• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

dan Pengelolaan Uang Rupiah

Pada triwulan IV 2017, transaksi kliring mencapai Rp6,15 triliun, meningkat

dari Rp6,10 triliun pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, nilai transaksi RTGS

juga meningkat dari Rp17,94 triliun pada triwulan III 2017 menjadi sebesar

Rp20,25 triliun pada triwulan IV. KPwBI Provinsi Kalimantan Barat mengalami net

outflow sebesar Rp2,59 triliun di triwulan IV 2017, dengan jumlah uang yang

diedarkan (outflow) mencapai Rp4,08 triliun. Tingginya permintaan masyarakat

terhadap Rupiah menjelang Natal dan momen libur akhir tahun menjadi

penyebab terjadinya net outflow pada triwulan IV 2017.

Perkembangan Transaksi Non Tunai

KPwBI Provinsi Kalimantan Barat menyelenggarakan dua sistem pembayaran non tunai, yaitu Sistem Kliring Bank Indonesia (SKNBI) dan Bank Indonesia Real Time Gross

Settlement (RTGS). SKNBI atau kliring merupakan sistem pembayaran nontunai yang

penyelesaian transaksinya (settlement) diselenggarakan di akhir hari. Sedangkan, RTGS merupakan sistem pembayaran nontunai dengan penyelesaian transaksi (settlement) secara seketika (real time) sehingga lebih cepat dan efektif dalam transaksi ekonomi skala besar. Kedua sistem tersebut berjalan dengan baik dan lancar selama triwulan IV 2017.

Selama triwulan IV 2017, secara total nilai transaksi sistem pembayaran nontunai (kliring dan RTGS) di Kalimantan Barat mencapai Rp26,40 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar 13,28% (yoy) bila dibandingkan dengan triwulan IV 2016. Total transaksi sistem pembayaran nontunai selama periode triwulan IV 2017 mencapai 174.062 transaksi, mengalami penurunan sebesar -26,99% (yoy) bila dibandingkan dengan triwulan IV 2016. Bila dilihat secara terpisah, transaksi nontunai secara nominal di Kalimantan Barat didominasi oleh penggunaan RTGS sebesar 76,69% dan sisanya sebesar 23,31% menggunakan kliring.

Volume kliring Kalimantan Barat pada triwulan IV 2017 terpantau menurun. Volume kliring tercatat turun dari 174.147 lembar (-26,19% yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 170.472 lembar (-27,52% yoy) pada triwulan IV 2017. Secara keseluruhan, volume kliring pada Januari-Desember 2017 telah mencapai 738.540 lembar, turun 27,04% (yoy) dibandingkan dengan volume kliring Januari-Desember 2016 yang sebanyak 1.012.200 lembar.

Meskipun volume transaksi kliring triwulan IV 2017 terpantau menurun, secara nilai nominal, transaksi kliring tercatat naik dari Rp6,10 triliun (-27,44% yoy) pada triwulan III 2017 menjadi Rp6,15 triliun (-29,96% yoy) pada triwulan IV 2017. Secara keseluruhan, nilai nominal transaksi kliring pada Januari-Desember 2017 telah mencapai Rp26,53 triliun atau menurun 25,63% (yoy) dibandingkan dengan jumlah transaksi kliring Januari-Desember 2016 yang sebesar Rp35,68 triliun.

Sementara itu, volume transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Kalimantan Barat pada triwulan IV 2017 terpantau meningkat. Volume RTGS tercatat naik dari 3.278 transaksi (44,85%, yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 3.590 transaksi (11,80%, yoy). Secara keseluruhan, volume transaksi RTGS sepanjang tahun 2017 telah mencapai 15.649 transaksi, melonjak hingga 90,61% (yoy) dibandingkan dengan volume transaksi RTGS pada 2016 sebanyak 8.210 transaksi.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 75

demikian, total nilai transaksi RTGS sepanjang tahun 2017 mengalami penurunan hingga 14,57% (yoy) dari Rp77,97 triliun pada tahun 2016 menjadi Rp66,61 triliun pada tahun 2017.

Bila diperhatikan lebih jauh, pola pergerakan nilai dan volume transaksi kliring dan RTGS menunjukkan bahwa semakin banyak transaksi yang beralih dari semula menggunakan fasilitas kliring menjadi fasilitas RTGS yang disinyalir disebabkan alasan kecepatan penyelesaian transaksi.

Grafik 5. 1 Perkembangan Transaksi Kliring di Kalimantan Barat

Grafik 5. 2 Perkembangan Transaksi RTGS di Kalimantan Barat

Penyediaan Uang Layak Edar

Pada triwulan IV 2017 KPw BI Provinsi Kalbar mengalami net outflow sebesar Rp2,59 triliun dengan jumlah uang yang diedarkan (outflow) mencapai Rp4,08 triliun, dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow) yakni sebesar Rp1,48 triliun. Hal ini terjadi seiring dengan periode hari raya natal dan liburan akhir tahun. Sebagai perbandingan, pada semester IV tahun 2016 juga terjadi net outflow sebesar Rp1,91 triliun dengan outflow

sebesar Rp3,09 triliun dan inflow sebesar Rp1,18 triliun.

KPwBI Provinsi Kalimantan Barat melakukan kegiatan penukaran uang di loket kantor kepada masyarakat umum15 yang pada triwulan berjalan sebesar Rp3,56 miliar. Jumlah penukaran meningkat mengingat peningkatan permintaan masyarakat dalam menghadapi momen akhir tahun. Di sisi lain, KPw BI Provinsi Kalbar juga melakukan 3 kali kegiatan kas keliling16 dengan nilai penukaran total sebesar Rp10,73 miliar. Daerah tujuan kas keliling pada triwulan berjalan adalah Kota Pontianak dan Kabupaten Sanggau.

Dari hasil penukaran uang di loket, kegiatan kas keliling, dan setoran uang dari perbankan, secara rutin KPwBI Provinsi Kalimantan Barat melakukan kebijakan clean

money policy. Kebijakan itu dilaksanakan melalui pemusnahan terhadap uang tidak layak edar

(UTLE) dengan memperhatikan aspek keamanan, pengawasan melekat dan good governance

15 Kegiatan penukaran uang rusak dilakukan setiap hari Rabu. Untuk penukaran uang kecil dapat dilakukan pada bank umum.

16 Pada kegiatan kas keliling, masyarakat dapat menukarkan rusak dan uang yang tidak layak edar yang mereka miliki dengan uang layak edar.

233 220 293 291 274 267 236 235 223 171 174 170 9.3 8.7 10.1 10.1 9.5 9.0 8.4 8.8 8.7 5.6 6.1 6.2 4 5 6 7 8 9 10 11 150 170 190 210 230 250 270 290 310

I II III IV I II III IV I II III IV 2015 2016 2017 Rp Tril iu n Rib u L em b ar

sehingga dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Selama triwulan IV 2017, jumlah UTLE yang masuk ke KPwBI Provinsi Kalimantan Barat yang dilakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) adalah sebesar Rp623,39 miliar atau tumbuh sebesar 82,18% (yoy). Lebih lanjut, rasio UTLE tersebut terhadap inflow adalah sebesar 42,10% dan lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 28,89%.

Grafik 5. 3 Perkembangan Inflow-Outflow di KPwBI Prov. Kalimantan Barat

Grafik 5. 4 Pemusnahan UTLE di KPwBI Prov. Kalimantan Barat

Perkembangan Temuan Uang Rupiah yang Diragukan

Keasliannya

Tingginya kebutuhan masyarakat akan uang menyebabkan uang rupiah kerap dipalsukan dan diedarkan kepada masyarakat, sehingga negara dan masyarakat mengalami kerugian. Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang, Bank Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang rupiah. Oleh karena itu, masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia terkait uang rupiah yang diragukan keasliannya. Bank Indonesia juga telah mewajibkan bank umum untuk menyampaikan laporan penemuan uang yang diragukan keasliannya yang ditemukan dalam kegiatan operasional bank.

Pada triwulan IV 2017, terdapat temuan dan laporan uang rupiah yang diragukan keasliannya kepada KPwBI Provinsi Kalimantan Barat sejumlah 431 bilyet dari jumlah keseluruhan sepanjang tahun 2017 sebanyak 2.866 bilyet. Jumlah tersebut tergolong tinggi dan melebihi jumlah temuan sepanjang tahun 2016 yang sebanyak 2.536 bilyet. Keseluruhan temuan uang rupiah yang diragukan keasliannya tersebut dilaporkan secara berkala kepada Kepolisian untuk dapat ditelusuri dan ditindaklanjuti sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 77

berbagai lapisan masyarakat dengan harapan masyarakat dapat lebih cermat dalam mengenali uang Rupiah. KPwBI Provinsi Kalimantan Barat terbuka bagi semua lapisan masyarakat yang ingin memperoleh sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah tersebut.

Tabel 5. 1 Uang Rupiah Yang Diragukan Keasliannya

yang Ditemukan dan Dilaporkan ke KPwBI Provinsi Kalimantan Barat

Perkembangan Money Changer dan PTD

Pada triwulan IV 2017, jumlah pembelian uang kertas asing (UKA) oleh penyelenggara kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank (money changer) di Kalimantan Barat sebesar Rp124,04 miliar. Adapun total pembelian UKA selama periode Januari-Desember 2017 adalah sebesar Rp662,20 miliar, atau menurun 19,00% bila dibandingkan dengan total pembelian UKA pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp817,56 miliar. Sedangkan jumlah penjualan UKA pada triwulan IV 2017 adalah sebesar Rp264,32 miliar. Secara tahunan, total penjualan UKA selama periode Januari-Desember 2017 adalah sebesar Rp799,74 miliar, atau menurun 1,71% dibandingkan total selama Januari-Desember 2016 yang sebesar Rp813,66 miliar.

Lebih lanjut, nilai pengiriman uang dari luar negeri melalui penyelenggara transfer dana (PTD) di Kalimantan Barat pada triwulan laporan meningkat. Nilai pengiriman uang tersebut tercatat sebesar Rp38,32 miliar atau meningkat dibandingkan dengan meningkat dibandingkan dengan triwulan III 2017 yang sebesar Rp26,58 miliar. Secara total, selama periode Januari-Desember 2017 nilai pengiriman uang dari luar negeri tercatat sebesar Rp99,38 miliar. Pada periode berjalan, mayoritas dana yang dikirim dari luar negeri berasal dari Singapura sebesar 87,80% diikuti dari Uni Emirat Arab sebesar 4,64%.

Di sisi lain, nilai pengiriman uang ke luar negeri melalui PTD di Kalimantan Barat pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar Rp19,42 miliar, menurun dibandingkan dengan triwulan III 2017 yang sebesar 19,82 miliar. Secara total, pengiriman uang ke luar negeri melalui PTD selama periode Januari-Desember 2017 tercatat sebesar Rp63,22 miliar. Adapun, 2010 239 531 12 3 7 - 2 794 - - - - - - 794 50,755,000.00 2011 389 286 9 - 1 - - 685 - - - - - - 685 53,385,000.00 2012 312 322 12 10 6 12 - 674 - - - - - - 674 47,670,000.00 2013 643 264 5 3 2 - - 917 - - - - - - 917 77,640,000.00 2014 998 171 9 1 3 - - 1,182 - - - - - - 1,182 108,555,000.00 2015 672 218 5 3 6 - - 904 - - - - - - 904 78,260,000.00 2016 1,600 904 27 1 4 - - 2,536 - - - - - - 2,536 205,760,000.00 2017*) 778 2,065 17 2 4 - - 2,866 - - - - - - 2,866 181,420,000.00 Trw.I. 210 382 11 - 4 - - 607 - - - - - - 607 40,330,000.00 Trw.II. 188 1,053 2 - - - - 1,243 - - - - - - 1,243 71,490,000.00 Trw.III. 188 394 3 - - - - 585 - - - - - - 585 38,560,000.00 Trw.IV. 192 236 1 2 - - - 431 - - - - - - 431 31,040,000.00 JUMLAH NOMINAL 1.000 500 100 50 25 Jumlah UK + UL (Bilyet+Keping) Jumlah UL (Keping) 10,000 2,000 20,000 5,000

UANG KERTAS (UK) UANG LOGAM (UL) Periode

Thn/Bln 100,000 50,000 1,000 Jumlah UK (Bilyet/Lbr)

mayoritas dana yang dikirim ke luar negeri dengan tujuan Malaysia sebesar 61,04% diikuti Singapura sebesar 36,00% dan China 2,96%. Adapun, bila dilihat dari sisi pemanfaatan dana, tujuan pengiriman uang tersebut ke luar negeri adalah untuk keperluan usaha sebesar 67,13%, untuk kegiatan lainnya sebesar 19,22% dan untuk keperluan sektor pendidikan sebesar 13,65%.

Grafik 5. 5 Perkembangan Pembelian dan Penjualan UKA oleh Money Changer di Kalimantan Barat

Grafik 5. 6 Perkembangan Transfer Dana oleh PTD di Kalimantan Barat 207.0 175.0 188.0 163.0 219.6 180.7 216.6200.7 173.9203.8160.4 124.0 214.0 175.0184.0 168.0 221.0 179.0 212.0 200.0 171.1 200.2 164.2 264.3 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0 400.0 450.0

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017 Rp M ili ar Pembelian Penjualan 18.3 14.8 16.1 16.0 16.7 16.8 18.4 13.1 16.3 18.2 26.6 38.3 13.8 11.6 10.1 11.0 11.8 11.1 11.9 7.9 11.3 12.7 19.8 19.4 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Rp

M

ili

ar

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 79

BOKS-1

YOK KITE MENGENAL GERBANG PEMBAYARAN NASIONAL

Bank Indonesia menerbitkan Peratuaran Anggota Dewan Gubernur No. 19/10/PADG/2017 tanggal 20 September 2017 tentang Gerbang Pembayaran Nasional/National Payment Gateway (PADG GPN). PADG GPN merupakan aturan pelaksanaan dari Peraturan Bank Indonesia No. 19/8/PBI/2017 tentang GPN.

Gambar B1.1. Logo Gerbang Pembayaran Nasional (GPN)

Dasar Pengaturan GPN oleh Bank Indonesia

Dalam Undang-Undang (UU) No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dalam UU No. 6 tahun 2009, salah satu tugas pokok Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran (Ps.8). Guna mewujudkan mandat tersebut secara optimal, Bank Indonesia membangun Arsitektur Fungsi Strategis Bank Indonesia (AFSBI) Sistem Pembayaran Nasional 2014-2020. Salah satu pilar utama untuk memperkuat fungsi Sistem Pembayaran (SP) adalah infrastruktur pembayaran yang handal dan aman. Dengan demikian, untuk mencapai infrastruktur pembayaran yang handal dan aman, Bank Indonesia memanifestasikan salah satu peraturan dalam Sistem Pembayaran, yakni peraturan mengenai GPN.

Gambar B1.2. Arsitektur Fungsi Strategis Bank Indonesia (AFSBI) Sistem Pembayaran Nasional 2014-2020

Latar Belakang Pembangunan GPN

Terdapat beberapa permasalahan pokok di industri SP Ritel Nasional yang melatarbelakangi pembuatan GPN. Salah satunya adalah kondisi dimana terlalu banyaknya platform sehingga industri cenderung eksklusif atau fragmented. Implikasinya adalah sharing investasi rendah, interkoneksi terbatas, dan biaya operasional tidak efisien.

Gambar B4.2

Tabel B1.1. Kondisi dan Pokok Permasalahan Sistem Pembayaran Ritel Nasional Untuk mengurangi dampak negatif dari kondisi dan pokok permasalahan tersebut, Bank Indonesia membangun GPN sebagai solusi dalam industri SP Ritel Nasional.

Sasaran dan pertimbangan membangun GPN

Terdapat empat sasaran dan pertimbangan membangun GPN, yaitu:

1. Tujuan dari GPN adalah mewujudkan interopebilitas sistema pembayaran nasional yang lancar, aman, efisien, dan andal melalui interkoneksi switching.

2. GPN merupakan infrastruktur utama pemrosesan transaksi domestik, baik untuk masyarakat maupun pemerintah sebagai Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), Bansos nontunai, P2G, elektronifikasi jalan tol dan moda transportasi, keuangan inklusif serta

e-commerce nasional dengan mengedepankan prudential principles dan perlindungan

konsumen.

3. Menjaga ketersediaan dan integritas data transaksi pembayaran nasional untuk mendukung transmisi kebijakan moneter yng efektif, mendukung efisiensi intermediasi, dan resiliensi sistem keuangan.

4. Mengoptimalkan infrastruktur yang telah ada melalui sharing infrastucture untuk efisiensi.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 81

(NPG) sehingga dapat tercapai interkoneksi dan interoperabilitas dalam ekosistem sistem pembayaran nasional. GPN (NPG) menata dan mengoptimalkan infrastruktur yang telah ada, menyususn struktur dan fungsi kelembagaan agar tercipta suatu mekanisme sistem pembayaran nasional yang mampu memproses seluruh transaksi pembayaran ariatel domestik secara interkoneksi dan interoperabilitas.

Gambar B1.3. Pengertian Interkoneksi dan Interoperabilitas

Pokok-pokok pengaturan dalam GPN GPN mengatur tentang:

1. Interkoneksi lintas switching: bank indonesia menetapkan interkoneksi antar switch

sebagai model switching GPN yang paling sesuai dengan kondisi industri sistem pembayaran indonesia.

2. Interoperabilitas instrumen dan kanal pembayaran: kondisi dimana instrumen/kartu pembayaran ritel dapat diterima dan diproses pada berbagai devices mesin ATM/EDC/POS dan POS.

Gambar B1.4. Interoperabilitas Instrumen dan Kanal Pembayaran

Interkoneksi

Interkoneksi adalah kondisi

dimana antar sistem

/teknis/infrastruktur dapat saling terhubung, dapat saling bicara, dan dapat saling memproses.

Interoperabilitas

Interoperabilitas adalah kondisi dimana instrumen dapat diterima/diproses di berbagai kanal/device pembayaran (ATM, EDC, Payment Gateway)

Tidak Interkoneksi Saling Interkoneksi

Switch A Switch Aj Switch R Switch A Switch Aj Switch R

Tidak Interoperabel Saling Interoperabel

A EDC Bank B B A EDC Bank B B

Kartu hanya dapat diproses dengan kanal pembayaran yang sama

Kanal pembayaran dapat menerima berbagai kartu

Sebelum NPG Setelah NPG

• satu merchant lebih sedikit EDC • EDC dapat memproses seluruh kartu

*) EDC: Electronic Data Captured , merupakan alat untuk memproses transaksi pembayaran

• Satu merchant banyak EDC (tidak efisien)

•Tidak semua kartu dapat diproses di seluruh EDC

3. Skema Harga/Pricing

Harga ditetapkan dengan mempertimbangkan prinsip sebagai berikut:

a. Mendorong perluasan akseptasi, efisiensi, kompetisi, layanan, dan inovasi;

b. Didasarkan pada aspek cost of recovery di tambah margin yang wajar, risiko, dan kenyamanan; dan

c. Penetapan besaran dan struktur tarif dan bea.

Tabel B1.2. Skema Harga Sebelum dan Sesudah NPG

Sebelum NPG Setelah NPG Tujuan

Biaya Top Up U-Nik

On Us Belum diatur Top Up ≤ Rp. 200.000,-: gratis Top Up > Rp. 200.000,-: max.Rp750,- (Rp0 sampai dengan Rp750) Menjaga kompetisi bisnis yang sehat

Off Us Rp. 4.000,- (mobile apps) Rp. 6.500,- (ATM) Max. Rp. 1.500,- (Rp0 sampai dengan Rp1500 Mendorong interoperabilitas infrastruktur lintas bisnis Mitra Rp. 1.000,- s.d. Rp. 2.000,- Mendorong keseragaman biaya, mendorong penggunaan U-Nik Biaya Purchase Kartu Debit (Merchant)

Ada capping max On & Off Us s.d. 3,5% dari

transaksi Reguler On Us 0%, Off Us 1% Pendidikan On Us 0,15%, Off Us 0,75% SPBU On Us 0,15%, Off Us 0,5% G2P, P2G, Donasi (nirlaba) 0% Mendorong transaksi non tunai MCC Khusus On & Off Us (SPBU, Sekolah, BANSOS, G2P) s.d. 3,25% dari transaksi Memudahkan penerimaan bansos, mendorong transaksi non tunai Keterangan:

(1) Metode Top Up Off Us Elektronik adalah transaksi top up menggunakan kartu dan kanal pembayaran dari Bank yang berbeda tanpa mitra.

(2) Metode Top Up Mitra adalah transaksi top up yang dilakukan dia merchant mitra.

a. Metode Top Up Mitra On Us adalah transaksi top up yang dilakukan menggunakan kartu dan kanal pembayaran Bank yang sama melalui mitra.

b. Metode Top Up Mitra Off Us adalah transaksi top up yang dilakukan menggunakan kartu dan kanal pembayaran dari Bank yang berbeda melalui mitra.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 83

BOKS-2 PONTIANAK GO CASHLESS..!!!

(Perkembangan Transaksi Non Tunai Pembelian BBM di SPBU Kota Pontianak)

Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) adalah gerakan penggunaan alat pembayaran non tunai yang dicanangkan Bank Indonesia pada tanggal 14 Agustus 2014. GNNT bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran sekaligus meningkatkan penggunaan non tunai di kalangan masyarakat, pelaku bisnis, dan lembaga-lembaga pemerintah, sehingga berangsur-angsur terbentuk suatu komunitas atau masyarakat yang lebih menggunakan instrumen non tunai khususnya dalam melakukan transaksi atas kegiatan ekonominya. Dalam rangka mewujudkan sistem pembayaran yang efisien, aman dan andal dengan tetap menjunjung tinggi aspek perlindungan konsumen, memperhatikan perluasan akses dan kepentingan nasional, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat bekerja sama dengan Pemerintah Kota Pontianak dan PT. Pertamina serta didukung oleh sepuluh bank umum di Kota Pontianak untuk meningkatkan elektronifikasi pembelian BBM secara non tunai di seluruh SPBU Pertamina di Kota Pontianak melalui penandatangan perjanjian kerjasama pada tanggal 16 September 2017 yang efektif pada per 1 Januari 2018. Boks ini mencoba melihat seberapa berkembang transaksi non tunai pembelian BBM di seluruh SPBU Pertamina di Kota Pontianak dari masa uji coba (Desember 2017) hingga masa efektif (Januari 2018).

Perkembangan Transaksi Non Tunai Pembelian BBM

Alat pembayaran non tunai terbagi dalam dua jenis yaitu Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan Uang Elektronik. APMK adalah instrumen pembayaran non tunai dalam bentuk kartu ATM/Debit dan Kartu Kredit. Sedangkan Uang Elektronik adalah uang yang disimpan dalam bentuk elektronik/digital pada media server atau chip seperti milik Bank Mandiri (e-money), Bank BCA (Flazz), Bank BRI (Brizzi), Bank BNI (Tapcash), dan Bank BTN (Blink). Saat ini baru empat bank umum yang telah menyediakan infrastruktur transaksi non tunai di seluruh SPBU Pertamina di Pontianak yaitu Bank Mandiri, Bank BCA, Bank BRI, dan Bank BNI.

Berdasarkan data monitoring harian transaksi non tunai pembelian BBM di 21 SPBU Pertamina di Kota Pontianak yang didapat dari PT. Pertamina (grafik 1) bahwa pergerakan transaksi non tunai memiliki tren yang meningkat dari masa uji coba (Desember 2017) hingga masa efektif penggunaan uang elektronik (Januari 2018). Secara rata-rata transaksi non tunai pembelian BBM pun terjadi peningkatan dari Bulan Desember 2017 yaitu sebesar Rp181.360.172,- menjadi Rp449.363.224,- pada Bulan Januari 2018 (Grafik 2). Hal ini menunjukkan bahwa komitmen Bank Indonesia bersama Pemerintah Kota Pontianak, PT. Pertamina, serta bank umum di Pontianak dalam mendukung GNNT pada transaksi BBM pada SPBU di Kota Pontianak sudah berjalan dengan baik namun belum optimal.

Mengapa Uang Elektronik?

Uang elektronik adalah uang yang digunakan dalam transaksi melibatkan penggunaan jaringan komputer atau dengan cara elektronik. Uang elektronik memiliki nilai tersimpan (stored-value) atau prabayar (prepaid) dimana sejumlah nilai uang disimpan dalam suatu media elektronik yang dimiliki seseorang. Nilai tersebut akan berkurang pada saat konsumen menggunakannya untuk pembayaran.

Uang elektronik berbeda dengan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK). Perbedaan mendasar yaitu uang elektronik bersifat prepaid, sedangkan APMK bersifat akses seperti kartu Debet/ATM dan Kartu Kredit. Keuntungan dari penggunaan uang elektronik, yaitu

a. Transaksi jadi lebih cepat. Hanya dengan meletakkan kartu pada mesin, secara otomatis transaksi user sudah tercatat sehingga user bisa lebih hemat waktu.

b. Praktis. Jenis uang elektronik yang banyak beredar umumnya memberi limit pengisian hingga Rp1.000.000. User bisa melakukan transaksi di berbagai merchant yang menyediakan fasilitas ini tanpa harus repot membawa uang tunai.

c. Bebas masalah uang kembalian. Anda hanya akan membayar sesuai jumlah yang tertera tanpa perlu repot mengkhawatirkan soal ketersediaan uang kembalian.

Transaksi Pembelian BBM Non Tunai, Sudah Optimalkah? 100.000.000 200.000.000 300.000.000 400.000.000 500.000.000 600.000.000 700.000.000 800.000.000 1 Des 3 Des 5 Des 7 Des 9 Des 11 Des 13 Des 15 Des 17 Des 19 Des 21 Des 23 Des 25 Des 27 Des 29 Des 31 Des 2 Jan 4 Jan 6 Jan 8 Jan 10 Jan 12 Jan 14 Jan 16 Jan 18 Jan 20 Jan 22 Jan 24 Jan 26 Jan 28 Jan 30 Jan BRI Mandiri BNI BCA

Grafik B2.1. Perkembangan Transaksi Non Tunai Pembelian BBM di SPBU Kota Pontianak, Desember 2018-Januari 2017

181.360.172

449.363.224

Desember 2017 Januari 2018

Grafik B2.2. Rata-rata Transaksi Non-Tunai di SPBU Kota Pontianak

Gambar B2.1. Desain Uang Elektronik Pontianak GoCashless

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 85

Hal-hal yang perlu dilakukan agar meningkatkan transaksi pembelian BBM secara non tunai di seluruh SPBU Pertamina di Kota Pontianak yaitu,

a. Edukasi dan Sosialisasi

Berdasarkan pengalaman bank sentral anggota SEACEN tentang uang elektronik terlihat bahwa salah satu tantangan yang dihadapi oleh hampir seluruh bank sentral adalah upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mulai sedikit demi sedikit mengurangi penggunaan uang tunai dan melakukan pembayaran secara non tunai. Pembelian BBM dilakukan secara non tunai mulai Januari 2018 pun dirasa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui. Oleh karena itu kepada masyarakat perlu diberikan edukasi dan sosialisasi tentang kebijakan pembelian BBM secara non tunai yang diterapkan di seluruh SPBU Pertamina di Kota Pontianak serta alasan mengapa transaksi secara tunai perlu mulai dikurangi terutama berkaitan dengan cash handling baik bagi masyarakat maupun merchant sehingga menimbulkan beban bagi perekenomian, kesehatan/kebersihan, segi efisiensi, kepraktisan dan permasalahan lainnya. Begitupun kepada petugas SPBU Pertamina, edukasi diberikan terkait bagaimana cara melakukan pembayaran secara non tunai dalam membeli BBM.

b. Memperkuat Infrastruktur dan Koneksi Jaringan Internet

Penggunaan non tunai salah satunya uang elektronik yaitu untuk mempercepat transaksi. Hal tersebut dikarenakan penggunaan uang elektronik hanya dengan meletakkan kartu pada mesin, secara otomatis transaksi Anda sudah tercatat sehingga Anda bisa lebih hemat waktu tanpa perlu menunggu uang kembalian. Namun hal tersebut dapat memperlambat transksi apabila infrastruktur yang tersedia seperti reader machine uang elektronik dan koneksi jaringan internet mengalami gangguan. c. Strategi SPBU membuat dua jalur pengisian

Dua jalur pengisian dilakukan dimana satu untuk pembelian menggunakan uang tunai, dan satu lagi khusus untuk non tunai. Hal ini akan menjadi pembanding agar pelanggan dapat melihat bahwa antrian di jalur penggunaan uang elektronik lebih sedikit karena secara operasional lebih cepat.

Ketiga hal tersebut dapat diterapkan ke SPBU yang memiliki sedikit transaksi non tunai (grafik 4), seperti pada SPBU Jeruju, SPBU Pal 5, SPBU Martadinata, serta SPBU Merdeka, agar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mendukung GNNT.

0% 20% 40% 60% 80% 100% 1 Des 3 Des 5 Des 7 Des 9 Des 11 Des 13 Des 15 Des 17 Des 19 Des 21 Des 23 Des 25 Des 27 Des 29 Des 31 Des

2 Jan4 Jan6 Jan8 Jan 10 Jan 12 Jan 14 Jan 16 Jan 18 Jan 20 Jan 22 Jan 24 Jan 26 Jan 28 Jan 30 Jan Cashless

Grafik B2.3. Proporsi Transaksi Non Tunai Pembelian BBM di SPBU Kota Pontianak, Desember 2017-Januari 2018

Dikutip dari Berbagai Sumber (PT. Pertamina Region VI Kalimantan, Cabang Pontianak dan berb agai informasi anecdotal lainnya) Grafik B2.4. Total Transaksi Non Tunai Pembelian BBM di Seluruh SPBU Kota Pontianak