dan benar

No. Kondisi Frekwensi Persentase (%)

1 Amat Baik - - 2 Baik 3 50,0 3 Sedang 1 16,7 4 Kurang 2 33,3 5 Kurang Sekali - - Total 6 100

Tabel di atas dengan sederhana dapat diartikan bahwa kondisi indikator pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan hidup sudah berjalan dengan baik walau di beberapa sekolah kondisinya masih perlu ditingkatkan. Sebaran kondisi indikator ini di setiap sekolah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.106. Kondisi pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan hidup sudah dilaksanakan dengan baik dan benar di setiap sekolah

No. Sekolah

Pengembangan kurikulum pembelajaran lingkungan hidup sudah dilaksanakan dengan

baik dan benar Amat

Baik

Baik Sedang Kurang Kurang

Sekali

1 SMAN I Air Putih - 1 - - -

2 SMAN I Lima Puluh - - - 1 -

3 SMAN I Medang Deras - 1 - - -

4 SMAN I Sei Suka - - - 1 -

5 SMAN I Talawi - - 1 - -

6 SMAN I Tanjung Tiram - 1 - - -

Jumlah

Informasi yang bisa disimpulkan dari tabel di atas adalah bahwa antara satu sekolah dengan sekolah lainnya masih terdapat kesenjangan terkait dengan indikator ini. Walau kondisi kesenjangan antara sekolah masih dalam tahap kewajaran, namun pembenahan pada indikator ini nantinya akan bisa berdampak pada pencapaian kondisi ideal dari konsep adiwiyata yang seharusnya.

Selain indikator di atas, indikator lainnya dalam komponen pengembangan kurikulum berbasis lingkungan hidup lainnya adalah upaya pengembangan materi pendidikan lingkungan hidup berdasarkan isu lingkungan di tingkat lokal. Mengenai indikator ini, hasil analisis yang diperoleh dari lapangan memperlihatkan bahwa secara umum kondisinya adalah relative sedang. Ini paling tidak dapat dilihat dari data yang dimuat pada tabel berikut:

Tabel 4.107. Upaya penambahan dan/atau pengembangan materi pendidikan LH berdasarkan isu lokal yang ada di wilayah sekitar

No. Kondisi Frekwensi Persentase (%)

1 Amat Baik 1 16,7 2 Baik 2 33,3 3 Sedang 2 33,3 4 Kurang 1 16,7 5 Kurang Sekali - - Total 6 100

Walaupun kondisi indikator ini tidak ada yang statusnya Kurang Sekali, namun kondisi suatu sekolah dengan status Kurang memperlihatkan bahwa pengembangan kurikulum pendidikan dengan mengadopsi atau mengintrodusir isu lingkungan di tingkat lokal masih belum sepenuhnya dilakukan. Banyak penyebab mengapa pengembangan kurikulum berdarkan isus lingkungan di tingkat lokal ini belum berjalan dengan baik dan salah satu diantaranya dimungkinkan karena sensitifitas tenaga pendidik yang kurang. Untuk lebih membantu memahami kondisi yang lebih rinci tentang indikator ini di masing-masing sekolah, dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 4.108. Kondisi upaya penambahan dan/atau pengembangan materi pendidikan LH berdasarkan isu lokal yang ada diwilayah sekitar sekolah

No. Sekolah

Upaya penambahan dan/atau pengembangan materi pendidikan LH berdasarkan isu lokal yang ada

diwilayah sekitar Amat

Baik

Baik Sedang Kurang Kurang Sekali

1 SMAN I Air Putih 1 - - - -

2 SMAN I Lima Puluh - - 1 - -

3 SMAN I Medang Deras - 1 - - -

4 SMAN I Sei Suka - - - 1 -

5 SMAN I Talawi - - 1 - -

6 SMAN I Tanjung Tiram - 1 - - -

Walau secara umum kondisi indikator ini tersebar merata di setiap status dnegan pengecualian pada status Kurang Sekali yang tidak ada, maka ini memperlihatkan bahwa introdusir isu lokal dalam pengembangan kurikulum pendidikan lingkungan sudah ada, namun kualitasnya masih rendah.

Tidak hanya sensitifitas dengan isu lokal, pengembangan kurikulum dengan memperhatikan isu lingkungan di tingkat global juga menjadi sebuah indikator penting dalam studi ini. Hasil temuan di sekolah yang diteliti tentang ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.109. Upaya penambahan dan/atau pengembangan materi pendidikan LH terkait dengan isu lingkungan hidup global

No. Kondisi Frekwensi Persentase (%)

1 Amat Baik - - 2 Baik 1 16,7 3 Sedang 3 50,0 4 Kurang 2 33,3 5 Kurang Sekali - - Total 6 100

Bila diambil titik tengah, maka tabel diatas akan memberikan gambaran bahwa perhatian atas isu lingkungan di tingkat lokal dalam penyusunan atau pengembangan kurikulum pendidikan lingkungan hidup masih belum terlaksana dengan baik. Sedangkan kondisi sebaran indikator ini di masing-masing sekolah yang dijadikan satuan penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.110. Kondisi upaya penambahan dan/atau pengembangan materi pendidikan LH terkait dengan isu lingkungan hidup global

No. Sekolah

Upaya penambahan dan/atau pengembangan materi pendidikan LH terkait dengan isu lingkungan hidup

global Amat

Baik

Baik Sedang Kurang Kurang Sekali

1 SMAN I Air Putih - 1 - - -

2 SMAN I Lima Puluh - - - 1 -

3 SMAN I Medang Deras - - 1 - -

4 SMAN I Sei Suka - - - 1 -

5 SMAN I Talawi - - 1 - -

6 SMAN I Tanjung Tiram - 1 - -

Jumlah 1 3 2

Tidak berbeda dengan kondisi dua indikator sebelumnya, indikator lainnya dalam komponen / variabel ini yaitu pengembangan metode pembelajaran pendidikan lingkungan hidup juga kondisinya relatif sama. Data yang ada memperlihatkan bahwa lebih dari separuh, sekolah yang diteliti menunjukkan kondisi indikator ini berada dalam status Kurang. Kenyataan ini jelas memperlihatkan bahwa keberadaan indikator ini belum dianggap penting sehingga kondisinya belum sebagai indikator lainnya. Bila dikaji lebih lanjut, penyebab buruknya kondisi indikator ini terdiri atas banyak faktor diantaranya adala kelengkapan sarana pembelajaran dan kualitas atau kualifikasi tenaga pengajar yang belum memenuhi standar yan diharapkan. Secara umum, kondisi indikator ini di SMA Negeri yang di kaji adalah sebagai berikut:

Tabel 4.111. Pengembangan metode pembelajaran pendidikan lingkungan hidup

No. Kondisi Frekwensi Persentase (%)

1 Amat Baik - - 2 Baik 1 16,7 3 Sedang 1 16,7 4 Kurang 4 66,7 5 Kurang Sekali - - Total 6 100

Sedangkan kondisi yang lebih rinci tentang keberadaan komponen ini di maisng-masing sekolah, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.112. Kondisi pengembangan metode pembelajaran pendidikan lingkungan hidup

No. Sekolah

Pengembangan metode pembelajaran pendidikan lingkungan hidup Amat

Baik

Baik Sedang Kurang Kurang

Sekali 1 SMAN I Air Putih - - 1 -

2 SMAN I Lima Puluh - - - 1 3 SMAN I Medang

Deras -

- - 1

4 SMAN I Sei Suka - - - 1

5 SMAN I Talawi - 1 - - 6 SMAN I Tanjung Tiram - - - 1 Jumlah 1 1 4

Di samping indikator yang sudah diuraikan di atas, indikator penting lainnya yang juga berhasil diperoleh gambarannnya adalah indikator terkait dengan Pemanfaatan sumber belajar lain tentang lingkungan hidup. Berdasarkan data yang ada dan proses analisa yang dilakukan diperoleh hasil bahwa kondisi indikator ini di lokasi kajian adalah relatif rendah atau buruk. Hal ini dapat dilihat dari kenyaataan bahwa hanya ada sekolah dengan status indikatornya adalah Baik. Sedangkan untuk

kategori Kurang Sekali juga ada dua sekolah dan selebihnya adalah masing-masing