• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Budaya dan Etika

Dalam dokumen MENGGAGAS PERADILAN ETIK DI INDONESIA (Halaman 129-137)

Budaya Hukum dan Etika B

1. Pengertian Budaya dan Etika

Sebelum menggambarkan kaitan antara budaya hukum dan penegakan etika, baik kiranya memahami lebih mendalam tentang budaya dan etika. Mengapa demikian? Karena variabel budaya

Budaya Hukum dan Penegakan Etika

(hukum) sangat erat kaitannya dengan etika, karena etika juga lahir dari suatu peradaban budaya.

Diawali dengan argumentasi dari pemahaman Selo Sumardjan6 tentang budaya, yang intinya adalah segala sesuatu hasil karya, karsa, rasa dan cipta manusia adalah merupakan budaya atau kebudayaan. Dari pemikiran tersebut, budaya itu berkaitan dengan sesuatu kehidupan. Dalam berbagai literatur, makna budaya juga dapat dipahami sebagai suatu cara hidup yang berkembang, dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Unsur yang membentuk budaya juga berbagai macam, antara lain agama, politik, adat istiadat. Setiap budaya atau kebudayaan memiliki wujudnya masing-masing, tergantung pola yang memengaruhinya. Misalnya, wujud perilaku, wujud teknologi, bahasa, dan lain sebagainya.

Perilaku misalnya, cara berperilaku masyarakat di belahan dunia ini beragam. Bahasa juga demikian, di belahan ini kita mengenal berbagai bahasa. Terdapat anggapan bahwa bahasa diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaan, maka membuktikan budaya itu dipelajari.7

Dapat dikatakan, budaya merupakan suatu pola hidup dan cakupannya memiliki jangkauan yang menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan. Oleh karena sifatnya, kompleks, luas dan abstrak. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.8

Wujud budaya dari berbagai belahan dunia berbeda-beda, misalnya Amerika adalah “individualisme kasar”, Jepang

118

MENGGAGAS PERADILAN ETIK DI INDONESIA

Pergulatan Pemikiran Tentang Budaya Hukum, Etik, Moral, dan Peradilan

“keselarasan individu dengan alam”, atau Cina “Kepatuhan kolektif”. Untuk itu, mempelajari budaya sangat penting bagi pola penegakan hukum yang harus dibangun atau dirumuskan dalam suatu naskah teks undang-undang.

Dalam kehidupan bermasyarakat, budaya sifatnya memaksa. Misalnya, dalam suatu masyarakat tertentu harus berperilaku hormat kepada orang tua. Ketika ada yang tidak hormat pada orang tua atau yang dituakan, maka akan kehilangan identitasnya karena masyarakat sekitar akan memberikan sanksi sosial. Kaidah perilaku yang diwujudkan oleh suatu masyarakat menetapkan bagaimana anggota masyarakat tersebut harus berperilaku.

Sebagai perumpamaan, seandainya kode etik itu sudah dipedomani oleh setiap unsur hakim karena merasa terikat dan memaksa. Maka seharusnya, berdasarkan konsep budaya, hakim yang melakukan pelanggaran dikenakan sanksi sosial oleh masyarakat yang bersangkutan. Dengan sifat memaksanya tersebut, maka budaya dapat mendorong manusia memiliki rasa bermartabat, jikalau melaksanakan etika tertentu yang sudah ditetapkan. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan, segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang

Budaya Hukum dan Penegakan Etika

menjadi ciri khas suatu masyarakat.9

Dari berbagai definisi tersebut, kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata. Misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan wujudnya, budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora,10 yaitu :

a. Kebudayaan material, yaitu mengacu pada semua

ciptaan masyarakat yang nyata dan konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. b. Kebudayaan non material, yaitu ciptaan-ciptaan

abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi. Misalnya dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

c. Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran

yang banyak dalam konteks berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem sosial yang

120

MENGGAGAS PERADILAN ETIK DI INDONESIA

Pergulatan Pemikiran Tentang Budaya Hukum, Etik, Moral, dan Peradilan

terbentuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan sosial masyarakat. Contoh, di Indonesia pada kota dan desa di beberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota–kota besar hal tersebut terbalik, karena wajar seorang wanita memilih karier.

Setelah memiliki pemahaman tentang budaya, apa yang dimaksud dengan budaya hukum? Budaya hukum dapat dipersepsikan sebagai konsepsi abstrak dari masyarakat tentang hukum. Artinya, masyarakat secara sadar memiliki perasaannya untuk melaksanakan hukum yang diyakini sesuai dengan perasaannya, kemudian dijalankan dalam tertib sosial. Di situlah letaknya, maka budaya hukum sangat penting bagi penegakan hukum.

Etika berasal dan kata Yunani ethos yang berarti kebiasaan (custom),11 atau watak kesusilaan atau adat.12 Dalam bahasa Latin untuk menyebut kebiasaan itu digunakan kata mos (jamak: mores). Kata itulah berasal kata moral. Dalam bahasa Arab disebut akhlak, sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut kesusilaan atau budi-pekerti yang berarti sopan santun.

Secara harfiah, kata etika, moral, akhlak, kesusilaan atau budi pekerti itu bensangkut paut dengan kebiasaan atau kesopanan yang sebagian besar lahir dari konvensi semata-mata, seperti tatacara berpakaian, tatakrama, etiket, dan lainnya. Etika sebagai cabang filsafat mempunyai pengertian yang lebih mendalam daripada pengertian harfiah. Etika atau filsafat moral sebagai salah satu cabang filsafat mempelajari kebaikan (rightness), keburukan (wrongness) dan keharusan (oughtness) perbuatan atau tingkah laku manusia yang manusiawi.

11 Achmad Roestandi, Etika dan Kesadarn Hukum, Jelajah Nusa, Tanggerang, 2012. hlm. 34.

Budaya Hukum dan Penegakan Etika

Etika menyelidiki tingkah laku manusia, tetapi tidak seluruh tingkah laku manusia menjadi obyek penyelidikannya.

Pada dasarnya perbuatan manusia dapat dibedakan menjadi : 1. Perbuatan manusia (act of man) atau actus homonis, yaitu

perbuatan yang kebetulan dikerjakan oleh manusia, tidak disengaja dan tidak dikehendaki oleh pembuatnya. Misalnya, anak kecil belum dapat membedakan baik dan buruk. Ia masih ada dalam taraf pramoral, yaitu taraf persiapan untuk menuju kesadaran etis. Perbuatan orang tidur atau orang gila adalah amoral, artinya di luar kesadaran etis. Perbuatan manusia pada taraf pramoral dan amoral secara etis tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada para pelakunya. 2. Perbuatan manusiawi (human act) atau actus humanus

adalah perbuatan yang dikerjakan manusia dengan sadar di bawah pengendaliannya dengan sengaja dan dikehendakinya.

Oleh karena itu, pelaku bertanggung jawab atas perbuatan itu. Perbuatan manusia semacam itulah yang menjadi objek etika. Kalau melihat pengertian tentang etika di atas, etika sebagai suatu perilaku manusia, maka merupakan wujud dari kebudayaan. Sedangkan etika menurut para ahli sebagai berikut13 :

1. Ahmad Amin berpendapat, etika merupakan ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

2. Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan tentang baik buruk, serta

122

MENGGAGAS PERADILAN ETIK DI INDONESIA

Pergulatan Pemikiran Tentang Budaya Hukum, Etik, Moral, dan Peradilan

berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.

3. Ki Hajar Dewantara mengartikan etika merupakan ilmu yang mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semaunya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.

Adapun perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata ‘etika’ yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia yang baru. Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama,14 etika mempunyai arti sebagai: “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”. Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru15

mempunyai arti :

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Dari perbadingan kedua kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama hanya terdapat satu arti saja, yaitu etika sebagai ilmu. Sedangkan Kamus Bahasa Indonesia yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita sedang membaca sebuah kalimat di berita surat kabar, “Dalam dunia bisnis, etika merosot terus”, maka kata ‘etika’ di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat

14 Kamus Bahasa Indonesia - Poerwadarminta, sejak 1953-mengutip dari Bertens, 2000

15 Kamus Bahasa Indoensia - Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000,

Budaya Hukum dan Penegakan Etika

dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tersebut tidak cocok. Karena maksud dari kata ‘etika’ dalam kalimat tersebut bukan etika sebagai ilmu, melainkan ‘nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat’. Jadi arti kata ‘etika’ dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tidak lengkap.

K. Bertens berpendapat, arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi seperti berikut :

1. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika agama Protestan dan sebagainya. Maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu, melainkan Etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisa berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.

2. Kumpulan asas atau nilai moral.

Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode Etik Hakim.

3. Ilmu tentang yang baik atau buruk.

Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral.

124

MENGGAGAS PERADILAN ETIK DI INDONESIA

Pergulatan Pemikiran Tentang Budaya Hukum, Etik, Moral, dan Peradilan

perilaku yang disepakati secara umum. Etik maknanya 1) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; 2) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Pada istilah etiket berkaitan dengan adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.

Dalam dokumen MENGGAGAS PERADILAN ETIK DI INDONESIA (Halaman 129-137)