• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan dengan Provinsi Lain di Kalimantan

BAB 6 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

6.3.2 Perbandingan dengan Provinsi Lain di Kalimantan

Setelah sebelumnya menjadi provinsi dengan NTP terendah di wilayah Kalimantan, peningkatan NTP pada triwulan IV 2017 membuat Kalimantan Barat menjadi daerah dengan NTP tertinggi kedua di wilayah Kalimantan. Provinsi Kalimantan Tengah (99,16) merupakan daerah dengan NTP tertinggi di wilayah Kalimantan sepanjang 2017. Relatif terhadap nasional, NTP seluruh provinsi di wilayah Kalimantan berada di bawah NTP nasional

2018

I II III IV I II III IV Jan qtq yoy

1. Indeks Harga Yang Diterima Petani 115.23 117.61 117.07 120.57 122.42 119.87 123.52 124.64 126.31 0.91 3.38 1.1. Padi Palawija 120.23 120.66 120.19 122.42 121.68 120.84 120.28 124.45 125.50 3.47 0.84 1.2. Hortikultura 125.89 129.69 126.20 126.69 132.64 127.09 127.36 126.63 128.88 -0.57 1.78 1.3. Perkebunan Rakyat 108.15 112.40 112.26 119.19 123.02 118.06 127.54 126.61 129.17 -0.73 2.02 1.4. Peternakan 113.14 113.95 114.40 114.32 114.51 115.39 116.02 117.25 117.48 1.06 0.20 1.5. Perikanan 122.82 125.11 124.10 124.83 124.01 126.57 127.47 127.56 129.35 0.07 1.40 1.5.1. Perikanan Tangkap 126.08 129.12 127.65 128.01 126.66 129.87 131.45 131.63 134.82 0.14 2.42 1.5.2. Perikanan Budidaya 117.97 119.14 118.80 120.08 120.07 121.65 121.55 121.49 121.18 -0.05 -0.26 2. Indeks Harga Yang Dibayar Petani 121.64 122.48 123.46 124.11 125.66 126.56 127.05 127.32 128.38 0.21 2.59 2.1. Padi Palawija 123.38 124.42 125.52 126.16 127.81 128.97 129.51 129.76 130.79 0.19 0.79 2.2. Hortikultura 122.49 123.15 123.95 124.64 126.06 127.12 127.37 127.57 128.68 0.16 0.87 2.3. Perkebunan Rakyat 121.18 122.13 123.05 123.66 125.19 125.89 126.33 126.59 127.70 0.21 0.88 2.4. Peternakan 118.42 118.82 119.93 120.68 122.26 123.13 123.72 124.17 125.03 0.36 0.69 2.5. Perikanan 120.73 120.74 121.32 121.89 123.04 123.46 124.16 124.48 125.63 0.26 0.92 2.5.1. Perikanan Tangkap 121.79 121.41 122.04 122.54 123.60 124.04 124.67 125.01 126.10 0.27 0.87 2.5.2. Perikanan Budidaya 119.15 119.74 120.26 120.91 122.21 122.60 123.40 123.68 124.93 0.23 1.01 3. Nilai Tukar Petani 94.73 96.02 94.82 97.15 97.42 94.71 97.22 97.89 98.39 0.69 0.76 3.1. Padi Palawija (NTPP) 97.45 96.98 95.76 97.03 95.21 93.70 92.87 95.91 95.96 3.27 0.05 3.2. Hortikultura (NTPH) 102.77 105.32 101.82 101.64 105.22 99.98 99.99 99.26 100.16 -0.73 0.90 3.3. Perkebunan Rakyat (NTPR) 89.25 92.03 91.23 96.39 98.26 93.78 100.96 100.02 101.15 -0.93 1.13 3.4. Peternakan (NTPT) 95.54 95.90 95.39 94.73 93.66 93.71 93.78 94.43 93.96 0.70 -0.50 3.5. Perikanan (NTPN) 101.74 103.62 102.29 102.41 100.79 102.52 102.67 102.48 102.96 -0.18 0.47 3.5.1. Perikanan Tangkap 103.52 106.35 104.60 104.46 102.48 104.70 105.44 105.29 106.92 -0.14 1.54 3.5.2. Perikanan Budidaya 99.02 99.50 98.79 99.32 98.25 99.23 98.50 98.23 97.00 -0.27 -1.25 No Uraian 2016 2017 Perubahan (%)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 95

di Kalimantan. Sementara itu, tidak terdapat subsektor yang mengalami peningkatan secara bersama-sama di seluruh wilayah Kalimantan pada triwulan IV 2017 ini.

Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah

Grafik 6. 8 Pergerakan NTP Provinsi Kalimantan

Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah

Grafik 6. 9 Perbandingan NTP Sublapangan Usaha Padi dan Palawija antar Provinsi di Kalimantan Tabel 6. 7 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan dan Nasional

Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah

Inflasi Pedesaan

Indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 130,35 atau meningkat sebesar 0,39% (qtq) dibandingkan dengan IKRT pada triwulan sebelumnya (130,21). Inflasi pedesaan di Kalimantan Barat pada triwulan II 2017 secara umum bersumber dari peningkatan harga yang terjadi pada kelompok komoditas Perumahan serta Transportasi dan Komunikasi dengan peningkatan masing-masing sebesar 0,73% (qtq) dan 0,71% (qtq).

Tabel 6. 8 Perkembangan Inflasi Pedesaan Kalimantan Barat Desember 2017

Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah

I II III IV I II III IV I II III IV Sep 2017 (qtq) Des 2016 (yoy)

97.5 96.68 96.3 96.03 94.73 96.02 94.82 97.15 97.42 94.71 97.22 97.89 0.69% 0.76% 98.75 98.6 98.62 97.74 96.42 98.12 97.67 98.81 100.14 97.19 98.54 99.16 0.63% 0.35% 101.06 100.60 99.77 99.03 97.67 97.04 96.86 97.84 97.38 96.06 96.09 96.35 0.27% -1.52% 99.73 97.66 98.54 97.31 97.46 98.50 98.64 98.56 98.25 96.29 96.17 97.28 1.15% -1.30% 101.53 100.52 102.33 102.83 101.32 101.47 102.02 101.49 99.95 100.53 102.22 103.06 0.82% 1.55% Nasional Pertumbuhan thd Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur & Utara

PROVINSI 2015 2016 2017

I II III IV I II III IV I II III IV Sep 2017 (qtq) Des 2016 (yoy) 1 Konsumsi Rumah Tangga 118.21 120.78 121.99 121.79 124.12 125.25 126.43 127.20 128.78 129.71 130.21 130.35 0.11% 2.48% 2 Bahan Makanan 122.89 126.45 127.52 126.10 130.73 132.67 134.41 135.19 136.08 137.02 137.35 136.73 -0.45% 1.14% 3 Makanan Jadi 114.67 116.27 118.02 119.40 121.32 124.12 125.56 126.44 129.50 130.06 130.52 131.17 0.50% 3.74% 4 Perumahan 111.14 111.57 112.22 112.34 113.19 113.75 114.11 114.51 117.05 118.83 119.70 120.83 0.94% 5.52% 5 Sandang 116.79 118.76 121.11 123.39 124.53 125.33 126.21 128.39 129.61 131.53 132.45 132.71 0.20% 3.36% 6 Kesehatan 116.06 117.64 119.35 120.23 122.26 123.81 124.68 125.72 127.03 127.63 128.16 128.80 0.50% 2.45% 7 Pendidikan, & Olah Raga 104.68 104.89 106.02 106.09 106.43 106.76 107.04 107.21 107.44 108.61 108.74 110.58 1.69% 3.14% 8 Transportasi dan Komunikasi 119.52 123.55 124.24 124.11 121.05 116.87 116.74 117.23 118.52 118.98 119.82 120.22 0.33% 2.55%

Komponen 2015 2016 2017 Perbandingan Des 2017

Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah

Grafik 6. 10 Perbandingan Inflasi Pedesaan Kalimantan Barat dan Nasional (mtm)

Profil Kemiskinan dan Pemerataan Penduduk Kalimantan Barat

Persentase penduduk miskin di Kalimantan Barat periode September 2017 tercatat sebesar 7,86% dan mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu September 2016 yang sebesar 8,00%. Persentase penduduk miskin tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional yang sebesar 10,17% tetapi masih merupakan yang tertinggi dibandingkan provinsi lain di Kalimantan.

Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah

Grafik 6. 11 Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Kalimantan dan Nasional

Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah

Grafik 6. 12 Perkembangan Presentase Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat

Penduduk miskin di Kalimantan Barat pada September 2017 berjumlah 388.810 jiwa atau menurun dibandingkan September 2016 yang berjumlah 390.320 jiwa. Penduduk miskin tersebut mayoritas berada di pedesaan dengan jumlah sebesar 304.920 jiwa. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di perkotaan berjumlah 83.890 jiwa. Penurunan jumlah penduduk miskin di Kalimantan Barat terutama bersumber dari penurunan yang terjadi di

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 97

Indeks Pembangunan Manusia

20

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalimantan Barat berada pada tren yang meningkat. IPM Provinsi Kalimantan Barat meningkat sebesar 0,44% (yoy) dari 65,59 pada tahun 2015 menjadi 65,88 pada tahun 2016. Berdasarkan perkembangan tersebut, status pembangunan manusia Provinsi Kalimantan Barat berada dalam kategori sedang (nilai IPM 60-70). Kendati mengalami peningkatan, IPM Kalimantan Barat tercatat masih berada di bawah IPM nasional yang sudah mencatatkan status pembangunan manusia kategori tinggi (nilai IPM 70-80), dengan nilai IPM 70,18 meningkat dibandingkan IPM tahun 2015 yang sebesar 69.55.

Grafik 6. 13 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kalimantan Barat

Dibandingkan antar provinsi di wilayah Kalimantan, IPM Kalimantan Barat secara persisten merupakan IPM terendah. Sementara itu, IPM tertinggi di wilayah Kalimantan terdapat di wilayah Kalimantan Timur dan berada pada kategori IPM sedang (nilai IPM 70-78). Sejalan dengan tren perbaikan IPM yang terjadi dari tahun ke tahun, IPM seluruh provinsi di wilayah Kalimantan mengalami peningkatan IPM pada tahun 2016. Peningkatan IPM tertinggi pada tahun 2016 terdapat pada wilayah Kalimantan Selatan, sementara di sisi lain IPM Kalimantan Barat tercatat mengalami pertumbuhan IPM terendah.

Tabel 6. 9 Perbandingan IPM Antar Provinsi di Wilayah Kalimantan

20 Nilai IPM yang digunakan merupakan angka IPM dengan menggunakan metode perhitungan IPM Tahun 2010. Terdapat penambahan komponen perhitungan pada aspek pendidikan, yakni lama sekolah. Sementara itu, komponen yang diperhitungkan pada aspek standar hidup diubah menjadi PNB per kapita dari sebelumnya PNB per kapita. Metoda agregasi indeks juga mengalami perubahan dari rata-rata hitung (aritmatik) pada IPM standar perhitungan tahun 2000 menjadi rata-rata ukur (geometrik) pada IPM tahun 2010 61.97 66.53 62.35 67.09 63.41 67.7 64.3 68.31 64.89 68.9 65.59 69.55 65.88 70.18 56 58 60 62 64 66 68 70 72 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kalimantan Barat Nasional

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Kalimantan Barat 61.97 62.35 63.41 64.3 64.89 65.59 65.88 0.44 Kalimantan Tengah 65.96 66.38 66.66 67.41 67.77 68.53 69.13 0.88 Kalimantan Selatan 65.2 65.89 66.68 67.17 67.63 68.38 69.05 0.98 Kalimantan Timur 71.31 77.02 72.62 73.21 73.82 74.17 74.59 0.57 Kalimantan Utara - - - 67.99 68.64 68.76 69.2 0.64 Nasional 66.53 67.09 67.70 68.31 68.90 69.55 70.18 0.91

Indeks Pembangunan Manusia

Provinsi g 2016 Vs. 2015

Peningkatan yang terjadi pada IPM Kalimantan Barat pada tahun 2016 utamanya didorong oleh peningkatan pada dimensi pengetahuan, yaitu komponen Harapan Lama Sekolah (HLS). Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Pada tahun 2016, HLS di Kalimantan Barat adalah sebesar 12,37 hal ini dapat diartikan bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk berada pada jenjang pendidikan formal hingga 12,37 tahun atau hingga lulus SMA/SMK. Sejalan dengan peningkatan pada HLS, RLS di wilayah Kalimantan Barat turut menunjukkan peningkatan dari 6,93 tahun pada 2015 menjadi 6,98 tahun pada 2016. Berdasarkan indikator ini diketahui bahwa rata-rata penduduk usia 25 tahun ke atas telah mengenyam pendidikan hingga kelas VII atau setara dengan SMP Kelas I.

Tabel 6. 10 Perkembangan IPM Kalimantan Barat Berdasarkan Komponennya

Secara spasial, saat ini hanya terdapat dua wilayah di Kalimantan Barat dengan status pembangunan manusia tinggi (nilai IPM 70-80), yaitu Kota Pontianak dan Kota Singkawang dengan nilai IPM masing-masing 77.63 dan 70.10. Sementara itu, status pembangunan manusia di dua belas wilayah lainnya termasuk dalam klasifikasi sedang (nilai IPM 60-70).

Gambar 6.2 Sebaran IPM Kalimantan Barat Tahun 2017

Tabel 6. 11 Perkembangan IPM Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Angka harapan hidup saat lahir (AHH) Tahun 69.06 69.26 69.46 69.66 69.76 69.87 69.90 Harapan lama sekolah (HLS) Tahun 10.79 10.80 11.11 11.60 11.89 12.25 12.37 Rata-rata lama sekolah (RHS) Tahun 6.27 6.32 6.62 6.69 6.83 6.93 6.98 Pengeluaran per kapita disesuaikan Rp 000 7,654 7,825 8,002 8,127 8,175 8,279 8,348

IPM 61.97 62.35 63.41 64.3 64.89 65.59 65.88

Pertumbuhan IPM % 0.613 1.70 1.40 0.92 1.08 0.44

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA SATUAN 2015 2016 Kalimantan Barat 65.59 65.88 Sambas 64.14 64.94 Bengkayang 64.65 65.45 Landak 64.12 64.58 Pontianak 63.37 63.84 Sanggau 63.05 63.90 Ketapang 64.03 64.74 Sintang 64.18 64.78 Kapuas Hulu 63.73 63.83 Sekadau 62.34 62.52 Melawai 63.78 64.25 Kayong Utara 60.09 60.87 Kubu Raya 65.02 65.54

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 99

BOKS-3 KONDISI KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN BARAT

Tulisan ini mencoba menjabarkan bagian dari hasil riset yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap kualitas tenaga kerja di Kawasan Timur Indonesia (khususnya Kalimantan Barat) dengan menggunakan beberapa indikator dasar, khususnya yang terkait dengan pendidikan. Riset ini menggunakan data kualitatif tahun 2016.

Karakterisrik Umum Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk Kalimantan Barat pada tahun 2016 tercatat sebanya 4,395 juta jiwa. Dari total jumlah penduduk tersebut, sebanyak 2.505,05 juta jiwa (57%) merupakan angkatan kerja dan sisanya 1.890,93 juta jiwa (43%) bukan merupakan angkatan kerja. Bila dilihat lebih jauh lagi, maka 95,78% (2.399,37 juta jiwa) dari total angkatan kerja tersebut telah bekerja, sedang 4,22% sisanya (105,68 juta jiwa) sedang dalam kondisi menganggur. Hal tersebut mengindikasikan bahwa jumlah penduduk (utamanya yang merupakan angkatan kerja) dapat terserap dengan baik pada lapangan usaha yang tersedia dan dapat berkontribusi terhadap kegiatan ekonomi Kalimantan Barat.

Sumber: BPS, diolah

Grafik B3.1 Pangsa Penduduk Usia Kerja dan Bukan Usia Kerja Kalimantan Barat

Sumber: BPS, diolah

Grafik B3.2 Pangsa Jumlah Angkatan Kerja Kalimantan Barat

Namun demikian, terdapat permasalahan struktural terkait kualitas sumber daya manusia di Kalimantan Barat, utamanya terkait dengan pendidikan. Beberapa indikator di bawah (tingkat buta huruf, lama tahun pendidikan, tingkat partisipasi pendidikan dan Indeks Pembangunan Manusia) menunjukkan bahwa Kalimantan Barat masih berada di bawah daerah lainnya baik di Pulau Kalimantan maupun Kawasan Indonesia Timur secara keseluruhan.

Sumber: BPS, diolah

Grafik B3.3 Tingkat Buta Huruf Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Kalimantan Barat

Sumber: BPS, diolah

Grafik B3.4 Lama Tahun Pendidikan Kalimantan Barat

Sumber: BPS, diolah

Grafik B3.5 Tingkat Partisipasi Sekolah Kalimantan Barat

Sumber: BPS, diolah

Grafik B3.6 Indeks Pembangunan Manusia Kalimantan Barat

Karakteristik Tenaga Kerja Kalimantan Barat

Tenaga kerja di Kalimantan Barat masih di dominasi oleh tenaga kerja berpendidikan rendah, lebih tinggi di antara wilayah lainnya di Kalimantan maupun secara nasional. Secara sektoral, tenaga kerja yang berpendidikan rendah sebagian besarnya diserap oleh sektor pertanian.

Sumber: BPS, diolah

Grafik B3.7 Struktur Tenaga Kerja Berdasar

Sumber: BPS, diolah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 101

Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan Ketenagakerjaan

Sektor pertanian merupakan sektor dominan bagi perekonomian Kalimantan Barat. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kalimantan Barat dan jumlah serapan tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki pangsa tertinggi terhadap PDRB Kalimantan Barat tahun 2016, yaitu sebesar 22,60%. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar Kalimantan Barat, mencapai 48,63%. Dengan kondisi tersebut, kinerja sektor pertanian akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat secara umum.

Sumber: BPS, diolah

Grafik B3.7 Pangsa PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Kalimantan Barat

Namun apabila membandingkan antara PDRB yang dihasilkan dengan serapan tenaga kerjanya, maka sektor pertanian di Kalimantan Barat merupakan sektor dengan produktivitas paling rendah diantara sektor-sektor lainnya. Produktivitas sektor pertanian di Kalimantan Barat hanya 24,01%, sedangkan sektor dengan produktivitas tertinggi di Kalimantan Barat diantaranya adalah sektor jasa keuangan, industri pengolahan dan pengangkutan dan komunikasi dengan produktivitas masing-masing 169,58%, 155,91% dan 153,78%.

Sumber: BPS, diolah

Grafik B3.5 Tingkat Partisipasi Sekolah Kalimantan Barat

Sumber: BPS, diolah

Grafik B3.6 Indeks Pembangunan Manusia Kalimantan Barat

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan ketenagakerjaan di Kalimantan Barat adalah masih rendahnya produktivitas tenaga kerja di sektor utama, yaitu sektor pertanian. Meskipun sektor pertanian menyerap hampir separuh tenaga kerja yang tersedia di pasar tenaga kerja Kalimantan Barat, namun hal tersebut belum mampu mendorong produktivitas sektor pertanian. Hal ini terkonfirmasi dari tingkat produktivitas sektor pertanian yang paling rendah dibandingkan sektor ekonomi lainnya di Kalimantan Barat. Kualitas tenaga kerja di sektor pertanian yang tergolong rendah menjadi penyebab rendahnya produktivitas sektor pertanian. Namun demikian, perlu diperhatikan juga bahwa memang hanya sektor pertanian yang menyediakan jenis pekerjaan yang tidak mensyaratkan keahlian/keterampilan khusus bagi tenaga kerjanya, seperti buruh tani/kebun. Implikasinya, serapan tenaga kerja dengan kualitas yang tergolong rendah masih cukup tinggi di Kalimantan Barat.