2 Pengertian Keadilan
B. Pentingnya Keterbukaan dan Keadilan
2. Pentingnya Keadilan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Selain keterbukaan dalam hidup berbangsa dan bernegara, tidak kalah pentingnya adalah menciptakan keadilan. Persatuan bangsa dan keutuhan negara hanya akan terwujud jika tedapat keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Keadilan merupakan unsur yang sangat esensial dalam kehidupan manusia. Semua orang berharap mendapatkan jaminan dan rasa keadilan. Dalam kehidupan sekarang, musuh terbesar bangsa adalah ketidakadilan. Ketidakadilan dapat menciptakan kecemburuan, kesenjangan, pertentangan dan disintegrasi bangsa. Jika kita amati lebih jauh keadaan negara kita ini, pertentangan sering bersumber dari ketidakadilan. Oleh karena diperlakukan tidak adil, antargolongan saling berseteru. Dengan demikian, keadilan adalah prasyarat bagi terwujudnya persatuan bangsa dan keutuhan negara.
Keadilan merupakan suatu hasil pengambilan keputusan yang mengandung kebenaran, tidak memihak, dapat dipertanggungjawabkan, dan memperlakukan tiap orang pada kedudukan yang sama di hadapan hukum. Seorang filsuf masa Romawi Kuno mengatakan, ”Keadilan itu tribuere suum cuique (memberikan kepada setiap orang hal-hal yang menjadi empunya). Oleh karena itu, pejuang keadilan selalu berusaha agar setiap orang memperoleh sesuatu yang menjadi haknya.
Kata keadilan bisa menunjuk pada suatu keadaan, tuntutan, dan keutamaan. Sebagai keadaan, keadilan mengatakan bahwa semua pihak memperoleh sesuatu yang menjadi hak mereka dan diperlakukan secara sama. Sementara sebagai tuntutan, keadilan menuntut agar keadaan adil itu diciptakan, baik dengan jalan mengambil tindakan-tindakan yang
diperlukan, maupun dengan jalan menjauhkan diri dari tindakan yang tidak adil. Adapun sebagai keutamaan, keadilan adalah ketekadan untuk melakukan sesuatu yang adil.
Perbuatan adil tidak hanya merupakan idaman manusia, tetapi juga diperintahkan Tuhan apapun agamanya. Jika suatu negara mampu memperlakukan warganya dengan adil, niscaya kepedulian dan rasa tanggung jawab warga negara dalam rangka membangun negara dapat terwujud.
Keadilan pada umumnya relatif sulit diperoleh. Untuk memperoleh keadilan biasanya diperlukan pihak ketiga sebagai penegak, dengan harapan pihak tersebut dapat ber- tindak adil terhadap pokok-pokok yang berselisih. Oleh karena itu, pihak ketiga tersebut harus netral, tidak boleh menguntungkan salah satu pihak. Jadi, adanya pihak ketiga bertujuan untuk menghindari konfrontasi antara pihak yang sedang berselisih.
Dalam rangka jaminan keadilan di dalam suatu negara diperlukan peraturan yang disebut undang-undang atau hukum. Hukum merupakan suatu sistem norma yang mengatur kehidupan dalam masyarakat. Apabila ada seseorang yang merasa mendapatkan ketidakadilan, ia berhak mengajukan tuntutan. Setiap masyarakat memerlukan hukum karena di mana ada masyarakat di sana ada hukum. Hukum diciptakan untuk mencegah agar konflik yang terjadi dipecahkan secara terbuka. Pemecahannya bukan atas dasar siapa yang kuat, melainkan berdasarkan aturan (hukum) yang tidak membedakan antara orang kuat dan orang lemah. Berdasarkan hal tersebut, keadilan merupakan salah satu ciri hukum dan jaminan keadilan yang hanya bisa tercapai apabila hukum diterapkan tanpa memperhatikan aspek subjektivitas.
Jaminan keadilan sangat dituntut oleh penyelenggaraan negara (pemerintah dan pejabat publik) yang baik, bersih, dan transparan. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik didasarkan pada beberapa asas umum di antaranya sebagai berikut.
a. Asas kepastian hukum. Asas ini menghendaki agar semua sikap dan keputusan pejabat administrasi negara tidak menimbulkan keguncangan hukum atau status hukum. Dalam menjamin adanya kepastian hukum, pejabat administrasi negara wajib menentukan masa peralihan untuk menetapkan peraturan baru.
Sumber: www.tatv.co.id
▼ Gambar 3.6
Untuk memperoleh keadilan, biasanya di- perlukan pihak ketiga sebagai penegak.
b. Asas keseimbangan. Asas ini menyatakan bahwa tindakan disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat administrasi negara harus seimbang dengan kesalahan yang dibuatnya. Hal ini diatur dalam undang- undang kepegawaian dan peraturan tentang pegawai negeri umum.
c. Asas kesamaan. Dalam asas ini dinyatakan bahwa pejabat
administrasi negara menjatuhkan keputusan tanpa pandang bulu. Sebelum keputusan diambil, harus dipikirkan dahulu secara masak- masak. Tujuannya agar terhadap kasus yang sama dapat diambil keputusan yang sama pula. Pejabat administrasi negara tidak boleh melakukan diskriminasi dalam mengambil keputusan.
d. Asas larangan kesewenang-wenangan. Keputusan sewenang-
wenang adalah keputusan yang tidak mempertimbangkan semua faktor yang relevan secara lengkap dan wajar sehingga secara akal kurang sesuai. Pada prinsipnya, keputusan yang sewenang-wenang dilarang dan dapat digugat melalui pengadilan perdata.
e. Asas larangan penyalahgunaan wewenang. Asas ini menyatakan bahwa penyalahgunaan wewenang terjadi jika suatu wewenang dipergunakan untuk tujuan yang bertentangan atau menyimpang dari apa yang telah ditetapkan semula oleh undang-undang.
f. Asas bertindak cermat. Jika pejabat administrasi negara mengambil keputusan dengan kurang hati-hati sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat, keputusan tersebut wajib segera diperbaiki dengan menerbitkan keputusan baru.
g. Asas perlakuan yang jujur. Asas ini memberikan penghargaan yang lebih kepada masyarakat dalam mencari kebenaran melalui instansi banding. Pengajuan banding ini dapat dilakukan kepada pejabat administrasi negara yang lebih tinggi tingkatannya atau kepada badan-badan peradilan.
h. Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal. Asas ini terjadi jika seorang pegawai yang berdasarkan Peradilan Kepegawaian tingkat pertama diberhentikan tetapi oleh pengadilan tingkat banding, putusan pemberhentian itu dibatalkan. Di Indonesia asas ini telah memperoleh pengaturannya dalam pasal 9 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970.
i. Asas penyelenggaraan kepentingan umum. Dalam asas ini tindakan aktif pejabat administrasi negara adalah menyelenggarakan kepentingan umum. Kepentingan umum meliputi kepentingan nasional, yaitu kepentingan bangsa, masyarakat, dan negara. Keadilan dan ketidakadilan selalu dilakukan atas kesukarelaan. Kesukarelaan tersebut meliputi sikap dan perbuatan. Pada saat orang melakukan tindakan secara tidak sukarela, tindakan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai tidak adil ataupun adil, kecuali dalam beberapa cara khusus. Melakukan tindakan yang dapat dikategorikan adil harus ada ruang untuk memilih sebagai tempat pertimbangan. Oleh karena itu,
dalam hubungan antara manusia ada beberapa aspek untuk menilai tindakan tersebut, yaitu niat, tindakan, alat, dan hasil akhirnya.
Melakukan tindakan yang tidak adil adalah tidak sama dengan melakukan sesuatu dengan cara yang tidak adil. Tidak mungkin diperlakukan secara tidak adil jika orang lain tidak melakukan sesuatu secara tidak adil. Mungkin seseorang rela menderita karena ketidakadilan, tetapi tidak ada seorang pun yang berharap diperlakukan secara tidak adil.
Jaminan Keadilan Bagi Warga Negara
Jaminankeadilan bagi warga negara dapat ditemukandalambeberapa contoh peraturanperundang-undangansepertiberikut.
a. Undang-UndangDasar Tahun 1945
1) Bidang Hukumdan Pemerintahan (Pasal 27).
2) Bidang Politik (Pasal 28).
3) Bidang HakAsasiManusia (Pasal 28A-28J).
4) BidangKeagamaan (Pasal 29).
5) Bidang Pertahanan Negara (Pasal30).
6) Bidang PendidikandanKebudayaan (Pasal31 dan32).
7) BidangKesejahteraanSosial (Pasal33dan34). b. Undang-Undang
1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentangKitabUndang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentangMahkamahAgung.
3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 tentangKonvensiMenentang Penyiksaan dan Perlakuanatau Penghukuman Lain YangKejam, TidakManusiawiatau MerendahkanMartabatManusia.
4) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentangKemerdekaanMenyampaikan
PendapatdiMukaUmum.
5) Undang-Undang Nomor35 Tahun 1999 tentangKekuasaanKehakiman.
6) Undang-Undang Nomor39 Tahun 1999 tentang Hak-hakAsasiManusia.
7) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HakAsasiManusia.
8) Undang-Undang Nomor31 Tahun 2002 tentang Partai Politik.
9) Undang-Undang Nomor3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
10) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003tentangSistem Pendidikan Nasional.
Andatelahmempelajaritentangpenyelenggaraanpemerintahanyangbaik.Menurut Anda,bagaimanakahpraktikpemerintahanyangbaikitu? Bagaimanapulakaitannya dengantransparansiatauketerbukaan? Untukmenjawabpertanyaantersebut,Andadapat mendiskusikannya dengan teman sebangku Anda. Setelah itu, hasil diskusi dapat dipresentasikandidepankelassecarabergantian.