• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI BERSIH

7 Kerangka aturan dan kelembagaan

5.3.6. Penilaian Multidimensi Keberlanjutan

Pembagian dimensi keberlanjutan merupakan gambaran secara mendetail untuk melihat sejauh mana pelaksanaan atribut keberlanjutan per dimensi. Meskipun demikian di dalam pelaksanaannya tidaklah dapat dipisahkan antar dimensi tersebut. Oleh karena itu penilaian terhadap keberlanjutan suatu kegiatan haruslah didasarkan pada keseimbangan antara dimensi. Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat dilihat nilai keberlanjutan untuk masing-masing dimensi ekonomi, lingkungan, sosial, dan kelembagaan yang menunjukkan nilai cukup (Tabel 12.).

Analisis Monte Carlo yang terintegrasi dalam Rap-Coffee merupakan metode simulasi untuk mengevaluasi kesalahan secara acak (random error) yang mungkin terjadi selama proses komputasi menentukan nilai ordinasi dari masing- masing dimensi keberlanjutan. Analisis Monte Carlo juga bermanfaat untuk mengevaluasi stabilitas hasil penilaian MDS dan kesalahan pemasukan data (Pitcher dan Preikshot 2001).

Tabel 12 Parameter statistik dimensi keberlanjutan

No Dimensi Nilai Indeks (%)

Nilai Stress R2 Monte Carlo (%) 1 Ekonomi 62,54 0,14 0,92 61,75 2 Lingkungan 59,15 0,15 0,95 58,43 3 Sosial 59,22 0,15 0,95 58,84 4 Kelembagaan 54,87 0,15 0,95 54,40 Gabungan 58,94

62,54 59,15 59,22 54,87 0 20 40 60 80 100 Ekonomi Lingkung an Sosial Kelemba gaan

Gambar 33 Gabungan penilaian indeks keberlanjutan

Hasil simulasi Rap-Coffee untuk gabungan keempat dimensi menunjukkan nilai cukup berlanjut (58,94%). Untuk mengetahui gambaran keterkaitan antara dimensi keberlanjutan pada kegiatan agroindustri di KUPK Sidomulyo secara skematis disajikan pada Gambar 33. Adapun validasi terhadap hasil simulasi Rap-Coffee untuk masing-masing dimensi menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) yang cukup tinggi antara 0,94 – 0,95. Nilai S stress rata-rata sebesar 0,13 yang lebih rendah dari 0,25 menunjukkan bahwa goodness of fit hasil simulasi Rap-Coffee dapat mempresentasikan model dengan baik (Alder et al. 2003). Analisis ini diperkuat dengan selisih hasil analisis MDS dengan analisis Monte Carlo pada tingkat kepercayaan 95% yang lebih kecil dari 1 yaitu antara 0,3 – 0,8 menunjukkan bahwa perhitungan MDS menggunakan Rap-Coffee memiliki tingkat presisi tinggi (Pitcher dan Preikshot 2001).

Dimensi ekonomi Dimensi lingkungan

Dimensi sosial Dimensi kelembagaan

Gambar 34 Analisis Monte Carlo dimensi keberlanjutan

5.4. Kesimpulan

Penilaian keberlanjutan agroindustri kopi rakyat secara cepat menggunakan Rap-Coffee tergantung pada pendekatan penilaian atribut pada skala yang sederhana. Meskipun berbagai faktor dapat diukur, akan tetapi atribut yang mempengaruhi nilai keberlanjutan didasarkan pada kategori tertentu dan rentang hasil ordinasi keberlanjutan MDS. Ordinasi dua dimensi dari Rap-Coffee memberikan kesimpulan secara grafis mengenai posisi keberlanjutan masing- masing dimensi yang berada pada rentang nilai baik (good) dan jelek (bad). Rap- Coffee juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan yang telah dilaksanakan selama ini yang tercermin dari nilai masing-masing indikator.

Berdasarkan leverage analysis, faktor pengaruh dominan pada masing- masing dimensi terdiri dari 6 faktor pengaruh dimensi ekonomi, 1 faktor pengaruh dimensi lingkungan, 2 faktor pengaruh dimensi sosial, dan 1 faktor pengaruh dimensi kelembagaan. Sepuluh faktor penentu keberlanjutan agroindustri kopi rakyat KUPK Sidomulyo berdasarkan penilaian adalah sebagai berikut.

1. Biaya produksi dan pemasaran (ekonomi) 2. Manajemen usaha tani (ekonomi)

3. Manajemen sumberdaya lahan (lingkungan) 4. Kesehatan dan keamanan (sosial)

5. Kualitas produksi (ekonomi) 6. Peluang pasar (ekonomi)

7. Persepsi dan kepuasan petani (sosial) 8. Kredit usaha (ekonomi)

9. Kesiapan akan bencana (kelembagaan) 10. Pendapatan (ekonomi)

Dominasi faktor pengaruh dimensi ekonomi pada penilaian keberlanjutan agroindustri kopi rakyat menunjukkan masih besarnya dimensi ekonomi dibandingkan ketiga dimensi keberlanjutan lainnya. Kondisi ini umum terjadi di negara-negara berkembang yang masih memprioritaskan kepentingan ekonomi dibandingkan sosial, lingkungan, maupun kelembagaan. Peningkatan keberlanjutan agroindustri kopi rakyat harus didasarkan pada upaya peningkatan ekonomi petani kopi melalui peningkatan keberlanjutan dimensi lingkungan, sosial, dan kelembagaan.

Peningkatan ekspor dan mutu kopi rakyat serta peningkatan nilai tambah produk kopi nasional mendukung tekad Departemen Pertanian Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen kopi maupun produk kopi unggulan dunia tahun 2025 (Renstra Pembangunan Perkebunan 2010-2014). Peran serta dan dukungan stakeholder kopi dibutuhkan dalam melakukan upaya perbaikan kualitas kopi antara lain melalui upaya pemberian insentif harga yang memadai di tingkat petani untuk kopi yang berkualitas baik, penyediaan kredit bagi petani untuk mengatasi kebutuhan petani akan uang tunai yang mendesak dan pengadaan peralatan produksi yang mendukung peningkatan mutu kopi, pemberdayaan

kelembagaan petani serta kegiatan penyuluhan dalam mengupayakan penerapan standar mutu kopi dunia. Keberhasilan upaya perbaikan mutu kopi Indonesia tidak hanya memperbaiki citra kopi Indonesia, akan tetapi dapat membantu perbaikan harga kopi tingkat petani sekaligus membangkitkan peran kopi bagi perekonomian Indonesia. Upaya peningkatan keberlanjutan di agroindustri KUPK Sidomulyo berdasarkan keempat dimensi diharapkan akan mendukung pencapaian rencana tersebut.

123

6.1. Pendahuluan

Peningkatan kualitas produksi merupakan salah satu atribut kunci keberlanjutan agroindustri kopi rakyat. Menurut Herman dan Susila (2003), perbaikan kualitas dibutuhkan tidak hanya untuk memperbaiki citra kopi Indonesia, tetapi diharapkan dapat membantu perbaikan harga kopi tingkat petani sekaligus membangkitkan peran kopi bagi perekonomian Indonesia. Musebe et al. (2007), mutu kopi ditentukan terutama oleh perlakuan di kebun (40%), perlakuan pasca panen (40%), dan pengolahan sekunder (20%). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pasca panen (pengolahan primer) yang baik dapat membantu meningkatkan kualitas atau mutu biji kopi.

Metode pengolahan menentukan mutu produk akhir serta memiliki potensi pencemaran yang berbeda. Penerapan metode olah basah pada proses pengolahan kopi merupakan salah satu upaya meningkatkan mutu produk akhir, meskipun memiliki potensi pencemaran cukup besar. Pendekatan produksi bersih pada proses pengolahan kopi mencakup 3 hal yang saling berhubungan yaitu; (1) lebih sedikit menggunakan sumber daya alam, (2) lebih sedikit limbah yang ditimbulkan, dan (3) lebih sedikit pencemar yang dibuang ke lingkungan alamiah. Upaya untuk mengurangi volume limbah cair atau minimisasi input air proses pada titik-titik dimana limbah dihasilkan merupakan salah satu tahapan pencegahan polusi (Theodore dan Mc.Guinn 1992). Pendekatan produksi bersih juga dilakukan dengan upaya mengurangi emisi yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fosil. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan volume air optimum pada proses pengolahan basah kopi Robusta dengan tetap mempertahankan mutu kopi. Untuk meminimalkan emisi yang terbuang ke lingkungan, dievaluasi alternatif penggunaan bahan bakar nabati terhadap tingkat emisi yang dihasilkan ke lingkungan.

6.2. Metode Penelitian