• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.2 Deskripsi Data

4.2.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.2.2 Pengendalian atas Kebocoran

Untuk mengoptimalkan pendapatan, pemerintah daerah harus melakukan pengawasandan pengendalian yang memadai. Sumber-sumber kebocoran harus diidentifikasi dan segera diatasi. Kebocoran pendapatan bisa disebabkan karena tidak membayar retribusi sesuai tarif, pungutan liar, atau korupsi petugas.

Adapun rekapitulasi target retribusi pasar pandeglang pada tahun 2016 sampai 2017 ini dimaksudkan untuk melihat adakah kebocoran pendapatan, sehingga dapat mencari solusi dari ketidakcapaian target retribusi pelayanan pasar, sebagai berikut :

Tabel 4.7

Rekapitulasi Target Retribusi pelayanan Pasar Pandeglang Tahun 2016-2017 Target Realisasi Per Tahun Sisa Target

2016 2017 2016 2017

617.280.000 586.448.000 620.579.000 30.832.000 50.701.000 Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Pandeglang

(2017)

Untuk mengurangi kebocoran pendapatan beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

Terjadinya dugaan pendapatan retribusi pelayanan pasar, membuat Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Pandeglang melakukan audit, baik rutin maupun insidental. Dengan dilakukannya audit dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesalahan dalam penerimaan keuangan retribusi pelayanan pasar, sehingga dapat menghindari permasalahan yang akan datang.

Pernyataan I1-2, bahwa :

“Setiap bulan kita ada evaluasi membawa data-datanya kemudian disesuaikan dengan potensi yang ada, bukan hanya kita saja yang mendata potensi-potensi yang ada, dari Dispenda juga ikut dalam mendata tahun 2016 ada pendataan data potensi dari semua sektor, jadi kita melakukan audit setiap bulan, kalau untuk Inspektorat dan BPKD setiap tahun.” (hasil

wawancara pada tanggal 05 Oktober 2017 pukul : 10.33 WIB).

Berdasarkan pernyataan di atas menjelaskan bahwa dalam hal ini pemeriksaan internal dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Pandeglang telah dilakukan secara rutin yaitu memeriksa penerimaan retribusi pada setiap UPT yaitu setiap 1 bulan sekali. Sedangkan untuk pemeriksaan audit secara eksternal dilakukan 1 tahun sekali oleh Inspektorat dan BPKD Pandeglang.

Hal ini diperkuat oleh I1-1 sebagai berikut :

“Kita melakukan audit, kita ada pemeriksaan terhadap penerimaan retribusi ke setiap UPT setiap 1 bulan sekali yang ditugaskan untuk pemeriksaan itu dari pihak Bidang Pengembangan dan Penataan Pasar, itu memang harus selalu diperiksa tercapai atau tidaknya target setiap 1 bulan persentasinya. Ketika tidak tercapai maka akan dicari apa yang menjadi penyebab tidak tercapainya. Untuk eksternal pemeriksaan dilakukan setiap 1 tahun sekali oleh Inspektorat dan BPKD yang dilakukan di akhir tahun.”

101

Berdasarkan pernyataan dari I1-1bahwa pihak dari Dinas melakukan audit setiap 1 bulan sekali dimaksudkan untuk melihat perubahan penerimaan setiap bulannya.

Hal ini dibenarkan oleh pernyataan I2-1bahwa :

“memang benar yang dari pihak Dinas ini setiap 1 bulan sekali melakukan pemeriksaan penerimaan retribusi pasar ke UPT Pasar Pandeglang ini yah untuk mengetahui adanya kesalahan dalam penerimaan keuangan retribusi pasar dan juga dapat mengantisipasi terjadinya kesalahan dalam penerimaan retribusi pasar, agar dapat segera melakukan perbaikan.” (hasil

wawancara pada tanggal 30 Agustus pukul : 09.48).

Berdasarkan pernyataan di atas menjelaskan bahwa dalam pengendalian atas kebocoran pendapatan perlu dilakukannya audit setiap 1 bulan sekali untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan dalam penerimaan retribusi pelayanan pasar ini pun yang dilakukan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Pandeglang dalam memantau, mengelola retribusi pelayanan Pasar Pandeglang. Namun meskipun telah dilakukannya audit setiap 1 bulan sekali oleh pihak Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Pandeglang ke UPT Pasar Pandeglang ini tetapi target setiap bulannya rata-rata tidak tercapai.

Hal ini dibenarkan oleh pernyataan I1-3, bahwa :

“Iya di Pasar Pandeglang ini rata-rata untuk setiap bulannya tidak tercapai target yang telah ditentukan, ada yang tercapai banyak yang tidak tercapainya. Nah ini menjadi PR untuk kita mencari permasalahannya, ternyata apa yang ditarik pemungut retribusi ini tidak sesuai dengan data pedagang yang ada di pasar, seharusnya apabila yang membayar retribusi ini semua pedagangnya dan full membayar tarifnya sesuai objek retribusinya pasti target setiap bulan ataupun perharinya tercapai. Namun kenyataannya para pedagang kebanyak hanya membayar 1000/2000 dari tarif yang seharusnya 3000 dan adapun para pedagang yang tidak membayar dengan alasan belum ada penglaris/sepi. Sehingga ini membuat

target retribusi pertahun di Pasar Pandeglang tidak tercapai.” (hasil

wawancara pada tanggal 28 Agustus 2017 dan tanggal 06 September 2017 pukul : 11.44WIB).

Berdasarkan pernyataan di atas menjelaskan bahwa target retribusi pelayanan pasar di pasar pandeglang ini kebanyakan setiap bulannya tidak tercapai target perbulan yang ditentukan. Para pedagang dalam membayar salar retribusi pelayanan pasar tidak sesuai dengan tarif yang ditanggungkan sesuai objek retribusi yang ditempatinya. Padahal ketika ditarik salar oleh petugas sudah jelas tertera dalam karcis itu nilai yang harus di bayarkan, sehingga ini mempengaruh dalam capaian target untuk pertahunnya. Karena kurangnya dilakukan sosialisasi ke para pedagang dan kurangnya peningkatan kinerja.

Hal ini dibenarkan oleh I1-4, bahwa :

“ada target yang tidak tercapai karena adanya masalah-masalah tadi, yang seharusnya membayar 3000 hanya membayar 2000 dan ada yang tidak bayar juga kadang, selain itu juga para pedagang yang menyewa 2/3 kios hanya membayar untuk yang 1 kios saja, dan yang 2 ini harusnya masuk target, ini jadi masalah menghambat dalam pencapaian target. Jalan keluarnya yang pertama untuk meningkatkan dari potensi yang ada untuk meningkatkan PAD yang pertama itu harus sosialisasi ke para pedagang untuk salah satu jalan, untuk sosialisasi kita jarang lakukan intinya, karena yang namanya sosialisasi itu kan mengumpulkan orang itu perlu biaya, nah kalau sekarang sosialisasi dilakukan di Pasar yang ada di Kabupaten Pandeglang kan ada 13 pasar, 13 pasar kita kumpulkan semuanya tidak akan mungkin, para pedagang tidak akan mau kalau harus meninggalkan pekerjaan jualannya 1 hari pun tidak mau intinya kalau pun mau 13 kali dilakukan sosialisasi ke 13 pasar itu pun waktunya setelah mereka sepi itu juga pun kesulitan, dan kalaupun dikumpulkan fasilitas kantor yang ada di pasar inikan tidak memadai untuk menampung banyak orang paling menampung 20 orang lah. Makanya hambatan mengapa tidak melakukan sosialisasi sementara ini dilakukan hanya oleh petugas pemungut saja ke pedagang sekalian untuk menarik retribusi. Yang kedua peningkatan kinerja para petugas pemungut retribusi, untuk saat ini hanya sesuai dengan kemampuan awal saja, kita belum meningkatkan pendidikan agar tahu bagaimana melakukan penarikan retribusi dengn baik, apakah dengan cara ramah cara murah senyum, maupun cara sopan itu salah satu saran meningkatkan, cara terakhir karena pedagang pada dasarnya tidak mau membayarsatu-satunya jalan itu harus dilakukan pendampingan dari aparat hukum, supaya mereka itu mau membayar retribusi, apakah dari pihak kepolisian atau pihak kejaksaan, kalau tidak mau membayar kita panggil,

103

cuman itu juga belum bisa kita lakukan karena itu tadi tidak mungkin karena tidak ada biaya. Jadi untuk saat ini belum bisa dilakukan, seharusnya bisa dilakukan kalau adanya biaya yang disediakan untuk itu

kita bisa lakukan.” (hasil wawancara pada tanggal 19 September 2017

pukul : 11.55 WIB).

Tabel 4.8

Rekapitulasi Penerimaan Per Bulan Pasar Pandeglang Target Per

Bulan

Januari Februari maret April

67.128.000

2016 25.578.000 48.141.000 59.326.000 62.417.000 2017 46.902.000 47.603.000 57.230.000 48.979.000 Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Pandeglang

(2017)

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa penerimaan perbulan dengan target yang ditentukan tidak mencapai target. Ketidak tercapainya target ini diakibatkan adanya masalah-masalah, baik dari pedagang yang tidak mau membayar sesuai Perda Nomor 10 Tahun 2011, atau ada petugas yang berbuat curang. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Pandeglang ini diperlukan untuk melakukan tindakan dalam mencapai target retribusi pelayanan pasar, baik dengan meningkatkan kinerja, melakukan sosialisasi ke para pedagang maupun ke para pemungut, agar mereka memahami tentang pentingnya partisipasi dalam meningkatkan pendapatan daerah dengan taat membayar dan tidak melakukan kecurangan.

Ini sesuai dari pernyataan diatas menjelaskan bahwa pada dasarnya pedagang itu tidak mau membayar retribusi maka dari itu dibuatlah payung hukum yang mengatur mengenai retribusi pelayanan pasar itu Perda Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum, ini dimaksudkan untuk memperkuat dan mempertegas ke para pedagang untuk membayar retribusi pelayanan pasar untuk memberikan partisipasi dalam sebuah

pembangunan daerah. Pernyataan terbukti kebenarannya ini ketika melihat dari pernyataan salah seorang pedagang yaitu oleh I2-12 (Toko Cikananda), sebagai berikut :

“saya sebagai pedagang yang lokasinya di dalam jauh dari keramaian

pembelipendapatan tidak menentu, sedangkan kami banyak pembayaran untuk kebersihan, keamanan, sewa tanah, dan sewa kios. Jadi saya suka keberatan dengan tarif retribusi pasar yang ditanggungkan untuk saya melihat dari setiap harinya penghasilan yang kecil. Kita mendapatkan uang dari jualan ini juga kan tidak untuk pembayaran retribusi saja, ada buat belanjain baju lagi buat dijual kembali dan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga saja juga. Makanya saya mah kadang kalau tidak ada penglaris mah tidak bayar dulu, yah kalau ada mah saya bayar 1000

perhari untuk salar.” (hasil wawancara pada tanggal 30 Oktober 2017

pukul : 15.20 WIB).

Berdasarkan pernyataan I2-12 bahwa tarif retribusi yang dikenakan membuatnya keberatan dikarenakan penghasilan yang tidak menentu, karena pakaian bukanlah kebutuhan pokok yang harus dibeli setiap harinya, tidak seperti beras dan bahan makanan lainnya yang dibutuhkan setiap saat ataupun setiap hari.

Pernyataan I2-7 (Toko Selamat Putra) menyatakah bahwa :

“Penghasilan tidak menentu, yang namanya jualan baju kan tidak setiap

hari orang membeli terkecuali kebutuhan pokok seperti sayur-mayur, beras dan lain-lain. Karena kita harus membayar salar perhari ini saya kadang

bayar 1000/hari atau tidak membayar dulu.”(Hasil wawancara pada

tanggal 30 Oktober 2017 pukul : 14.34 WIB).

Berdasarkan pernyataan diatas bahwasannya membayar salar hanya 1000/hari atau kadang tidak membayar. Ini yang menjadikan hambatan untuk tercapainya target retribusi pelayanan pasar.

Hal ini di perkuat oleh pernyataan I1-7 sebagai berikut :

“yah alhamdulillahnya pedagang sampai sekarang ini membayar salar

tidak ada yang membayar 3000/hari, makanya kita sistem silang kalau memberikan karcis itu, karena kan kalau saya kasih semua pedagang yang

105

bayar atuh nanti kan malah saya yang nombokinnya, lah saya uang dari mana, makanya sama saya disistem silang, jadi maksudnya kalau pedagang 1 yang hari ini membayar 2000 dan pedagang 2 yang membayar 1000, maka kita kasih dulu ke yang pedagang 1, nanti besoknya baru

dikasihnya gantian ke yang pedagang 2 nya gitu.” (hasil wawancara pada

tanggal 05 Maret 2018 pukul : 11.02 WIB)

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa sampai saat ini pedagang yang membayar salar semuanya tidak full dalam membayar 3000/hari, makanya dilakukan sistem silang dalam memberikan karcis. Inilah yang menjadikan hambatan dalam mencapai target retribusi pelayanan pasar.

Selanjutnya dalam mengatasi pengendalian atas kebocoran pendapatan yaitu dengan cara memperbaiki sistem akuntansi penerimaan daerah. Di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESM Kabupaten Pandeglang dalam sistem pembukuan dan akuntansi dari retribusi pelayanan pasar di Pasar Pandeglang ini sudah sesuai dengan prosedur. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari I2-1, bahwa :

“kita sudah sesuai prosedur mulai dari penarikan yang dilakukan

pemungut retribusi terus menyetor ke saya sebagai bendahara, nanti setelah dihitung saya masukan ke kas book yang nantinya akan disetorkan hasil hariannya ke Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Pandeglang. Nah jadi ada bukti pemasukan retribusi perharinya

dengan adanya catatan di kas book.” (hasil wawancara pada tanggal 30

Agustus 2017 pukul : 09.56 WIB).

Berdasarkan pernyataan I2-1 ini dapat disimpulkan bahwa setiap hasil pungutan retribusi untuk setiap harinya kita ada pembukuan yang menjadi bukti agar tahu pendapat perharinya dengan adanya kas book ini.

Hal ini dibenarkan oleh pernyataan I1-3, bahwa :

“udah baik sesuai prosedur, kita tuh yah menyetor, mencatat gitu yah di pencatatan agar terbukukan.” (hasil wawancara pada tanggal 06

Jadi dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwasanya di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Pandeglang ini dalam sistem pembukuan dan akuntansi dari retribusi pelayanan pasar sudah berjalan sesuai dengan prosedur dengan adanya pembukuan untuk setiap harinya, jadi tidak perlu adanya memperbaiki sistem akuntansi penerimaan daerah. Berikut ini pernyataan

I

1-2 sebagai berikut :

“Yah untuk sementara ini sih kita sistem akuntansi penerimaan daerah

sudah bagus sih mulai dari pungutan sampai penyetoran sesuai SOP.”(hasil wawancara pada tanggal 05 Oktober 2017 pukul : 10.38 WIB)

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa tidak perlu memperbaiki sistem akuntansi penerimaan daerah, dikarenakan sudah sesuai SOP.

Diperjelas oleh pernyataan

I

1-3 sebagai berikut :

“karena sudah baik sih jadi tidak perlu ada perbaikan yah.”(hasil wawancara pada tanggal 06 September 2017 pukul : 11.49 WIB).

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa sistem akuntansi penerimaan daerah sudah baik dan sesuai SOP, sehingga tidak perlu ada perbaikan. Penyetoran hasil pungutan retribusi pelayanan pasar ini akan disetorkan terlebih dahulu dari pemungut ke Bendahara UPT untuk dicatat dalam buku kas kemudian disetorkan ke bendahara penerima oleh Penanggungjawab Pasar yang diketahui oleh Kepala UPT dan kemudian penyetoran ke Kas Umum Daerah (DPKPA) setelah laporan ditembuskan juga kepada Kabid Pasar dengan waktu 1 x 24 Jam. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari

I

1-5 sebagai berikut :

“Penyetoran ke Kas Umum Daerah ini setelah melalui proses penyetoran

dan pencatatan ke Bendahara UPT Pasar, kemudian disetorkan oleh saya sebagai Penanggungjawab Pasar ke Bendahara Penerima dan laporan juga

107

ditembuskan kepada Kabid Pengembangan dan Penataan Pasar dan Kasi Pengembangan dan Penataan Pasar baru lah penyetoran ke Kas Umum

Daerah dilakukan melalui Bank Bjb dalam waktu 1 x 24 Jam”(hasil

wawancara pada tanggal 27 April 2017 pukul : 09.43 WIB).

Berdasarkan pernyataan di atas menjelaskan bahwa untuk penyetoran ke Kas Umum Daerah dilakukan 1 x 24 Jam dan ini sesuai dengan yang ada di SOP. Pernyataan di atas diperjelas oleh pernyataan

I

1-2 sebagai berikut :

“Iya kalau untuk penyetoran kita sesuai dengan SOP dan Perda Nomor 10 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum karena itulah pacuan kita, karena akan jadi masalah besar dan keuangan akan berantakan kalau kita tidak mengacu ke SOP dan Perda Nomor 10 Tahun 2011 tentang Retribusi

Jasa Umum” (hasil wawancara pada tanggal 05 Oktober 2017 pukul : 10.39 WIB).

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa penyetoran harus sesuai dengan SOP dan Perda Nomor 10 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum. Pernyataan tersebut diperjelas oleh pernyataan

I

2-2 sebagai berikut :

“Setiap SKPD yang berkaitan dengan Dinas penghasil ditampung di bendahara penerima dan akan disetorkan ke RKUD, maka dari Disperindag dan ESDM ini harus menyetorkan 1 x 24 Jam melalui Bank Bjb ke RKUD dan itu adalah kewajiban yang harus dipenuhi. Kalau tidak menyetor itu tidak boleh itu sudah ada di aturan, untuk sampai saat ini

karena kewajiban maka mereka menyetorkan setiap harinya.” (hasil

wawancara pada tanggal 18 April 2018 pukul : 11.49 WIB).

Berdasarkan pernyataan di atas menjelaskan bahwa penyetoran hasil pungutan retribusi pelayanan pasar dilakukan setiap hari dalam waktu 1 x 24 Jam. Selanjutnya memberikan penghargaan yang memadai bagi pedagang yang taat retribusi dan hukuman (sanksi) yang berat bagi yang tidak mematuhinya, ini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya ketidakmauan pedagang untuk tidak

taat dalam membayar retribusi pelayanan pasar di Pasar Pandeglang. Berikut ini pernyataan dari I1-3, sebagai berikut :

“Untuk saat ini tidak ada reward untuk pedagang, namun pernah diberikan

reward untuk pemungut retribusi karena target retribusi pasar tercapai. sanksi mah kita yah kalau tidak bayar yah tutup aja, dia kan sewanya sebulan doang, sanksi nya yah bertahap berupa teguran, lisan, dan tulisan. Tahun ini saja juga ada yang ditarik Pak Kabid ke Dinas, karena tidak menyetor hasil pungutan retribusi pasar, ada 3 orang yang ditarik salah satunya dari Pasar Pandeglang. Kita akan berikan sanksi dengan ditarik ke Dinas dan diganti tugasnya, mulai dari teguran sampai diberhentikan atas dasar keputusan Inspektorat, BKD, yang awalnya laporan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Pandeglang ada yang

mangkir.” (hasil wawancara pada tanggal 06 September 2017 pukul :

11.51 WIB).

Berdasarkan pernyataan di atas menjelaskan bahwa tidak ada reward untuk pedagang yang taat membayar retribusi selama 1 tahun. Namun untuk pegawai/pemungut retribusi sewaktu Bupati Pak Erwan pernah diberikan reward karena capaian target terlampaui. Adapun sanksi yang diberikan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Pandeglang untuk pedagang yang tidak taat membayar retribusi berupa sanksi administrasi yaitu teguran saja, untuk pegawai/pemungut yang korupsi akan diganti tugasnya.

Diperkuat oleh pernyataan I1-7 sebagai berikut :

“Iya itu diberikan kendaraan motor, tapi itu kendaraan operasional untuk membantu pekerjaan kita supaya mempermudah perjalanan menuju

pasar.” (hasil wawancara pada tanggal 05 Maret 2018 pukul : 11.23 WIB).

Berdasarkan pernyataan di atas menjelaskan bahwa yang diberikan adalah kendaraan operasional untuk membantu dalam mempermudah pekerjaan menuju pasar dalam menarik salar retribusi pelayanan pasar.

109

Adapun temuan permasalahan tahun ini yaitu dengan adanya kecurangan pemungut yang tidak menyetor hasil retribusi didapatkan berjumalah 3 orang.

Hal ini dibenarkan oleh pernyataan I1-2, sebagai berikut :

“Kita belum kesana artinya belum memberikan reward dalam bentuk

apapun ke para pedagang yang taat dalam membayar retribusi selama 1 tahun. Kalau untuk ke pegawai/Pemungut retribusi untuk 2 tahun ini tidak ada reward, karena terget tidak tercapai. Namun pernah ketika Bupati Pak Erwan itu ada reward bagi pemungut retribusi karena capaian target terlampaui. Karena sekarang dinaikkan target setiap tahunnya namun potensi di Pasar Pandeglang tetap segitu saja, terus kendalanya nilai tarif dinikan tetapi pedagang tetap membayar segitu saja. Ketika ada pedagang yang tidak membayar retribusi pelayanan pasar maka akan kita kenakan sanksi berupa teguran, surat tertulis, dan tidak ada ancaman hukum. Karena perdanya tidak mengikat tidak seperti pajak yang perdanya mengikat, dan kita paling sanksi administrasi teguran saja. Kemudian ini, hari ini pedagang tidak jualan maka yang ditarik yang hanya pedagang yang berjualan saja. Sehingga ini juga jadi penghambat dalam pencapaian target retribusi pelayanan pasar di Pasar Pandeglang. Adapun untuk sanksi pidana ini ditujukkan untuk para pegawai/pemungut yang melakukan pelanggaran/korupsi. Tahun ini saja ada 3 orang yang ditarik/dipanggil ke Dinas, karena tidak menyetorkan hasil pungutan retribusi, dan kita beri sanksi kita mutasi dan dipotong gajinya,karena itu sudah perjanjian apabila

ada yang melakukan pelanggaran.” (hasil wawancara pada tanggal 05

Oktober 2017 pukul : 10.39 WIB).

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa para pedagang yang menunggak atau tidak membayar retribusi pelayanan pasar maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa surat teguran, dengan memberikan surat teguran ini dimaksudkan untuk menyadarkan para pedagang untuk mentaati dalam membayar retribusi pelayanan pasar sesuai Perda Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum. Ketika pedagang yang tidak membayar/menunggak maka akan diberikan surat teguran ini untuk dikumpulkan di Dinas untuk diberikan pemahaman agar tumbuh kesadaran pedagang dalam membayar retribusi pelayanan pasar. Apabila para pedagang tidak mau membayar sesuai perda

tersebut maka akan ada sanksi yang diterimanya. Namun untuk itu perlu ada sanksi yang tegas, akan tetapi untuk saat ini tidak ada sanksi yang tegas untuk memberikan rasa takut pedagang ketika tidak membayar retribusi pelayanan pasar. Hal ini sesuai dengan pernyataan I1-5 sebagai berikut :

“tidak ada sanksi sih, sanksi yang tegas untuk membuat para pedagang ini

taat dalam membayar salar retribusi pelayanan pasar. Kan kalau ada sanksi yang tegas kan ini bisa menumbuhkan rasa takut ketika tidak membayar salar retribusi pelayanan pasar. Makanya pedagang susah dalam membayar salar retribusi, karena tidak ada sanksi tegas tadi, ada tahun kemarin juga yang tidak membayar sewa kios dan apalagi kalau sewa tanah, yaudah akhirnya diikhlasin saja karena tidak ada sanksi yang tegas. Mau tahun ini atau tahun kemarin yang tidak bayar atau bayarnya kurang kan seharusnya ditutup kiosnya, tetapi kan tidak kenyataannya mah. Pokoknya enak lah. Itu kan Perda No 10 tahun 2011 tentang Retribusi Jasa

Umum itu Perdanya 10 tahun sekali.” (hasil wawancara pada tanggal 05

Maret 2018 pukul : 11.29 WIB).

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa tidak ada sanksi yang tegas untuk membuat para pedagang taat membayar retribusi pelayanan pasar. Sanksi hanya berupa teguran saja, kan yang namanya pedagang kan susah dalam membayar retribusi pelayanan pasar, kalau hanya sanksi yang berupa teguran saja mah tidak membuat takut pedagang dalam taat membayar retribusi pelayanan pasar. Adapun surat teguran nya sebagai berikut ini :

Gambar 4.4

Surat Teguran untuk yang menunggak/tidak membayar Retribusi Pasar

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Pandeglang (2017)

111

Berdasarkan pernyataan I1-2 menjelaskan bahwa adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pemungut retribusi salah satunya dari Pasar Pandeglang. Pelanggaran ini bisa terjadi akibat kurangnya pengawasan, pengawasan baik untuk para pemungut salar maupun pengawasan ketika menarik salar. Berikut Pernyataan oleh I1-4 sebagai berikut :

“Masing-masing pasar ada koordinator yang bertugas bertanggung jawab, mengawasi pungutan, koordinator masing-masing pasar hanya 1 orang. Ini menurut kami kurang kalau untuk pengawasan, sehingga pelanggaran bisa terjadi, terkadang koordinator ini juga tidak mengawasi langsung ke

Dokumen terkait