• Tidak ada hasil yang ditemukan

NEUROSAINS SISWA

KONSEP NEUROSAINS DAN KECERDASAN INTELEKTUAL E. Hakikiat Neurosains

F. Koordinasi Sistem Saraf dalam Neurosains 11. Sistem Saraf

1) Pengkodean Memori

Langkah pertama dalam memori adalah pengodean, proses ketika informasi memasuki simpanan memori. Ketika siswa mendengarkan pada saat pembelajaran, membaca buku, kita mengkodekan informasi ke dalam memori. Beberapa informasi memasuki memori secara virtual dan otomatis, sedangkan untuk megkodekan informasi yang lain diperlukan usaha yang lebih keras.

a) Atensi

Atensi memulai proses pengodean dari memori, kita harus memperhatikan informasi. Atensi selektif melibatkan pemfokusan pada aspek tertentu dalam pengalaman dan mengabaikan aspek yang lain. Atensi ini bersifat selektif karena sumber-sumber dalam otak bersifat terbatas, tidak dapat memperhatikan segala hal. Keterbatasan ini berarti

80 Laura A. King, Psikologi Umum Edisi 3, diterjemahkan oleh Petty Gina gayatri dari judul ― The Sciene of Psychology-An Appreciative View3 rd ed, Jakarta: Salemba Humanika, 2016, hal 274.

bahwa kita harus memperhatikan beberapa hal dalam lingkungan kita secara selektif dan mengabaikan yang lain.

Selain atensi selektif psikolog menggambarkan dua cara lain. Atensi dapat dialokasikan atensi terbagi dan atensi berkelanjutan. Atensi terbagi atau devided attention berarti konsentrasi pada lebih dari satu aktivitas dalam waktu yang bersamaan. Jika kita mendengarkan musik atau menonton televisi ketika membaca tulisan ini berarti kita sedang melakukan atensi terbagi. Atensi berkelanjutan atau sustained attention adalah kemampuan untuk memperhatikan atensi pada stimulus tertentu dalam waktu yang lama. Misalnya, memperhatikan dengan seksama catatan mata pelajaran ketika sedang belajar untuk menghadapi ujian adalah penerapan atensi berkelanjutan.

Atensi terbagi dapat mengganggu proses pengk-odean. Multitasking pada beberapa kasus melibatkan atensi terbagi bukan hanya pada dua aktivitas namun tiga aktivitas atau lebih sekaligus, mungkin adalah bentuk paling umum dari atensi terbagi ini. Telah menajadi hal yang umum bagi siswa di sekolah untuk membagi perhatian mereka mengerjakan tugas rumah, berkirim pesan, berselancar di internet, dan memasukkan daftar lagu ke dalam itunes secara bersamaan. Para pelaku multitasking sering kali sangat percaya diri dengan keahlian mereka untuk melakukan semua hal tersebut secara bersamaan.

Meskipun demikian penelitian terbaru mengenai pelaku multitasking mengungkap bahwa multitasking yang melibatkan beberapa media sekaligus memiliki performa yang buruk pada tes kemampuan beralih-tugas, yang sepertinya terjadi karena penurunan kemampuan mereka untuk menyaring interfensi dari tugas yang tidak relevan.

Penelitian ini mengindikasikan bahwa berusaha mendengarkan pelajaran di dalam kelas sambal berkirim pesan dan memainkan permainann di telepon genggam kemungkinan akan menurunkan kemampuan kita untuk memberikan perhatian secara mendalam terhadap pelajaran tersebut. Multitasking tingkat tinggi dapat memberikan efek negatif lebih dari sekedar hasil akademik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa multitasking media diasosiasikan dengan gejala depresi dan kecemasan sosial.

63

b) Tigkat Pemrosesan

Faktor lain yang mempengaruhi memori adalah apakah kita terlibat dengan informasi tersebut secara dangkal atau mendalam. Pengodean dapat dipengaruhi oleh tingkat pemrosesan. Istilah tingkat pemrosesan merujuk pada rangkaian dari dangkal, menengah, hingga dalam.

Misalnya kita diminta untuk mengingat daftar berisi kata-kata, termasuk kata mom. Pemrosesan dangkal adalah menandai ciri fisik stimulus, seperti bentuk huruf yang membentuk kata mom. Pemrosesan menengah melibatkan pemberian label pada stimulus, seperti dalam membaca kata mom. Tingkat pemrosesan terdalam melibatkan pikiran tentang arti stimulus tersebut, misalnya arti kata mom dan memikirkan ibu kita sendiri, wajahnya serta sifat-sifat baik ibu kita.

Semakin dalam kita memproses, semakin baik memori yang dihasilkan. Misalnya peneliti menemukan bahwa jika kita mengkodekan sesuatu yang bermakna tentang wajah dan membuat asosiasi terhadap stimulus tersebut, kemungkinan besar kita akan mengingat wajah tersebut. Sebuah penelitian memperlihatkan bahwa ketika siswa memproses informasi situs pemberitahuan akademik secara mendalam, kemungkinan besar mereka akan dapat memanfaatkan informasi tersebut dengan baik. Dalam penelitian MRI terhadap pembentukan memori emosional, korteks prefrontal otak terlibat dalam pemrosesan mendalam, dan amgidala terutama terlibat dalam pemrosesan dangkal.

c) Elaborasi

Pengodean memori yang efektif tidak hanya tergantung pada kedalaman pemrosesan. Pada pemrosesan informasi yang dalam semakin luas pemrosesan tersebut, semakin baik pula memori yang disimpan. Elaborasi merujuk pada pembentukan sejumlah hubungan yang berbeda di sekitar stimulus pada tingkat pengkodean memori.

Elaborasi ini seperti menciptakan jaring laba-laba raksasa yang menautkan beberapa informasi baru dan informasi lain yang telah diketahui oleh individu, dan proses ini dapat terjadi pada tingkat pemrosesan manapun. Pada kasus kata mom, individu dapat me-ngelaboarasi pada kata mom bahkan pada tingkat yang dangkal. Misalnya, dengan

memikirkan bentuk huruf dan kata tersebut yang berkaitan dengan bentuk huruf lain, misalnya, huruf m terlihat seperti dua huruf n yang berdampingan. Pada tingkat pemrosesan yang lebih dalam individu dapat mengelaborasi dengan memikirkan tentang beberapa orang ibu yang ia kenal.

Kemudian membayangkan para ibu dalam karya seni dan mem-bayangkan para ibu yang ada di televisi juga film.

Secara umum, semakin pemrosesan terelaborasi maka semakin bagus pula memorinya. Pemrosesan yang mendalam dan elaborasi adalah cara terbaik untuk mengingat.

d) Perumpamaan

Salah satu cara terkuat untuk mengingat adalah menggunakan bayangan perumpamaan. Misalnya, kita mengingat sebuah daftar berisi lebih dari 80.000 angka.

Bagaimana kita kan melakukan hal tersebut? Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan bayangan perumpaman untuk menciptakan penelusuran visual yang kaya terhadap daftar daftar tersebut.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Allan Paivo pada tahun (1971, 1986, 2007) membuktikan perumpamaan yag dapat meningkatkan memori. Pavio berpendapat bahwa memori tersimpan melalui salah satu dari du acara; sebagai kode verbal (kata atau label) atau sebagai memori yang lebih baik dibandingkan kode verbal. Hipotesis kode ganda yang ia ajukan menyatakan bahwa memori atas gambar adalah lebih baik di-bandingkan memori atas kata. Karena gambar setidaknya yang dapat dinamai tesimpan sebagai kode gambar sekaligus kode verbal. Oleh karena itu ketika meng-gunakan perumpamaan unuk mengingat, kita memiliki dua cara potensial ketika kita memulihkan informasi yang telah kita simpan.