• Tidak ada hasil yang ditemukan

NEUROSAINS SISWA

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTELEKTUAL PESERTA DIDIK

E. Peran Guru 5. Hakikat Guru

6. Tugas dan Peran Guru c. Tugas Guru

Guru sering disebut dengan insan multidimensi, artinya banyak sisi dan sudut pandang dalam melihat dan menerjemahkan tugas dan peran seorang guru. Diantaranya:

1) Sebagai pengajar, guru bertugas membina perkembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Meskipun tugasnya sebagai pengajar telah selesai, namun peran pendidik dan pembimbing masih berlangsung terus.165 Sebagai seorang pengajar seorang guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang diajarkan, serta guru senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu, yang demikian karena hal ini menentuka hasil belajar yang dicapai peserta didik.166

2) Sebagai pendidik, pendidik adalah salah satu komponen penting dalam suatu sistem kependidikan.167 Karena pendidik merupakan pihak yang bertanggung terhadap pelaksanaan pendidikan, terutama menyangkut bagaimana peserta didik diarahkan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam koneks pendidikan secara umum, tugas seorang pendidik dititik beratkan pada upaya untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi kognitif, afektif, maupun psikomotorik.168 Pendidik adalah profesi mulia, dia memegang peranan signifikan dalam melahirkan suatu generasi yang menentukan perjalanan manusia. Profesionalitas guru menjadi sebuah keharusan sejarah. Tanpa adanya profesionalis, guru terancam tidak mencapai tujuan mulia yang diembannya dalam menciptakan perubahan masa depan. Kompetensi menjadi syarat mutlak menuju profesionalisme guru. Kompetensi merupakan gambaran hakikat

164 Dedi Permadi dan Daeng Arifin, Panduan Menjadi Guru Profesional, Bandung:

Nuansa Aulia, 2013, hal 11.

165 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002, hal. 124.

166 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya, 2002, hal.

9.

167 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hal 172.

168 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992, hal 74.

kualitatif dari perilaku seseorang.169 Itulah sebabnya setiap ada inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan betapa eksisnya peran guru dalam pendidikan. Demikian pula dalam upaya membelajarkan siswa seorang guru dituntut memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif. Guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Guru juga dituntut menjalankan peran-peranya sebagai guru dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran dan mengembangkan potensi siswa. Fungsi utama seorang guru antara lain adalah: guru sebagai planner (perencana), organizer (pelaksana dan pengelola) , dan evaluator (penilai).170

3) Guru sebagai didaktikus kualitas pengajaran sangat bergantung pada cara menyajikan materi yang harus dipelajari. Selain itu, bagaimana cara guru mengaktifkan siswa supaya berpartisipasi dan merasa terlibat dalam proses belajar, dan bagamiana cara guru memberikan informasi kepada siswa tentang keberhasilan hasil belajar mereka merupakan cara-cara yang biasa disampaikan. Semua hal tersebut menuntut kemampuan didaktikus guru. Oleh sebab itu dalam menjalankan tugasnya sebagai didaktikus, seorang guru dituntut memiliki keterampilan sebagai berikut:

a) Jelas dalam menerangkan dan memberikan tugas.

b) Bervariasi dalam menggunakan prosedur didaktik.

c) Cara bekerjanya sistematik.

d) Mempu menanggapi pertanyaan dan gagasan siswa secara positif.

e) Memberikan umpan balik yang informatif tentang kemajuan siswa.171

d. Peran Guru

Guru memiliki banyak tugas baik yang terkait oleh dinas maupun di luar dinas yakni dalam bentuk pengabdian. Uzer usman mengelompokkan tugas guru menjadi tiga jenis, yaitu:172

1) Peran dalam bidang profesi

169 Jamal Ma‘mur Asmuni, 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional, Yogyakarta: Power Books Ihdina, 2009, hal 37.

170 Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, Jogjakarta:Ar-Ruz Media, 2013. Hal 142.

171 Sukadi, Guru Powerful Guru Masa Depan, Bandung: Kalbu, 2006, hal 24.

172 Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, hal 6-7.

115

Tugas guru dalam bidang profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengambangkan nilai-nilai hidup, sedangkan mengajar berarti meneruskan serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melatih berarti mengembangkan keterampilan atau potensi yang ada pada siswa.

2) Peran dalam bidang kemanusiaan

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya.

3) Peran dalam bidang kemasyarakatan.

Di dalam masyarakat, peran dan tugas guru tidaklah terbatas, guru pada hakikatnya merupakan komponen strategi penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa.

Sehubungan dengan perannya sebagai pengajar, pendidik, dan didaktikus maka diperlukan adanya berbagai peran pada diri guru.

Mengenai apa saja peranan guru ada beberapa pendapat yang dijelaskan sebagai berikut:173

a) Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator dan juga sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, sebagai motivator yang memberikan inspirasi , dorongan dan juga sebagai pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai orang yang menguasai bahan yang diajarkan.

b) Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pekerja (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan ( subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.

c) James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain adalah menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana, dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.

d) Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa peranan guru di sekolah, tidak

173 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2014, hal 143.

hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.

e) Menurut Wrightman peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.

Adapun beberapa peran guru dalam proses pembelajaran adalah:174

1) Informator atau sebagai sumber belajar

Peran sebagai sumber belajar erat kaitannya dengan penguasaan materi pelajaran. Sebagai sumber dalam proses pembelajaran hendaknya guru memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan siswanya dan melakukan pemetaan tentang materi pelajaran.

2) Organisator

Guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.

Guru sebagai organisator, sebagai pengelola kegiatan akademik, seperti : silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.

3) Motivator

Peran guru sebagai motivator sangat penting dalam meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang serta memberi dorongan untuk mendinamiskan potensi siswa.

Menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar. Sekolah efektif adalah sekolah yang mampu menumbuhkan kreativitas anak melalui pembelajaran di kelas dan luar kelas. Tentu saja yang diharapkan adalah pembelajaran efektif yang ditangani oleh guru professional melalui manajemen pembelajaran yang cukup baik.175 Dalam semboyan pendidikan ―ing

174 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan:

Jakarta: Kencana, 2011, hal 21-32.

175 Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta:Quantum Teaching, 2005, hal 17.

117 madya mangun karsa” yang memiliki arti peranan guru sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri.

4) Pengarah

Jiwa kepemimpinan guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang telah dicita-citakan. Guru berperan untuk mempertunjukkan kepada siswa harus lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.

5) Inisiator

Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar, berupa ide-ide kreatif yang dapat dicontoh anak didiknya.

6) Transmitter

Dalam hal ini guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

7) Fasilitator

Guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.

Misalnya dengan menciptakan kegiatan belajar-mengajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan para siswa, sehingga interakisi belajar mengajar berlangsung secara efektif.

8) Mediator

Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar mengajar siswa.

Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga diartikan sebagai penyedia media. Bagaimana cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media.

9) Evaluator

Ada kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. Dalam hal ini, seorang guru harus sangat berhati-hati dalam menjatuhkan nilai atau kriteria keberhasilan. Dalam hal ini tidak cukup hanya dilihat dari bisa atau tidaknya mengerjakan suatu mata

pelajaran yang diujikan, namun juga ada pertimbangan-pertimbangan yang kompleks, menyangkut perilaku dan values yang ada pada masing-masing pelajaran.