• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Kewarganegaraan Kelas 11 Pudjo Sumedi 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendidikan Kewarganegaraan Kelas 11 Pudjo Sumedi 2011"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

  • Penulis:
    • Pudjo Sumedi
  • Pengajar:
    • Amin Suprihatini
  • Sekolah: Pusat Kurikulum dan Perbukuan
  • Mata Pelajaran: Pendidikan Kewarganegaraan
  • Topik: Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI
  • Tipe: buku
  • Tahun: 2011
  • Kota: Jakarta

I. Pendahuluan

Buku Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI karya Pudjo Sumedi bertujuan untuk membangkitkan semangat generasi muda dalam menghadapi tantangan global, terutama terkait dengan nilai-nilai kecintaan terhadap tanah air. Buku ini disusun untuk membekali siswa dengan pemahaman yang mendalam tentang Pendidikan Kewarganegaraan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan yang dinamis, inovatif, dan kreatif, buku ini mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, melalui analisis, diskusi, dan aktivitas menarik lainnya.

II. Budaya Politik

Budaya politik merupakan salah satu tema sentral dalam buku ini, yang mencakup pengertian dan tipe-tipe budaya politik. Penulis menjelaskan bahwa budaya politik terdiri dari sikap, keyakinan, dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Tipe-tipe budaya politik dibedakan berdasarkan sikap, tradisi, dan orientasi politik, dengan penekanan pada pentingnya sosialisasi politik dalam membentuk budaya politik yang partisipatif. Buku ini juga mengajak siswa untuk memahami peran mereka dalam budaya politik melalui contoh konkret dan diskusi.

2.1 Pengertian Budaya Politik

Budaya politik diartikan sebagai hubungan antara individu dalam masyarakat yang mencerminkan nilai dan norma yang ada. Melalui berbagai definisi yang diungkapkan oleh para ahli, buku ini menggarisbawahi pentingnya pemahaman budaya politik sebagai landasan bagi partisipasi warga negara dalam sistem politik.

2.2 Tipe-Tipe Budaya Politik

Buku ini mengidentifikasi beberapa tipe budaya politik, termasuk budaya politik parokial, subjek, dan partisipan. Setiap tipe memiliki karakteristik yang berbeda dan mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam politik. Penjelasan ini membantu siswa untuk memahami konteks budaya politik di Indonesia dan bagaimana hal tersebut memengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara.

III. Budaya Demokrasi Menuju Masyarakat Madani

Buku ini juga membahas pentingnya budaya demokrasi dalam membangun masyarakat madani. Penulis menjelaskan hakikat budaya demokrasi, bagaimana budaya demokrasi berkembang di Indonesia, dan pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. Penekanan pada perilaku demokrasi dalam interaksi sosial memberikan siswa pemahaman tentang tanggung jawab mereka sebagai warga negara dalam mendukung proses demokrasi.

3.1 Hakikat Budaya Demokrasi

Budaya demokrasi merupakan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan masyarakat. Buku ini menjelaskan bahwa pemahaman yang baik tentang budaya demokrasi sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang adil dan beradab.

3.2 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia

Penulis menguraikan pelaksanaan demokrasi di Indonesia, termasuk tantangan yang dihadapi dan bagaimana masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi. Hal ini penting untuk memberikan siswa wawasan tentang kondisi nyata demokrasi di negara mereka.

IV. Keterbukaan dan Keadilan

Keterbukaan dan keadilan merupakan prinsip dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Buku ini membahas pengertian dan pentingnya kedua prinsip tersebut dalam konteks pemerintahan dan masyarakat. Penulis mengajak siswa untuk merenungkan sikap keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari serta dampaknya terhadap pembangunan masyarakat yang lebih baik.

4.1 Pengertian Keterbukaan dan Keadilan

Keterbukaan diartikan sebagai transparansi dalam pemerintahan, sedangkan keadilan berkaitan dengan hak dan kewajiban setiap warga negara. Buku ini menjelaskan pentingnya kedua konsep ini dalam menciptakan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan.

V. Hubungan Internasional dan Organisasi Internasional

Hubungan internasional dan organisasi internasional menjadi fokus utama dalam bagian ini. Buku ini memberikan pemahaman tentang pentingnya kerjasama antarnegara dalam menyelesaikan berbagai masalah global. Penulis juga menjelaskan berbagai organisasi internasional yang berperan dalam menjaga perdamaian dan keamanan dunia.

5.1 Hubungan Internasional

Pemahaman tentang hubungan internasional sangat penting bagi siswa untuk menyadari posisi negara mereka dalam komunitas global. Buku ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan internasional dan peran aktif yang dapat diambil oleh Indonesia.

VI. Hukum dan Peradilan Internasional

Buku ini mengakhiri pembahasannya dengan membahas sistem hukum dan peradilan internasional. Penulis menjelaskan bagaimana hukum internasional berfungsi dan pentingnya menghargai putusan lembaga peradilan internasional. Pemahaman ini diharapkan dapat membekali siswa dengan pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dalam konteks global.

6.1 Sistem Hukum Internasional

Sistem hukum internasional mencakup berbagai perjanjian dan konvensi yang mengatur hubungan antarnegara. Buku ini menjelaskan bagaimana hukum internasional dapat membantu menyelesaikan sengketa antarnegara dan peran pentingnya dalam menjaga perdamaian dunia.

Referensi Dokumen

  • Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan ( Abdulsyani )
  • Masyarakat Madani (Muara Reformasi di Indonesia) ( Adisubrata, Winarna Surya )
  • Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA/MA ( Badan Standar Nasional Pendidikan )
  • Pendidikan Kewarganegaraan Menuju Kehidupan yang Demokratis dan Berkeadaban ( Chamim, Asykuri Ibn )
  • Hubungan Internasional di Asia Tenggara ( Cipto, Bambang )

Gambar

Tabel Hasil Pemilu 2009
tabel seperti contoh berikut.

Referensi

Dokumen terkait

a) Overview: tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada siswa tentang topik

Berbalas Pantun dengan Lafal dan Intonasi yang

Sifat acara pemeriksaan perkara di hadapan persidangan Pengadilan di Indonesia berdasarkan Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR) untuk Jawa dan Madura dan Rechtsreglement Buitengewesten (RBg) untuk luar Jawa dan Madura, dilakukan secara lisan (mondelinge procedure). Acara dengan lisan berarti, bahwa pemeriksaan perkara dilakukan dengan cara kontak langsung berupa tanya jawab dengan lisan antara hakim dengan para pihak atau kuasanya di muka persidangan. Hakim juga mendengarkan sendiri keterangan saksi- saksi yang diajukan oleh para pihak, keterangan saksi ahli apabila diperlukan dan lain-lainnya. Bahkan Hakim dalam setiap perkara perdata, apabila kedua belah pihak hadir di persidangan, wajib mendamaikan kedua belah pihak. (Pasal 154 RBg /130 HIR). Hakim juga berhak untuk memberikan penerangan (penasehatan) kepada kedua belah pihak mengenai cara berperkara atau upaya hukum yang dapat ditempuh agar supaya perkara berjalan baik dan teratur. (Pasal 156 RBg / 132 HIR). Kewajiban mendamaikan dan memberikan penasehatan tersebut tentu saja dilakukan secara lisan. Atas dasar sifat acara pemeriksaan seperti itu, maka hakim dalam melaksanakan tugas pokoknya memeriksa, mengadili dan memutus perkara yang diajukan oleh para pencari keadilan kepadanya, memerlukan seseorang untuk membantu mencatat hasil pemeriksaannya. Undang-undang menentukan bahwa pekerjaan tersebut diberikan kepada Panitera atau seorang yang ditugaskan melakukan pekerjaan Panitera yang berkewajiban membantu Hakim dengan menghadiri dan mencatat jalannya sidang pengadilan. Berdasarkan catatan yang dibuat oleh Panitera disusun berita acara persidangan, yang sangat berguna bagi Hakim dalam menyusun putusan pengadilan. Oleh karena pentingnya berita acara persidangan, maka pembuatan / penyusunannya harus dilakukan dengan cermat, teliti dan hati-hati, agar nilainya benar-benar terjaga.

Asas Praduga Rechmatig: Setiap tindakan badan pemerintahan dianggap benar dan sah hingga ada pembatalannya. Asas Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman yang Merdeka dan Bebas: Pengadilan harus beroperasi secara merdeka dan bebas dari campur tangan kekuasaan. Asas Hakim Aktif: Hakim PTUN memiliki peran aktif dalam mencari kebenaran materiil selama persidangan. Asas Kesatuan Beracara: Terdapat satu panduan beracara untuk perkara sejenis, mencegah simpang siur penerapan hukum. Asas Sidang Terbuka untuk Umum: Setiap sidang harus terbuka untuk umum, kecuali undang-undang menentukan sebaliknya. Asas Peradilan Dilakukan dengan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan: Proses peradilan harus efisien, cepat, dan biaya ringan agar dapat dijangkau oleh masyarakat. Asas Pembuktian Bebas: Hakim bebas menentukan bukti apa saja yang relevan dalam sengketa, tidak terikat pada bukti dari para pihak. Asas Audi et Alteram Partem: Hakim harus mendengar kedua belah pihak yang bersengketa untuk menjaga keseimbangan hak. Asas Objektivitas: Hakim wajib menjaga objektivitas, termasuk mengundurkan diri jika terdapat konflik kepentingan. Asas Peradilan Berjenjang: Sengketa dapat diajukan ke pengadilan yang lebih tinggi untuk pengoreksian putusan. Asas Erga Omnes: Putusan PTUN mengikat secara publik, tidak hanya pada pihak yang bersengketa. Asas Ultimatum Remedium: Pengadilan sebagai upaya terakhir dalam mencari keadilan setelah upaya