• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian persediaan bahan baku impor pada penelitian ini menggunakan metode simulasi. Metode simulasi digunakan untuk membentuk sebuah distribusi peluang yang didasarkan pada pilihan bilangan acak (random). Penggunaan bilangan acak membantu dalam membangkitkan nlai yang memiliki sebuah distribusi probabilitas yang dapat mewakili data secara nyata. Data yang disimulasikan adalah data penggunaan bahan baku impor selama satu periode untuk menentukan jumlah permintaan bahan baku kepada pihak suplier.

Tahapan penerapan metode simulasi ini dalam pengendalian persediaan adalah diawali dengan penentuan stok awal atau persediaan awal dari setiap bahan baku impor. Penentuan stok awal setiap bahan baku harus memperhatikan nilai titik pemesanan kembali dan nilai safety stock bahan baku yang bersangkutan. Penentuan stok awal dilakukan apabila telah diketahui perkiraan permintaan dan melihat penggunaan bahan baku periode lalu.

Pada penelitian ini diasumsikan perusahaan di posisi nol oleh karena itu stok awal yang ditetapkan harus memenuhi kebutuhan perencanaan bahan baku selama lead time pemesanan bahan baku. Sehingga nilai stok awal setiap bahan baku ditetapkan agak tinggi. Pada kasus ini nilai stok awal disusun untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pada saat lead time pemesanan agar tidak terjadi slack permintaan, karena pada saat awal bulan atau bulan pertama diasumsikan tidak terjadi kedatangan bahan baku. Nilai stok awal pada setiap bulan merupakan nilai stok akhir pada bulan sebelumnya. Nilai stok akhir tersebut mengandung persediaan pengaman.

Hasil pembangkitan variabel acak permintaan akan menjadi input bagi pengendalian persediaan. Jika permintaan atau penggunaan bahan baku lebih besar dari stok awal maka akan terjadi kehabisan bahan baku atau terjadi slack permintaan. Tetapi apabila permintaan atau penggunaan bahan baku lebih kecil dari stok atau persediaan awal maka akan terjadi

kelebihan bahan baku atau menimbulkan stok sisa bahan baku dan menimbulkan biaya penyimpanan. Stok sisa tersebut akan menjadi stok awal untuk periode selanjutnya.

Pengendalian persediaan bahan baku impor dengan metode simulasi terdapat pada menu “Simulasi Persediaan”. Pada form simulasi persediaan terdapat menu “Bahan Baku” pada menu ini user (pengguna) tinggal memilih bahan baku yang ingin dihitung total biaya persediaan. Menu “Stock Awal” user tinggal memasukan stok awal yang diinginkan dari bahan baku yang dipilih. “Pesanan Minimum” adalah menu di mana memuat angka pesanan minimum yang ditetapkan oleh pihak suplier, menu ini digunakan untuk sebagian bahan baku impor, sehingga kolom ini boleh untuk tidak diisi. Kebijakan minimum pemesanan ini, diberikan oleh suplier karena pemesanan bahan baku impor memerlukan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, beberapa suplier tidak melayani pemesanan dengan kuantitas yang kecil.

Menu “Jumlah Order” atau jumlah pemesanan akan terisi dengan jumlah pemesanan (Q) yang telah dihitung sebelumnya. Begitu pun dengan menu “Re-Order Point” (R) atau titik pemesanan kembali nilai akan terisi dengan ROP yang telah dihitung pada tahapan sebelumnya. Setelah data yang diperlukan terisi semua maka program akan menghitung total biaya persediaan selama satu periode (1 tahun) secara otomatis. Output yang dihasilkan adalah total biaya persediaan suatu bahan baku impor.

Total biaya persediaan bahan baku impor tersusun dari komponen-komponen biaya diantaranya biaya pemesanan, biaya pembelian, dan biaya penyimpanan. Besarnya biaya pembelian yang dikeluarkan oleh perusahaan tergantung kepada banyaknya bahan baku impor yang dibeli sedangkan biaya penyimpanan tergantung kepada bahan baku yang disimpan sebagai stok akhir. Hal ini berlainan dengan biaya pemesanan, biaya ini dikeluarkan oleh perusahaan per kali pesanan.

Pada metode simulasi, total biaya persediaan bahan baku impor yang optimal dihasilkan dari kombinasi antara pemesanan optimum (Q)

dan titik pemesanan kembali (R). Misalnya untuk bahan baku impor Pigment & Chemical PIG 1171, kombinasi ini diawali dengan membuat atau menetapkan nilai Q dan R-nya, yaitu nilai Q sebesar 18,666.01 kg dan R sebesar 310,296.3 kg, data tersebut dapat dilihat pada Tabel 8 dan 10. Stok awal yang digunakan adalah 267000 kg serta pemesanan minimum sebanyak 18000 kg. Untuk lebih jelasnya kombinasi (Q,R) untuk bahan baku impor dapat dilihat di Lampiran 14. Form kombinasi (Q,R) untuk bahan baku impor Pigment & Chemical (PIG 1171) dapat dilihat pada Gambar 31 berikut ini

Gambar 31. Form Kombinasi (Q,R) bahan baku impor PIG 1171 Pada Gambar 31 di atas dapat dilihat bahwa kombinasi Q dan R sebesar 18.666,01 kg dan 310.296,3 kg masih menimbulkan slack permintaan. Hal ini berarti kombinasi nilai Q dan R belum optimal. Oleh karena itu skenario atau kombinasi nilai Q dan R dapat diubah. Nilai Q dapat diubah sampai ditemukannya nilai Q yang tidak menyebabkan terjadinya kekurangan bahan baku (slack permintaan). Metode yang

digunakan untuk mendapatkan nilai Q yang tidak menyebabkan slack permintaan yaitu metode trial dan error.

Setelah digunakan metode trial dan error maka didapatkan nilai kombinasi (Q,R) yang tidak menyebabkan terjadinya slack permintaan. Untuk bahan baku impor Pigment & Chemical PIG 1171 nilai kombinasi (Q,R) adalan sebesar 98.000 kg dan 310.296,3 kg. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Lampiran 15.

Dari hasil perhitungan kombinasi (Q,R) maka akan diperoleh perhitungan atau nilai dari total biaya pengendalian persediaan bahan baku impor seperti yang tercantum pada Tabel 11 berikut ini

Tabel 11. Biaya Total Pengendalian Persediaan Bahan Baku Impor dengan Metode Simulasi Nama Bahan Baku Q (kg) Jumlah Pesan Biaya Pemesanan (Rp) Biaya Pembelian (Rp/kg) Biaya Penyimpanan (Rp/kg) Total Biaya (Rp) BUD 1207 3.480.000 12 kali 21.474.000 38.790.400.000 1.161.708.035 39.973.582.035 PIG 1171 1.176.000 12 kali 21.474.000 23.461.200.000 1.027.390.101 24.510.064.101 LUNARIC 2.760.000 12 kali 21.474.000 26.394.800.000 736.253.152 27.152.527.152 WIRE 0.038 1.512.000 12 kali 21.474.000 13.765.500.000 30.090.928 13.817.064.928 STOVIC 1.968.000 12 kali 21.474.000 20.690.240.000 841.874.336 21.553.588.336 ZONFLAX 372.000 12 kali 21.474.000 12.251.200.000 312.867.831 12.585.541.831 ROCKIC 1.992.000 12 kali 21.474.000 26.887.850.000 439.549.242 27.348.873.242 BUD 1208 700.000 10 kali 17.895.000 9.576.000.000 362.149.073 9.956.044.073 RIONIC 325.000 10 kali 17.895.000 7.607.600.000 122.440.297 7.747.935.297 ROSNIC 103.200 4 kali 7.158.000 6.882.408.000 445.144.576 7.334.710.576 SPONBAX 185.000 10 kali 17.895.000 6.508.022.500 243.013.466 6.768.930.966 BEROLIC 282.000 12 kali 21.474.000 5.358.000.000 243.946.892 5.623.420.892 NAILAX 164.700 9 kali 16.105.500 4.996.449.000 291.993.002 5.304.547.502 BINIC 1.506.000 12 kali 21.474.000 16.095.375.000 447.973.796 16.564.822.796 IRMGIC 276.000 12 kali 21.474.000 3.356.160.000 87.093.291 3.464.727291

Pada Tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa biaya penyimpanan, biaya pembelian, dan biaya pemesanan merupakan komponen penyusun dari biaya total persediaan suatu bahan baku dalam hal ini yaitu persediaan bahan baku impor. Untuk bahan baku Pigment & Chemical (PIG 1171) kombinasi (Q,R) menghasilkan biaya total persediaan sebesar Rp 24,5 Milyar. Biaya total pemesanan (12 kali pesanan) untuk bahan baku PIG

adalah sebesar Rp 23,4 Milyar. Selain itu, dihitung pula biaya total penyimpanan sebesar Rp 1,02 Milyar. Jumlah total frekuensi pemesanan adalah 12 kali / periode (tahun). Biaya pemesanan untuk setiap kali pemesanan adalah Rp 1,7 Juta.

Frekuensi pemesanan untuk PIG 1171 adalah sebanyak 12 kali, jumlah frekuensi ini menimbulkan biaya total pengendalian persediaan yang optimal. Apabila dilihat frekuensi pemesanan bahan baku PIG 1171 memiliki jumlah frekuensi yang sama dengan metode perusahaan. Hal ini dikarenakan penggunaan PIG 1171 memiliki frekuensi yang sering dengan kuantitas penggunaan yang besar untuk setiap kali produksi.

Biaya pembelian dikeluarkan berdasarkan jumlah barang yang kita pesan (beli) dikalikan harga bahan baku / kilogram. Biaya pengiriman bahan baku sudah termasuk ke dalam harga bahan baku impor tersebut. Biaya penyimpanan diperoleh dari perhitungan jumlah stok akhir dikalikan biaya penyimpanan bahan baku / kilogram. Ketiga komponen penyusun total biaya pesediaan tersebut saling berkaitan sehingga apabila ingin diperoleh biaya yang optimal maka strategi untuk merancang komponen biaya tersebut harus dilakukan secara efisien dan efektif. Biaya persediaan optimal disini adalah biaya yang dihasilkan dengan efektif dan efisien tanpa menimbulkan terjadinya kekurangan bahan baku yang akan menghambat dan menghentikan proses produksi.

H. PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU IMPOR BERDASARKAN METODE PERUSAHAAN

Pengendalian persediaan bahan baku impor yang telah diterapkan oleh perusahaan memiliki perbedaan metode dengan metode simulasi. Tetapi, antara metode perusahaan dan metode simulasi menggunakan periode waktu yang sama yaitu per bulan selama satu tahun (12 bulan). Perhitungan biaya persediaan bagi bahan baku impor kelompok A selama satu tahun yang dihitung per bulan dari bulan Januari – Desember 2005.

Perbedaan metode tersebut menyebabkan komponen model pengendalian persediaan memiliki nilai yang berbeda. Hal ini

menyebabkan biaya pengendalian persediaan bahan baku impor yang dibutuhkan berbeda pula. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini :

Tabel 12. Biaya Total Pengendalian Persediaan Bahan Baku Impor dengan Metode Perusahaan Nama Bahan Baku Q (kg) Jumlah Pesan Biaya Pemesanan (Rp) Biaya Pembelian (Rp/kg) Biaya Penyimpanan (Rp/kg) Total Biaya (Rp) BUD 1207 1,834.000 12 kali 21.474.000 39.850.648.640 919.980.548,6 40.792.103.189 PIG 1171 654.500 12 kali 21.474.000 21.893.130.000 2.802.585.039 24.717.189.039 LUNARIC 1,213.800 8 kali 14.316.000 25.180.337.955 24.846.259.937 27.265.175.617 WIRE 0.038 1,446.000 12 kali 21.474.000 13.777.200.675 60.578.036,52 13.859.252.712 STOVIC 831.000 9 kali 16.105.500 20.409.534.000 1.199.959.305 21.625.598.805 ZONFLAX 294.000 12 kali 21.474.000 12.646.400.000 252.393.348,3 12.920.267.348 ROCKIC 0 0 0 25.847.366.775 1.573.289.239 27.420.656.014 BUD 1208 295.000 5 kali 8.947.500 9.887.391.000 437.929.056 10.334.267.556 RIONIC 97.920 4 kali 7.158.000 7.708.588.800 85.637.140,73 7.801.383.941 ROSNIC 72.000 9 kali 16.105.500 7.302.555.000 72.784.470,3 7.391.444.970 SPONBAX 112.600 12 kali 21.474.000 6.653.762.000 155.880.757,7 6.831.116.758 BEROLIC 191.000 10 kali 17.895.000 5.448.601.500 227.092.470,8 5.693.588.971 NAILAX 79.200 6 kali 10.737.000 4.967.416.810 327.381.046,3 5.305.534.856 BINIC 0 0 0 15.341.877.750 1.283.123.955 16.625.001.705 IRMGIC 203.500 9 kali 16.105.500 3.474.720.000 109.005.916,2 3.599.831.416

Pada Tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa total biaya persediaan bahan baku untuk Pigment & Chemical PIG 1171 adalah sebesar Rp 24,7 Milyar. Total biaya tersebut terdiri dari komponen biaya pemesanan sebesar Rp 21,4 Juta, biaya pembelian Rp 21,8 Milyar, dan biaya penyimpanan Rp 2,8 Milyar. Frekuensi pemesanan PIG 1171 sebanyak 12 kali/periode, hal ini serupa dengan metode simulasi di mana frekuensi pemesanan dilakukan sebanyak 12 kali/periode. Hal ini dikarenakan bahan baku PIG 1171 memiliki frekuensi penggunaan yang sering dengan jumlah pemakaian yang cukup besar untuk setiap kali produksi.

Perhitungan metode analisis biaya total persediaan dengan metode perusahaan ini menggunakan data aktual perusahaan sehingga perhitungan dilakukan pada periode berjalan. Oleh karena itu semua data yang digunakan dalam perhitungan metode perusahaan menggunakan metode

berbeda dengan metode simulasi. Untuk lebih jelasnya perhitungan persediaan dengan metode perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 16.

I. PERBANDINGAN MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU IMPOR

Tahapan terakhir pada analisis ini adalah membandingkan hasil perhitungan biaya total persediaan yang dihitung dengan metode simulasi dan metode perusahaan. Perbandingan hasil perhitungan dengan dua metode tersebut dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini

Tabel 13. Perhitungan Penghematan Biaya Pengendalian Persediaan PT Goodyear Indonesia, Tbk.

Nama Bahan

Baku Metode Perusahaan (Rp)

Metode Simulasi (Rp) Penghematan (Rp) BUD 1207 40.792.103.189 39.973.582.035 818.521.154 PIG 1171 24.717.189.039 24.510.064.101 207.124.938 LUNARIC 27.265.175.617 27.152.527.152 112.648.464 WIRE 0.038 13.859.252.712 13.817.064.928 42.187.784 STOVIC 21.625.598.805 21.553.588.336 72.010.469 ZONFLAX 12.920.267.348 12.585.541.831 334.725.517 ROCKIC 27.420.656.014 27.348.873.242 71.782.772 BUD 1208 10.334.267.556 9.956.044.073 378.223.483 RIONIC 7.801.383.941 7.747.935.297 53.448.644 ROSNIC 7.391.444.970 7.334.710.576 56.734.394 SPONBAX 6.831.116.758 6.768.930.966 62.185.792 BEROLIC 5.693.588.971 5.623.420.892 70.168.079 NAILAX 5.305.534.856 5.304.547,502 987.354 BINIC 16.625.001.705 16.564.822.796 60.178.909 IRMGIC 3.599.831.416 3.464.727.291 135.104.125 TOTAL 232.182.412.895,47 229.706.381.018 2.476.031.877

Pada Tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa terjadi atau dapat dicapai penghematan biaya pengendalian persediaan jika menggunakan metode simulasi. Hal ini menyimpulkan bahwa metode simulasi lebih efisien dibandingkan dengan metode perusahaan yang diterapkan. Bahan baku PIG 1171 dapat menghemat biaya pengendalian persediaan sebesar Rp 207,1 Juta jika menggunaakan metode simulasi. Total penghematan biaya persediaan bahan baku yang tergolong ke dalam kelompok adalah sebesar Rp 2,48 Milyar.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Karakteristik permintaan komponen bahan baku impor untuk memproduksi ban di PT Goodyear Indonesia, Tbk. bersifat tidak tetap dari satu periode ke periode berikutnya. Sifat permintaan ini digolongkan ke dalam permintaan probabilistik (stokastik).

2. Jenis bahan baku impor yang digunakan oleh PT Goodyear Indonesia, Tbk. adalah sebanyak 76 jenis bahan baku. Jenis bahan baku impor tersebut dapat dikelompokkan dengan metode analisis ABC ke dalam 3 kelompok yaitu kelas A, B, dan C. Pengelompokan ini didasarkan kepada jumlah penyerapan biaya terbesar.

3. Bahan baku yang tergolong ke dalam kelompok A ada 15 jenis bahan baku yaitu Synthetic Rubber (BUD 1207, Lunaric, Stovic, BUD 1208, Rockic, Rionic, Irmgic ), Pigment & Chemical (PIG.1171, Zonflax, Rosnic, Sponbax, Berolic, Nailax, Binic), dan Bead Wire & Steel Cord (Wire 0.038). Kelas A memiliki persen kumulatif penyerapan modal sebesar 82,46 % atau sejumlah Rp 178,4 Milyar dari jumlah total biaya persediaan bahan baku impor Rp 216,4 Milyar.

4. Volume permintaan bahan baku impor aktual PT Goodyear Indonesia, Tbk. sebagian besar memiliki sebaran normal. Bahan baku impor kelompok A yang memiliki sebaran normal adalah Pigment & Chemical (PIG.1171, Zonflax, Rosnic, Sponbax, Berolic, Nailax), Bead Wire & Steel Cord (Wire 0.038), dan Synthetic Rubber (Stovic, BUD 1208, Rionic, Irmgic). Sedangkan bahan baku impor Synthetic Rubber (BUD 1207, Lunaric, Rockic) dan Pigment & Chemical (Binic) tidak mengikuti sebaran normal (berdistribusi empirik).

5. Berdasarkan hasil uji t-student, perkiraan bahan baku impor PT Goodyear Indonesia, Tbk. dengan metode simulasi ada yang memperlihatkan hasil

adapula yang memperlihatkan berbeda nyata dengan kebutuhan bahan baku aktual.

6. Pada perhitungan persediaan pengaman menggunakan service level (tingkat pelayanan) 97%. Nilai ini berarti perusahaan dapat memenuhi kebutuhan produksi dengan tingkat pelayanan sebesar 97% dan peluang mengalami kekurangan bahan baku impor sebesar 3%.

7. Perhitungan nilai titik pemesanan kembali (ROP) dipengaruhi oleh persediaan pengaman. Nilai titik pemesanan kembali selalu akan lebih besar daripada nilai persediaan pengaman.

8. Lead time bahan baku akan menentukan strategi pengendalian persediaan bahan baku impor, sehingga model pengendalian persediaan harus disusun seefektif mungkin agar tidak terjadi slack permintaan.

9. Model pengendalian persediaan bahan baku dengan metode simulasi dibentuk dengan mengkombinasikan nilai (Q,R). Kombinasi nilai Q dan R akan menghasilkan nilai total biaya persediaan yang optimal.

10. Kombinasi nilai (Q,R) yaitu kombinasi antara jumlah pemesanan optimal dengan titik pemesanan kembali yang dihasilkan masih menimbulkan slack permintaan. Oleh karena itu, kombinasi (Q,R) dapat diganti skenarionya dengan mengganti nilai Q sampai mendapatkan nilai Q yang tidak menimbulkan slack permintaan. Metode yang digunakan yaitu metode trial dan error.

11. Total biaya persediaan bahan baku impor dengan metode perusahaan adalah sebesar Rp 232,2 Milyar. Sedangkan total biaya persediaan bahan baku impor dengan metode simulasi adalah sebesar Rp 229,7 Milyar. Penghematan yang timbul bila kedua metode tersebut dibandingkan adalah sebesar Rp 2,48 Milyar. Efisiensi yang ditimbulkan dengan menggunakan metode simulasi adalah sebesar 1,09 %.