• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penutup: beberapa Catatan untuk riset dan Kebijakan

Dalam dokumen Buku Riset Kebijakan Agama (Halaman 121-127)

Irsyad Rafsad

6. Penutup: beberapa Catatan untuk riset dan Kebijakan

Pengalaman pengukuran dan pemantauan kebebasan beragama di Indonesia selama satu dasawarsa terakhir menunjukkan sulitnya menemukan metode pengukuran yang dianggap paling benar dan dapat diterima semua pihak. Namun bukan berarti pengukuran menjadi tidak penting dan tak perlu dikembangkan. Sebaliknya, makalah ini justru ingin menunjukkan aspek-aspek yang dapat diperkuat dan ditingkatkan. Dalam rangka itu, bagian penutup ini akan menyampaikan beberapa catatan dan pelajaran yang terkait dengan penelitian dan pengambilan kebijakan.

Sebagian besar pengukuran (SI, WI, IDI) menerjemahkan konsep kebebasan beragama yang abstrak ke dalam angka, baik itu jumlah pelanggaran yang sederhana hingga indeks atau skala yang lebih rumit. Proses kuantiikasi ini didasarkan atas berbagai sumber seperti pemantauan, tinjauan dokumen dan media massa, diskusi terfokus hingga pengaduan pelanggaran. Laporan lain (CRCS, Pelapor Khusus) menghindari pengukuran kuantitatif dan lebih fokus menyediakan analisis naratif. Dalam melakukan pencatatan dan penghitungan, setiap laporan menggunakan kategori yang berbeda-beda, dan beberapa masih dapat diperdebatkan kaitannya dengan konsep kebebasan beragama.

Perdebatan tersebut tentu baik saja dan harus dipahami bahwa pengukuran kebebasan beragama adalah upaya yang rentan memuat bias dan kekeliruan. Karena itu, perlu kehati-hatian di setiap tahapan pengukuran, mulai dari memilih sumber, melakukan pengodean, sampai dengan menganalisis hasilnya. Dalam hal ini, akuntabilitas dan transparansi proses pengukuran menjadi sangat penting sambil terus memperbaiki keterbatasan masing-masing. Sumber data perlu terus ditingkatkan jumlah dan mutunya, misalnya dengan menambah dan menyeleksi surat kabar

lokal, memperluas peserta FGD, melibatkan penyintas, dan sebagainya. Perbaikan juga perlu dilakukan dalam proses pengolahan data tersebut menjadi angka.

Pengukuran berbasis-peristiwa kurang memadai untuk analisis komparatif namun kaya akan rincian deskripsi dan konteks. Sementara itu, pengukuran berbasis-standar cukup ekstensif untuk menopang generalisasi tapi kurang memadai untuk menganalisis kasus-kasus individual. Penelitian mendatang perlu memikirkan jalan tengah antara pengumpulan informasi di level mikro dan kebutuhan akan analisis komparatif yang sistematis mengenai kebebasan beragama ini. Pengukuran kebebasan beragama yang berbasis survei belum berkembang di Indonesia. Jika hendak dikembangkan, penelitian berikutnya bisa mengembangkan pengukuran kinerja atau dampak kebijakan pemerintah yang terkait dengan isu kebebasan beragama.

Laporan-laporan yang diulas di makalah ini menggunakan sumber yang bervariasi dan menyoroti aspek-aspek yang berlainan dalam kebebasan beragama. Mereka juga berbeda-beda dalam memandang mana yang dianggap sebagai masalah kebebasan beragama, dan apa yang perlu diperhatikan dalam mengukurnya. Perbedaan-perbedaan terebut membuat upaya untuk membandingkan hasil pengukuran menjadi tidak mudah. Tapi secara umum dapat dikatakan bahwa hasil pengukuran dan pendokumentasian yang disampaikan berbagai laporan di Indonesia memberikan bukti yang saling melengkapi. Hampir semua laporan menyebutkan bahwa pelanggaran KBB meningkat dan mencapai puncaknya pada 2012-2013 lalu sempat menurun pada 2014 sebelum naik kembali pada 2015. Perbedaan temuan dan keterbatasan setiap laporan yang diulas di sini menunjukkan perlunya membangun komunikasi dan kerjasama di antara berbagai sektor pengetahuan.

Agar lebih berdampak terhadap kebijakan, proyek pengukuran sebaiknya sudah mempunyai bayangan mengenai bagaimana proses pengukuran dan temuannya itu akan disampaikan kepada para pemangku kepentingan di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Data

baseline yang menjadi acuan serta standar benchmark juga sebaiknya

dirumuskan agar upaya-upaya memajukan kebebasan beragama dapat lebih terukur. Terakhir, perlu ada sinergi antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah yang melakukan pengukuran kebebasan beragama. Salah satu yang mungkin dilakukan adalah dengan membentuk kelompok kerja yang terdiri atas BPS, lembaga masyarakat, dan wakil kelompok agama, termasuk kelompok minoritas, di setiap kota. Anggota pokja dapat saling mengawasi dan berbagi data. Kemungkinan lainnya adalah membangun pangkalan data publik yang dapat menampung informasi dan laporan masyarakat, serta dapat menyimpan dan membagikan data mentah atau hasil pengodean setiap daerah untuk mendorong penelitian lanjutan. Ini tidak mustahil jika semua pihak memiliki cita-cita yang sama untuk memajukan perlindungan hak-hak kebebasan beragama di Indonesia.***

referensi

Ahmad, Haidlor Ali. 2013. Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan

Diklat Kementerian Agama RI.

Ali-Fauzi, I., Alam, R. H., Panggabean, S. R., & Sutanto, T. 2009. Melaporkan Kebebasan Beragama di Indonesia 2008: Evaluasi atas Laporan the Wahid Institute, Setara Institute, dan CRCS-UGM. Laporan Penelitian. Jakarta:

Yayasan Wakaf Paramadina, MPRK-UGM, dan he Asia Foundation. Bagir, Zainal A. 2014. “Advocacy for Religious Freedom in Democratizing

Indonesia.” he Review of Faith & International Afairs, 12(4), 27-39.

Bagir, Zainal A., Hefner, R. W., & Ali-Fauzi, I.. 2014. Mengelola Keragaman dan Kebebasan Beragama: Sejarah, Teori dan Advokasi. Yogyakarta: CRCS-UGM.

Bagir, Zainal A (et.al). 2014. Mengelola Keragaman dan Kebebasan Beragama: Releksi Atas Beberapa Pendekatan Advokasi. Yogyakarta: CRCS-UGM.

Bates, M. Searle. 1945. Religious Liberty: An Inquiry. New York: International

Missionary Council.

Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS), Universitas Gadjah Mada (UGM). 2008. Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia Tahun 2008. Yogyakarta: CRCS-UGM.

———. 2013. Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia 2012.

Yogyakarta: CRCS-UGM.

Christian Solidarity Worldwide. 2014. Indonesia: Pluralism in Peril, he Rise of Religious Intolerance across he Archipelago. UK: CSW.

Cross, Frank. B., 2015. Constitutions and Religious Freedom. Cambridge: Cambridge

University Press.

Finke, Roger dan Martin, R. Robert. 2011. “Ensuring Liberties: Understanding Religious Freedoms and Restrictions”. Dalam Annual Meeting of the Association for the Sociology of Religion, Las Vegas, NV, Agustus (Vol. 19).

———. 2012. “Religious Freedom and Conlict: A Review of the Evidence.” ARDA/ ASREC Working Paper.

Fox, Jonathan. 2008. A World Survey of Religion and the State. New York: Cambridge

University Press.

———. 2015. Political Secularism, Religion, and the State: A Time Series Analysis of Worldwide Data. New York: Cambridge University Press.

Gill, Anthony J. 2008. he Political Origins of Religious Liberty. Cambridge:

Cambridge University Press.

Grim, Brian. J., & Finke, R. 2006. “International Religion Indexes: Government Regulation, Government Favoritism, and Social Regulation of Religion”.

Interdisciplinary Journal of Research on Religion. 2/1: 2-40.

Grim, Brian. J., & Wike, R. 2010. “Cross-Validating Measures of Global Religious Intolerance: Comparing Coded State Department Reports with Survey Data and Expert Opinion.” Politics and Religion, 3(01), 102-129.

Grim, Brian. J., Finke, R., Harris, J., Meyers C., & Van-Eerden J.. 2006. “Measuring International Socio-Religious Values and Conlict by Coding U.S. State Department Reports.” JSM Proceedings of the American Association of Public Opinion Research, Survey Research Methods Section. Alexandria, VA: American Statistical Association.

Hefner, Robert W. 2013. “he Study of Religious Freedom in Indonesia.” he Review of Faith & International Afairs, 11(2), 18-27.

Human Rights Resource Centre. Januari 2015. Keeping the Faith: A Study of Freedom of hought, Conscience, and Religion in ASEAN. Diakses pada 14

April 2017 (http://hrrca.org/wp-content/uploads/2015/11/Book-of-Keeping- the-Faith_web.pdf).

Human Rights Watch. 2013. In Religion’s Name: Abuses against Religious Minorities in Indonesia. New York: HRW.

Kemenkopolhukkam & BPS. 2015. Indeks Demokrasi Indonesia 2014: Ketimpangan antara Institusi dan Kultur Demokrasi. Jakarta: Kemenkopolhukkam & BPS.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. 2017. Laporan Tahunan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan 2016. Komnas HAM.

Landman, Todd dan Carvalho, Edzia. 2010. Measuring Human Rights. Oxon:

Routledge.

Lindkvist, L. 2013. “he Politics of Article 18: Religious Liberty in the Universal Declaration of Human Rights.” Humanity: An International Journal of Human Rights, Humanitarianism, and Development, 4(3), pp.429-447.

Marshall, Paul. A. (Ed.). 2000. Religious Freedom in he World. Landam, MD:

Rowman & Littleield.

Pew Research Center. 2009. Global Restrictions on Religion. Diakses pada 6

April 2017 (http://www.pewforum.org/2009/12/17/global-restrictions-on- religion/).

———. 2014. Religious Hostilities Reach Six-Year High. Diakses pada 6 April 2017

(http://www.pewforum.org/2014/01/14/religious-hostilities-reach-six-year- high/).

———. 2016. Trends in Global Restrictions on Religion. Diakses pada 6 April 2017

(http://www.pewforum.org/2016/06/23/trends-in-global-restrictions-on- religion/).

Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama RI. 2017. Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan di Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Puslitbang

Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. SETARA Institute. 2007. Tunduk pada Penghakiman Massa:Pembenaran Negara

atas Persekusi Kebebasan Beragama & Berkeyakinan. Jakarta: SETARA

Institute.

———. 2017. Supremasi Intoleransi: Laporan Kondisi Kebebasan Beragama/ Berkeyakinan dan Minoritas Keagamaan di Indonesia tahun 2016. Jakarta:

SETARA Institute.

he Wahid Institute. 2008. Menapaki Bangsa yang Kian Retak: Laporan Tahunan Pluralisme Beragama/Berkeyakinan di Indonesia. Jakarta: he Wahid Institute.

———. 2016. Laporan Tahunan Kemerdekaan Beragama / Berkeyakinan di

Indonesia Tahun 2016. Jakarta: he Wahid Institute.

Tim Peneliti PUSAD Paramadina. 2016. Mengukur Kebebasan Beragama di Jawa Barat 2014: Catatan dari Indeks Demokrasi Indonesia. Jakarta: PUSAD

Paramadina.

United Nations Development Programme. 2010. Menakar Demokrasi di Indonesia: Indeks Demokrasi Indonesia 2009. Jakarta: UNDP Indonesia.

U.S. Commission on International Religious Freedom. 2016. Annual Report of the U.S. Commission on International Religious Freedom. Washington DC: U.S.

Commission on International Religious Freedom. Diakses pada 6 April 2017

(http://www.uscirf.gov/sites/default/iles/USCIRF%202016%20Annual%20

Report.pdf).

U.S. Department of State. 2015. “International Religious Freedom Report 2015: Indonesia.” Diakses pada 10 April 2017 (http://www.state.gov/j/drl/rls/irf/ religiousfreedom/index.htm?year=2015&dlid=256107).

117

Mengelola Keragaman dari Dalam

1

Dalam dokumen Buku Riset Kebijakan Agama (Halaman 121-127)