• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semua bahan pelajaran yang diberikan perlu diintegrasikan

NEUROSAINS SISWA

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTELEKTUAL PESERTA DIDIK

F. Pembelajaran Neurosains

11. Semua bahan pelajaran yang diberikan perlu diintegrasikan

12. Adanya keterkaitan pelajaran yang diterima dengan kehidupan nyata di masyarakat.

13. Guru memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, dan memecahkan masalah sendiri.

14. Guru perlu menyusun pengajaran remedial bagi anak yang memerlukan.203

Pembelajaran neurosains adalah pembelajaran yang aktif.

pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, maka mereka mendominasi aktivitas pembelajaran. Mereka secara aktif menggunakan otak untuk menemukan ide pokok dalam proses pembelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.

Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk teribat dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.

Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari guru, dan kecenderungan cepat lupa. Hal ini berbeda bila peserta didik aktif, bila peserta didik belajar informasi yang aktif, informasi yang diterima akan mudah diikat, dan disimpan dalam otak. Hal ini disebabkan oleh kelemahan otak manusia. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran menyebabkan kemampuan otak untuk menyimpan hanya dari satu sumber, indera pendengaran maka wajar jika ikatannya tidak maksimal sehingga mudah lepas (dilupakan). Belajar pasif, biasanya hanya melibatkan indera yang terbatas, maka wajar dalam belajar pasif peserta didik mudah lupa, ini berbeda dengan pembelajaran aktif dimana seluruh panca indera, fisik, dan mental juga terlibat, sehingga lebih banyak informasi yang ditangkap.

Ketika ada informasi baru, otak manusia tidak hanya sekedar menerima dan menyimpan, tetapi otak manusia akan memproses informasi tersebut sehingga dapat dicerna kemudian disimpan. Jika ada sesuatu yang baru, otak akan bertanya: pernahkah saya mendengar ini sebelumnya? Dimana kira-kira informasi ini akan diletakkan? Disamping itu juga terdapat pertanyaan-pertanyaan lain yang intinya mempertanyakan setiap infomasi baru yang masuk. Agar otak dapat memproses informasi dengan baik, maka akan sangat membantu jika terjadi refleksi internal. Peserta didik yang terlibat dalam diskusi,

203 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014, hal 180.

menjawab atau mengajukan pertanyaan otaknya akan bekerja lebih baik sehingga proses belajar pun dapat terjadi dengan baik.

Langkah ketiga guru sebagai motivator bagi peserta didik. Dalam suatu pembelajaran, siswa yang memiliki perbuatan yang baik seperti tingkah laku maupun prestasi harus diberikan penghargaan atau pujian.

Diharapkan dengan penghargaan atau pujian itu siswa akan termotivasi berusaha yang lebih baik lagi. Misalnya guru tersenyum atau mengucapkan kata ―bagus‖ kepada peserta didik yang berpakaian rapi, peserta didik yang menyelesaikan pekerjaan rumah dengan baik dan benar. Peserta didik akan merasa puas dengan hasil yang telah dicapai atau bahkan akan berusaha lebih baik lagi. Dalam kegiatan pembelajaran.

Pemberian penguatan sangat penting dalam meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran.

Penguatan adalah respons positif dalam pembelajaran yang diberikan seorang guru terhadap perilaku peserta didik dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut. Keterampilan memberi penguatan mempunyai dua jenis penguatan yaitu penguatan verbal dan non verbal. Penguatan verbal dinyatakan melalui kata-kata dan kalimat, sedangkan penguatan non verbal dapat diungkapkan dengan berbagai cara seperti gerak, isyarat, pendekatan, sentuhan, melalui kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda, serta penguatan tidak penuh dan penuh.

Dalam proses belajar mengajar pemberian penguatan sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik sangatlah penting diberikan guru kepada peserta didiknya. Pemberian penguatan yang tepat dapat meningkatakan perhatian dan motivasi belajar siswa. Beberapa penguatan komponen keterampilan memberikan penguat adalah sebagai berikut:

Penguatan verbal yaitu tanggapan guru yang berupa kata-kata dukungan dan pengakuan dapat digunakan untuk memberikan penguatan atas kinerja peserta didik. Peserta didik yang telah mendapatkan penguatan verbal akan merasa bangga dan termotivasi untuk meningkatkan kembali prestasi belajarnya. Penguatan verbal dapat dinyatakan melalui kata-kata atau kaliamat. Penguatan dalam kata-kata berupa: benar, bagus, tepat, mengaggumkan, cerdas,dan lain sebagainya.

Sedangkan penguatan dalam kalimat dapat berupa kalimat: ―wah pekerjaanmu baik sekali‖, ―saya puas dengan jawaban kamu‖.

Penguatan non verbal (Gestural) Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat bukan kata-kata.204 Menurut Larry

204 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, hal 343.

133

A Samovar dan Richard E. Potter, komunikasi non-verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.205Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi non verbal adalah komunikasi yang keluar pada diri seseorang karena adanya rangsangan pada saat berkomunikasi meskipun tanpa bersuara (komunikasi verbal) yang mempunyai arti atau maksud tersendiri. Dan biasanya komunikasi non verbal selalu diiringi oleh komunikasi verbal (komunikasi yang menggunakan kata-kata) untuk memberikan dukungan atau penguat pada saat ber-komunikasi. Salah satu contoh penguat non verbal adalah gesture. Gesture dan bicara dapat berfungsi untuk menafsirkan pengetahuan. Kata-kata yang disampaikan guru disertai dengan gerak diharapkan dapat menumbuhkan perhatian peserta didik dan memberikannya pemahaman lebih terhadap siswa pada pembelajaran.

Tahap keempat pada akhir pembelajaran seorang guru perlu melakukan refleksi. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain, refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa yang sudah di lakukan di masa lalu, peserta didik mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi, peserta didik diberi kesempatan untuk mencerna apa yang telah dipelajari , menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be).

Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari suatu proses yang bermakna pula, yaitu melalui proses penerimaan, pengelolaan, dan pengendapan untuk kemudian dapat dijadikan sandaran dalam menanggapi terhadap gejala yang muncul kemudian. Pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan dimiliki ketika seorang peserta didik berada di dalam kelas, tetapi jauh lebih penting dari itu ialah bagaimana membawa pengalaman tersebut keluar dari kelas, yaitu pada saat peserta didik dituntut untuk menanggapi dan memecahkan permasalahan yang nyata yang dihadapi sehari-hari. Kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada dunia nyata yang dihadapinya akan mudah diaktualisasikan manakala pengalaman belajar itu telah terinternalisasi dalam setiap jiwa peserta didik dan disinilah pentingnya menerapkan unsur refleksi pada setiap kesempatan pembelajaran.206

205 Larry A. Samovar dan Richard E. Potter. Communication Between Culture, Belmont: California, Wadsworth, 1991, hal 179.

206 Deni Darmawan dan Dinn Wahyudin, Model Pembelajaran di Sekolah, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2018, hal 45.

Pembelajaran neurosains akan efektif jika memenuhi beberapa prinsip-prinsip sebagai berikut:207

a. Pembelajaran tersebut menarik perhatian, karena mengandung kesan penting, mengandung hal-hal baru, adanya intensitas yang berbeda, serta mengandung unsur gerak. Pembelajaran tersebut memperhatikan cara kerja perhatian.

b. Adanya konsolidasi dalam pembelajaran. Konsolidasi merupa-kan proses stabilisasi dan pengetahuan koneksi sinaptik saraf. Konsolidasi bisa dilakukan melalui proses organisasi atau penyimpulan, pengulangan, dan penjelasan.

c. Melibatkan emosi dalam pembelajaran. Pembelajaran akan lebih bermakna jika dilakukan dengan cerita, gambar, dan juga berlangsung menyenangkan.

d. Mengandung stimulasi yang terus menerus, sehingga koneksi yang telah terbangun akan terus diperkuat sehingga akhirnya stabil.

e. Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.