• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Persampahan

Tabel 3 35 Asepk Pengembangan, Permasalahan Tantangan dan Solusi Bidang Permukiman

A. Pengendalian Tingkat Kehilangan Air Aktif

3.2.3. Strategi Sanitasi Kota (SSK)

3.2.3.3. Pengembangan Persampahan

Pelayanan kebersihan akan ditingkatkan dalam jangka pendek yaitu dengan meningkatkan kualitas layanan penyapuan di jalan-jalan protokol kota Kabupaten N agekeo, Sosialisasi dan stimulasi kepada masyarakat untuk mengolah sampah dengan menerapkan prinsip-prinsip 3R juga perlu dilakukan dalam jangka pendek. Dengan adanya pengolahan sampah berbasis Rumah Tangga (RT) maka sudah saatnya untuk

Arahan St rat egis Nasional 3 - 175 Review Rencana Terpadu dan Program I nvestasi I nfrastruktur Jangka M enengah |

dibentuk Bank Sampah yang bisa dikelola masyarakat nantinya sehingga dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan penghasilan masyarakat.

Dalam jangka menengah Pelayanan kebersihan akan ditingkatkan seluruhnya pada kelurahan - kelurahan di pinggiran kota. Dengan dikembangkannya layanan persampahan yang diarahkan ke daerah kelurahan terluar tersebut dimungkinkan kiranya diadakan penambahan kantor unit layanan khusus persampahan untuk mengoperasionalkan pengangkutan sampah dan penyapuan sampah. Penambahan TPS dan Revitalisasi TPA kiranya juga menjadi sangat urgent dengan berkembangnya kota yang semakin pesat saat ini.

Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan M inimun (SPM ), w ilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasi. Terdapat 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu tata guna lahan/klasifikasi w ilayah meliputi (komersial/CBD, permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) dan Kepadatan penduduk. Cakupan layanan pengelolaan persampahan di Kota N agekeo masih belum optimal, dalam hal ini menjangkau ke seluruh kelurahan secara baik. Hal tersebut tidak saja disebabkan oleh PHBS yang masih rendah tetapi juga karena ketersediaan sarana dan prasarana persampahan, yaitu masih kurangnya armada pengangkutan, kurangnya TPS serta belum diterapkannya pengelolaan sampah rumah tangga dengan konsep 3R. Dengan berbagai keterbatasan tersebut, maka direncanakan cakupan layanan persampahan sebesar 100% untuk kaw asan perkotaan serta seluruh kelurahan, diperkirakan baru dapat dicapai hingga 2019 mendatang. Berikut tabel mengenai tujuan, sasaran dan strategi pengembangan sub sektor persampahan di Kota Nagekeo.

Arahan St rat egis Nasional 3 - 176 Review Rencana Terpadu dan Program I nvestasi I nfrastruktur Jangka M enengah |

Tabel 3 44 Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten N agekeo

N o Sistem

Cakupan Layanan Eksisting (% )

Target Cakupan Layanan (% )

Jangka Pendek Jangka

M enengah Jangka Panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Prosentase sampah yang terangkut 1 Penanganan Langsung (direct) 2% 10% 30% 35% 2 Penanganan Tidak Langsung (indirect) 0% 10% 30% 35%

B Dikelola mandiri oleh masyarakat atau belum terlayani

1 3R 1% 3% 20% 30%

2 Belum terlayani 97% 77% 20% 0%

Total 100% 100% 100% 100%

Tabel 3 45 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pencapaian Pengembangan Persampahan

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran

Meningkatkan layanan persampahan

Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan persampahan;

Pengangkutan sampah rumah tangga ke TPA mencapai 60% pada tahun 2019

- Pelaksanaan Pembangunan TPA

- Pembangunan TPS di area permukiman perkotaan;

- Penambahan truk sampah untuk melayani pengangkutan sampah di kawasan lain yang berkarakteristik perkotaan seperti kelurahan- kelurahan di kecamatan Boawae.

- Pengadaan gerobak sampah untuk pelayanan persampahan di wilayah kelurahan Nangaroro dan Kelurahan Mauponggo. Pengembangan peraturan kelembagaan pengelolaan persampahan Tersusunnya peraturan kelembagaan pengelolaan persampahan.

- Merumuskan peraturan kelembagaan pengelolaan persampahan.

Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelola;

Terbentuknya kelompok masyarakat yang mengelola sampah dengan pola 3R (reduce, reuse, recycle)

- Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan persampahan sejak dini melalui pendididkan di sekolah;

- Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada masyarakat umum;

- Membina masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan persampahan dengan pola 3R;

- Mendorong peningkatan pengelolaan persampahan yang berbasis masyarakat melalui pelatihan;

Peningkatan anggaran daerah untuk pengelolaan sampah rumah

Meningkatnya alokasi dana APBD untuk pengelolaan sampah rumah tangga.

- Meningkatkan koordinasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat dalam rangka komitmen

Arahan St rat egis Nasional 3 - 177 Review Rencana Terpadu dan Program I nvestasi I nfrastruktur Jangka M enengah |

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran

tangga anggaran pengelolaan persampahan;

- Mengoptimalkan potensi retribusi persampahan sebagai salah satu sumber penerimaan daerah Peningkatan pengelolaan sampah

medis

Semua sampah medis di setiap pusat layanan kesehatan ditangani dengan baik.

- Pengadaan insenerator untuk setiap pusat layanan kesehatan.

3.2.3.4. Pengembangan Drainase Perkotaan

Permasalahan utama sub sektor drainase yang ada di Kota N agekeo adalah masih seringnya terjadi luapan dan genangan yang diakibatkan oleh endapan lumpur atau penyumbatan serta kerusakan yang terjadi pada drainase primer serta drainase lingkungan, terlebih pada kaw asan strategis dan cepat tumbuh seperti kaw asan sentral perdagangan yang ada di Kota Nagekeo. O leh karena itu, rumusan tujuan, sasaran dan strategi pengembangan drainase diarahkan untuk menanggulangi area perkotaan yang memiliki fungsi penting dalam w ilayah Kota N agekeo. Tabel berikut akan menjabarkan tujuan, sasaran dan strategi pengembangan drainase perkotaan di w ilayah Kota Nagekeo dalam kurun w aktu jangka menengah.

Tabel 3 46 Tahapan Pengembangan Drainase Kota Mbay Kabupaten Nagekeo

N o Sistem

Luas Genangan Eksisting (ha)

Luas Genangan (ha) Jangka Pendek Jangka M enengah Jangka Panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f) 1 Kecamatan Aesesa 18,27 15 8 0

Tabel 3 47 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pencapaian Pengembangan Drainase Perkotaan

Tujuan

Sasaran Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran

Meningkatkan layanan serta sarana dan prasarana drainase lingkungan.

Pengurangan genangan air dalam waktu lama

Berkurangnya luas wilayah genangan air hujan di kawasan perkotaan Mbay menjadi dari 18,27 ha menjadi 8 ha

- Penambahan saluran drainase pada lingkungan permukiman terutama pada daerah yang berrisiko tinggi sanitasi buruk akibat drainase seperti di Kecamatan Aesesa, Kecamatan Mauponggo dan Kecamatan Wolowae.

Arahan St rat egis Nasional 3 - 178 Review Rencana Terpadu dan Program I nvestasi I nfrastruktur Jangka M enengah |

Tujuan

Sasaran Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran

pada tahun 2019 Berkurangnya genangan pada kawasan yang beresiko tinggi sanitasi buruk akibat drainase buruk.

kecamatan Aesesa

Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat yang tidak memanfaatkan saluran drainase sebagai tempat pembuangan sampah dan air limbah rumah tangga (grey water)

Tidak ada lagi sampah dan grey water pada saluran drainase pada tahun 2019

- Pemicuan STBM untuk perubahan perilaku masyarakat.

Peningkatan porsi belanja fisik sub sektor drainase

Meningkatnya prosentase panjang saluran drainase yang berfungsi baik pada akhir tahun 2019.

- Optimalisasi anggaran dan sinkronisasi perencanaan sanitasi dengan pemerintah Pusat dan pemerintah Provinsi ;

- Penyediaan lahan untuk

pembangunan infrastruktur drainase

Tersedianya lahan untuk pembangunan infrastruktur drainase

- Meningkatkan peran Lembaga Pemangku Adat dalam menjembatani kepentingan ulayat dan pembangunan berkelanjutan.

A. Tujuan, Sasaran Dan Strategi Perilaku H idup Bersih Dan Sehat (Phbs) Terkait

Sanitasi

Dew asa ini perhatian terhadap pembangunan sektor sanitasi sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, dimana secara fisik beberapa sarana dan prasarana sanitasi mulai dibangun dan dikembangkan terutama bagi daerah-daerah yang memiliki risiko sanitasi tinggi. N amun demikian tidak jarang pembangunan yang bersifat fisik tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup masyarakatnya, baik yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan w awasan maupun karena tingkat kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat (PH BS) yang masih rendah. O leh karena itu upaya-upaya penyebarluasan informasi, penyuluhan maupun promosi tentang pentingnya hidup bersih dan sehat masih

Arahan St rat egis Nasional 3 - 179 Review Rencana Terpadu dan Program I nvestasi I nfrastruktur Jangka M enengah |

perlu terus ditingkatkan. Bahkan diharapkan, dengan meningkatnya PH BS terkait sanitasi dari masyarakat maka sektor sanitasi tidak lagi dianggap sebagai tanggung jaw ab pemerintah semata tetapi setiap individu atau masyarakat dapat berperan dan turut andil dalam peningkatan kualitas hidupnya.

Berikut akan dijabarkan tujuan, sasaran dan strategi pengelolaan PH BS terkait sanitasi untuk tatanan rumah tangga dalam bentuk tabulasi.

Tabel 3 48 Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengelolaan Sanitasi Rumah Tangga

Tujuan

Sasaran Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran

Terwujudnya tatanan PHBS Terkait Sanitasi di Rumah Tangga untuk upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat

Meningkatkan

presentase PHBS terkait Cuci Tangan Pakai Sabun di Lima waktu Penting

Meningkatnya persentase perilaku cuci tangan pakai sabun di lima waktu penting dari 23% menjadi 100% di tahun 2019

- Menyelenggarakan penyebarluasan informasi kesehatan melalui berbagai saluran media - Melaksanakan kegiatan demonstras CTPS - Menyelenggarakan STBM (Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat) di kawasan perdesaan dengan baseline data, pemicuan, monitoring dan verifikasi

- Mengembangkan media dan sarana promosi kesehatan.

- Meningkatkan kemampuan tenaga pengelola program promosi kesehatan terkait

pengolahan sampah dengan 3R. Mengurangi persentase

perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Berkurangnya persentase perilaku BABS dari 48% menjadi 0% pada tahun 2019 Meningkatkan persentase pengolahan sampah setempat Meningkatnya persentase pengolahan sampah setempat dari 12% menjadi 100% pada tahun 2019

Untuk meningkatkan pembangunan di sektor sanitasi di masa yang akan datang, kiranya diperlukan perhatian yang besar dari pemerintah untuk menanamkan pemahaman yang mendasar di bidang sanitasi ini sejak usia dini terhadap para sisw a sekolah dasar sebagai basis terdepan perubahan moral yang baik bagi generasi masa depan yang cerdas

Arahan St rat egis Nasional 3 - 180 Review Rencana Terpadu dan Program I nvestasi I nfrastruktur Jangka M enengah |

tingkat pemahaman dan kepeduliannya terhadap kesehatan lingkungan. M eningkatnya perhatian terhadap pembangunan sektor sanitasi dari tahun-tahun sebelumnya, dimana secara fisik beberapa sarana dan prasarana sanitasi mulai dibangun dan dikembangkan terutama bagi daerah-daerah yang memiliki risiko sanitasi tinggi. Akan tetapi tidak jarang pembangunan yang bersifat fisik tidak dibarengi dengan pembangunan non fisik berupa peningkatan pengetahuan dan w aw asan untuk merubah tingkat kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat (PH BS) yang masih rendah. O leh karena itu upaya-upaya menanamkan pengetahuan tentang sanitasi yang baik lew at kurikulum sekolah dasar serta penyebarluasan informasi, penyuluhan maupun promosi tentang pentingnya hidup bersih dan sehat, baik di sekolah maupun di tempat-tempat umum, kiranya merupakan bagian kegiatan non fisik yang perlu mendapat peningkatan porsi perhatian pemerintah di masa yang akan datang. Sehingga diharapkan dengan meningkatnya PH BS terkait sanitasi dari masyarakat di masa depan, maka sektor sanitasi nantinya tidak lagi dianggap sebagai tanggung jaw ab pemerintah semata tetapi setiap individu atau masyarakat dapat berperan dan turut andil dalam peningkatan kualitas hidupnya.

Tabel 3 49 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Sanitasi Sekolah

Tujuan

Sasaran

Strategi Pernyataan

Sasaran Indikator Sasaran

Meningkatkan kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat di sekolah Meningkatkan akses sarana dan prasarana sanitasi sekolah

- Meningkatnya kondisi toilet guru yang baik dari 43% menjadi 100% di tahun 2019 - Meningkatnya akses sarana toilet siswa yang kondisi baik dari 20% menjadi 100% di tahun 2019

- Meningkatnya akses sarana fasilitas Cuci tangan pakai sabun yang baik dari 73% menjadi 100% pada tahun 2019

- Meningkatnya akses sarana air bersih yang baik dari 60% menjadi 100% pada tahun 2019

- Meningkatnya akses sarana pengelolaan sampah yang baik dari 12% menjadi 100% pada tahun 2019

- Meningkatnya akses saluran drainase yang baik dari 10%

- Pembangunan toilet guru yang layak

- Pembangunan toilet siswa yang layak

- Penyediaan fasilitas cuci tangan yang layak

- Peningkatan akses sarana air bersih sekolah.

- Peningkatan sarana pengelolaah sampah yang layak di sekolah

- Pembangunan saluran drainase sekolah

- Peningkatan alokasi dana untuk kegiatan sanitasi sekolah sesuai dengan kebutuhan.

Arahan St rat egis Nasional 3 - 181 Review Rencana Terpadu dan Program I nvestasi I nfrastruktur Jangka M enengah | Tujuan Sasaran Strategi Pernyataan

Sasaran Indikator Sasaran

menjadi 100% pada tahun 2019

- Meningkatnya alokasi dana untuk kegiatan sanitasi sekolah Meningkatkan kesadaran akan pentingnya PHBS di sekolah Meningkatnya persentase perilaku yang benar dalam mencuci tangan menjadi 100% pada tahun 2019

- Mengembangkan media dan sarana promosi kesehatan di sekolah.

- Meningkatkan kemampuan tenaga pengelola program promosi kesehatan

3.2.4. Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mew ujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan, khususnya w ujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terw ujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah:

1. M emberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras, dan

2. M emberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.

Untuk itu, Kementrian Pekerjaan Umum sebagai lembaga pembina teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai kewajiban untukmeningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota agar mampu melaksanakan amanat UU N o 28/ 2002 tentang Bangunan Gedung. Untuk tahun anggaran 2007, sebagai kelanjutan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, perlu melanjutkan dan memperbaiki serta mempertajam kegiatannya agar lebih cepat memampukan Kabupaten/Kota.

Disamping hal tersebut, Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahw a peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan

Arahan St rat egis Nasional 3 - 182 Review Rencana Terpadu dan Program I nvestasi I nfrastruktur Jangka M enengah |

secara menyeluruh, terpadu, dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran rencana tata ruang w ilayah (RTRW) yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensive, akomodatifdan responsif. Selaras dengan upaya pencapaian target M illenium (M DGs), yakni: mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk miskin tahun 1990 (target 1); dan mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan, maka peningkatan kualitas lingkungan permukiman perlu dilakukan lebih intensive dengan melibatkan masyarakat setempat, kelompk peduli dan dunia usaha secara aktif.

3.2.4.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mew ujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain:

1. U U N o.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kaw asan Permukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahw a penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Arahan St rat egis Nasional 3 - 183 Review Rencana Terpadu dan Program I nvestasi I nfrastruktur Jangka M enengah |

2. U U N o. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diw ujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.

Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

a. Status hak atas tanah, dan/ atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan

c. Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU N o. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahw a dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

3. PP 36/ 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan U U N o. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Secara lebih rinci UU N o. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/ 2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

4. Permen PU N o. 06/ PRT/ M / 2007 tentang Pedoman U mum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/ PRT/ M / 2007 tentang Pedoman Umum

Arahan St rat egis Nasional 3 - 184 Review Rencana Terpadu dan Program I nvestasi I nfrastruktur Jangka M enengah |

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kaw asan baru berkembang cepat, kaw asan terbangun, kaw asan dilestarikan, kaw asan rawan bencana, serta kaw asan gabungan dari jenis-jenis kaw asan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan w alikota/ bupati.

5. Permen PU N o.14 / PRT/ M / 2010 tentang Standar Pelayanan M inimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permen PU No: 14 / PRT/ M / 2010 tentang Standar Pelayanan M inimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan w ajib daerah yang berhak diperoleh setiap w arga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL (Permen PU N o. 8 tahun 2010)

Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU N o.8 tahun 2010 tentang O rganisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahw a Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengaw asan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.

Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahw a Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah Negara ;

2. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan ; 3. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan

bangunan dan lingkungan dan pengembangan kesw adayaan masyarakat dalam penataan lingkungan ;

Arahan St rat egis Nasional 3 - 185 Review Rencana Terpadu dan Program I nvestasi I nfrastruktur Jangka M enengah |

4. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi revitalisasi kaw asan dan bangunan bersejarah/ tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan social ;

5. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan ; dan

6. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara

Lingkup kegiatan untuk dapat mew ujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

a. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); b. Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka H ijau (RTH );

c. Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;

d. Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional. 2. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan Dan Gedung

a. Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;

b. Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung; c. Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur; d. Pelatihan teknis.

3.2.4.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan