• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Pengembangan Akses Keuangan dan

UMKM

Pada triwulan IV 2017, DPK perbankan Kalimantan Barat tumbuh 11,84%

(yoy) dengan total nominal sebesar Rp51,87 triliun. Sedangkan kredit berlokasi

di Kalimantan Barat tumbuh sebesar 7,75% (yoy) dengan posisi baki debet

sebesar Rp68,29 triliun. Risiko kredit pun berada di bawah batas aman dengan

rasio NPL sebesar 1,87%, lebih rendah dari triwulan III 2017 dengan NPL yang

sebesar 2,50%.

Perkembangan Perbankan Secara Umum

9

Posisi dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh perbankan Kalimantan Barat pada akhir triwulan IV 2017 adalah sebesar Rp51,87 triliun. Jumlah tersebut hanya sekitar 0,98% dari total DPK Nasional yang mencapai Rp5.285 triliun. Di wilayah Kalimantan, jumlah nominal DPK perbankan Kalimantan Barat berada di posisi kedua setelah Kalimantan Timur dengan tingkat pertumbuhan terbesar kedua setelah Kalimantan Tengah.10 DPK perbankan Kalimantan Barat pada triwulan berjalan tumbuh sebesar 11,84% (yoy) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III 2017 (11,90%, yoy) namun lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV 2016 (5,18%, yoy).

Tabel 4. 1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Kalimantan Barat (Rp Triliun)

DPK perbankan Kalimantan Barat tersebut terdiri dari sebesar 97,94% (Rp50,80 triliun) dalam jenis valuta Rupiah dan sisanya sebesar 2,06% (Rp1,07 triliun) berbentuk valas. Kontribusi perbankan konvensional terhadap pengumpulan DPK adalah sebesar 95,11% (Rp49,33 triliun) yang tumbuh moderat sebesar 11,80% (yoy). Sedangkan kontribusi perbankan syariah baru sebesar 4,89% (Rp4,68 triliun) namun tumbuh tinggi sebesar 12,50% (yoy).

Grafik 4. 1Posisi Valuta DPK Perbankan Kalimantan

Barat Akhir Triwulan IV 2017 (Rp triliun)

Grafik 4. 2Perkembangan DPK Perbankan

Kalimantan Barat Berdasarkan Kegiatan Bank

Dari sisi jenis DPK, tabungan masih mendominasi dengan pangsa sebesar 56,67% diikuti oleh deposito dan giro dengan pangsa masing-masing 32,36% dan 10,97%. Tabungan mengalami pertumbuhan pada level 12,23% (yoy), sedangkan deposito mengalami

I II III IV I II III IV I II III IV

Nasional 4,198.58 4,319.75 4,464.35 4,413.24 4,468.95 4,574.67 4,604.58 4,837.13 4,916.67 5,045.62 5,142.89 5,285.73 Kalbar 39.83 42.18 43.50 44.09 43.69 45.85 45.74 46.38 47.30 49.63 51.19 51.87 Kaltim 87.80 93.50 93.91 83.74 83.28 86.74 82.43 83.78 85.41 87.37 87.59 77.81 Kalsel 37.65 40.48 41.68 38.92 40.02 43.24 42.28 41.95 43.18 46.00 47.22 44.62 Kalteng 17.74 19.18 19.48 17.83 19.82 20.65 19.49 19.95 21.67 24.06 23.18 22.48 2015 2016 2017 Cakupan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 55

pertumbuhan pada level 12,40% (yoy) dan giro tumbuh 8,28% (yoy). Sementara itu, suku bunga tertimbang (SBT) setiap jenis DPK cenderung stabil meskipun Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan Bank Indonesia 7-day (Reverse) Repo Rate (BI 7DRR)11 pada Agustus dan September 2017. Adapun besaran suku bunga acuan BI7DRR pada akhir triwulan III 2017 adalah 4,25%.

Grafik 4. 3Perkembangan DPK Perbankan di

Kalimantan Barat

Grafik 4. 4 Perkembangan SBT DPK Perbankan di Kalimantan Barat

Secara spasial, DPK Kalimantan Barat masih terpusat di Kota Pontianak baik secara nominal maupun jumlah rekeningnya. Pangsa secara nominal untuk kota tersebut mencapai 51,53% (Rp26,72 triliun) sementara dari jumlah rekening mencapai 28,78%. Selanjutnya Kabupaten Mempawah menjadi kota dengan jumlah nominal DPK terbesar kedua dengan pangsa sekitar 8,29% (Rp4,30 triliun) disusul oleh Kota Singkawang dengan pangsa sebesar 7,43% (Rp3,85 triliun). Ketiga daerah tersebut menjadi pusat konsentrasi DPK karena merupakan pusat aktivitas bisnis dan keuangan di Kalimantan Barat. Dari sisi pertumbuhan spasial, pada triwulan berjalan, Kabupaten Kubu Raya mencatatkan pertumbuhan nominal DPK tertinggi dengan tumbuh sebesar 99,37% (yoy), disusul oleh Kabupaten Sintang dan Kabupaten Kayong Utara yang masing-masing tumbuh sebesar 22,67% (yoy) dan 20,33% (yoy). Secara umum, hal ini mengindikasikan tingginya kinerja dan upaya perbankan dalam menjangkau daerah Kabupaten/Kota dan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk menyimpan dana di perbankan.

11 BI 7-day (Reverse) Repo Rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia yang baru (pengganti BI

Rate), yang mulai berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016, namun telah diumumkan pertama kali sejak tanggal 21 April 2016.

Tabel 4. 2 Perkembangan DPK Kalimantan Barat Per Kabupaten/Kota (Rp Triliun)

Dari sisi pembiayaan, pada akhir triwulan IV 2017 posisi baki debet kredit perbankan di Kalimantan Barat mencapai Rp68,29 triliun. Jumlah tersebut hanya sekitar 1,43% dari total penyaluran kredit perbankan Nasional yang mencapai Rp4.777 triliun. Sejalan dengan DPK, bila dibandingkan dengan wilayah lainnya di Kalimantan maka nilai penyaluran kredit di Kalimantan Barat berada di bawah Kalimantan Timur, sedangkan tingkat pertumbuhannya berada di bawah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Dari sisi pertumbuhan, kredit perbankan di Kalimantan Barat tumbuh 7,75% (yoy) pada triwulan berjalan, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (4,02%, yoy) namun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2016 (14,92%, yoy).

Tabel 4. 3 Perkembangan Kredit Perbankan Kalimantan Barat (Rp Triliun)

Dari total penyaluran kredit di Kalimantan Barat, sekitar Rp46,02 triliun (67,38%) yang dipenuhi oleh perbankan yang berlokasi di Kalimantan Barat. Sedangkan sisanya merupakan pembiayaan perbankan yang berlokasi di provinsi lain terutama Jakarta yang mencapai Rp15,87 triliun (23,24%) menurun Rp449 miliar dibandingkan triwulan III 2017. Namun sebaliknya, perbankan berlokasi di Kalimantan Barat menyalurkan kredit sebesar Rp1,70

I II III IV I II III IV I II III IV

PROV.KALBAR 39.73 42.08 43.33 43.94 43.58 45.69 45.74 46.38 47.30 49.63 51.19 51.87 Kab. Mempawah 3.97 4.08 4.14 4.26 4.44 4.14 4.41 4.39 4.59 4.14 4.22 4.30 Kab. Sambas 1.94 2.09 2.17 2.06 2.15 2.31 2.42 2.43 2.48 2.66 2.72 2.86 Kab. Ketapang 2.41 2.78 2.79 2.64 2.75 2.90 2.76 2.78 2.98 3.16 3.10 3.15 Kab. Sanggau 2.08 2.24 2.36 2.40 2.41 2.45 2.74 2.58 2.69 2.74 2.84 2.81 Kab. Sintang 1.62 1.80 1.82 1.77 1.94 1.97 1.90 1.89 2.00 2.16 2.17 2.32 Kab. Kapuas Hulu 1.05 1.19 1.31 1.11 1.18 1.26 1.27 1.24 1.25 1.39 1.43 1.35 Kab. Bengkayang 0.62 0.76 0.86 0.69 0.73 0.86 1.02 0.86 0.88 1.03 0.91 0.88 Kab. Landak 0.77 0.84 0.93 0.70 0.77 0.95 0.90 0.79 0.87 1.04 0.99 0.87 Kab. Sekadau 0.51 0.60 0.63 0.51 0.55 0.63 0.60 0.52 0.60 0.65 0.65 0.60 Kab. Melawi 0.62 0.70 0.76 0.59 0.68 0.77 0.72 0.62 0.73 0.85 0.77 0.74 Kab. Kayong Utara 0.24 0.29 0.31 0.18 0.24 0.24 0.24 0.17 0.24 0.25 0.28 0.20 Kab. Kubu Raya 0.53 0.68 0.73 0.47 0.59 0.62 0.67 0.61 0.75 0.87 1.10 1.21 Kota Pontianak 20.58 21.07 21.41 23.45 21.96 23.22 22.68 24.10 23.81 25.06 26.17 26.72 Kota Singkawang 2.78 2.97 3.10 3.12 3.18 3.37 3.43 3.42 3.43 3.62 3.84 3.85

2015 2016 2017

Cakupan

I II III IV I II III IV I II III IV

Nasional 3,713.54 3,861.17 3,990.46 4,092.33 4,029.92 4,200.21 4,243.80 4,413.46 4,402.97 4,526.61 4,580.52 4,777.76 Kalbar 47.78 50.38 52.57 55.15 56.06 60.81 63.84 63.38 64.12 65.86 66.40 68.29 Kaltim 103.00 102.79 105.53 104.61 103.32 105.90 107.34 107.53 108.09 106.40 98.01 94.76 Kalsel 48.79 49.61 50.40 51.17 51.07 48.57 49.05 50.70 52.08 54.76 56.51 59.10 Kalteng 33.71 33.95 35.46 34.30 32.82 33.74 34.18 34.61 39.91 41.74 41.78 47.90 2015 2016 2017 Cakupan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 57

Grafik 4. 5 Lokasi Bank Asal Penyalur Kredit ke

Kalimantan Barat

Grafik 4. 6 Lokasi Penyaluran Kredit oleh Perbankan Asal Kalimantan Barat

Perbankan konvensional mendominasi penyaluran kredit di Kalimantan Barat. Total penyaluran kredit perbankan konvensional Rp63,58 triliun (93,11%) jauh di atas perbankan syariah yang hanya menyalurkan sebesar Rp4,71 triliun (6,89%). Kredit perbankan konvensional tumbuh 7,04% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (2,94%, yoy). Sementara itu, kredit perbankan syariah masih tetap tumbuh tinggi sebesar 18,40% (yoy) meskipun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (20,79%, yoy).

Kredit produktif mendominasi dari sisi jenis penggunaan kredit. Total sebesar Rp47,84 triliun (70,05%) merupakan kredit produktif yang terdiri dari kredit investasi sebesar Rp28,69 triliun (42,02%) serta Rp19,15 triliun (28,03%) merupakan kredit modal kerja. Adapun penyaluran kredit konsumsi adalah sebesar Rp20,45 triliun (29,95%). Lebih lanjut, dapat diperbandingkan Suku Bunga Tertimbang (SBT) kredit berdasarkan jenis penggunaan adalah kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing sebesar 10,60%, 11,13% dan 11,85%. SBT kredit investasi, modal kerja dan konsumsi sedikit mengalami penurunan bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 10,65%, 11,61% dan 12,04%.

Grafik 4. 7Kredit Perbankan di Kalimantan Barat Grafik 4. 8 SBT Kredit Perbankan di Kalimantan

Barat

Dari sisi kinerja, jumlah aset perbankan Kalimantan Barat mencapai sebesar Rp68,08 triliun, yakni tumbuh 13,82% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 13,23% (yoy). Salah satu indikator yang dapat merepresentasikan intermediasi perbankan adalah indikator tingkat loan to deposit ratio (LDR)

10.0 10.5 11.0 11.5 12.0 12.5 13.0 13.5

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Pers

en

yang pada triwulan IV 2017 berada pada level 88,70%, mengalami penurunan bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 90,04%. Faktor yang menjadi pendorong turunnya rasio LDR dimaksud adalah meningkatnya jumlah tabungan masyarakat di perbankan dan tingginya realisasi pencairan rekening giro pemerintah daerah menjelang akhir tahun anggaran.

Bila dilihat dari sisi lain, tingkat risiko kredit di Kalbar yang dicerminkan dari rasio non

performing loans (NPL) masih di bawah batas aman 5%, yakni berada di posisi 1,87%,

mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 2,50%. Secara berturut-turut tingkat NPL untuk kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi adalah 1,03%,4,11% dan 0,97% menurun bila dibandingkan NPL triwulan sebelumnya yang masing-masing adalah sebesar 1,78%, 5,18% dan 1,17%.

Grafik 4. 9 Perkembangan LDR dan NPL Perbankan di Kalimantan Barat

Grafik 4. 10Perkembangan NPL Perbankan di

Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Penggunaan

Secara spasial, dari 14 kota/kabupaten yang ada di Kalimantan Barat lebih dari seperempat penyaluran kredit disalurkan ke Kota Pontianak yakni sebesar Rp18,67 triliun (28,38%). Daerah lain yang memiliki pangsa di atas 10% hanya Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Ketapang masing masing sebesar Rp11,49 triliun (16,83%) dan Rp8,42 triliun (12,33%). Adapun daerah dengan pangsa penyaluran kredit terendah di Kalimantan Barat pada triwulan IV 2017 adalah Kabupaten Sekadau dan Kabupaten Melawi, dengan besaran kredit masing-masing Rp778 miliar (1,14%) dan Rp944 miliar (1,38%).

Dari sisi pertumbuhan kredit, Kabupaten Kubu Raya dan Melawi merupakan daerah yang paling tinggi pertumbuhannya yakni masing-masing sebesar 49,57% (yoy) dan 27,83% (yoy). Penyumbang terbesar pertumbuhan di Kabupaten Kubu Raya adalah lapangan usaha pertanian, lapangan usaha industri pengolahan dan kredit investasi. Sementara itu, lapangan usaha perdagangan menyumbang pertumbuhan kredit terbesar di Kabupaten Melawi. Lebih lanjut, Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, Kayong Utara, Landak dan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 59

Berdasarkan risiko kreditnya, Kota Singkawang dan Kabupaten Landak merupakan daerah dengan tingkat NPL berada di atas batas aman. Secara sektoral lapangan usaha, tingginya NPL di Kota Singkawang yang mencapai 12,62% yang terutama disumbangkan lapangan usaha industri pengolahan. Adapun tingginya NPL Kabupaten Landak 8,56% terutama disumbangkan oleh lapangan usaha pertanian.

Tabel 4. 4 Perkembangan Kredit di Kalimantan Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp Miliar)

Pangsa perbankan syariah di Kalimantan Barat masih relatif kecil dari sisi aset, perbankan syariah hanya memiliki aset sebesar Rp5,09 triliun atau sebesar 7,47% dari keseluruhan aset perbankan di Kalimantan Barat. Pangsa ini sedikit lebih tinggi bila dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang hanya mencatatkan 7,14%. Adapun pertumbuhan aset perbankan syariah di Kalimantan Barat pada periode triwulan berjalan adalah sebesar 7,68% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan aset perbankan syariah pada periode triwulan sebelumnya yang sebesar 10,18% (yoy).

Grafik 4. 11 Perkembangan Aset Perbankan Syariah di Kalimantan Barat

Grafik 4. 12 Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di Kalimantan Barat

Kondisi yang terjadi pada penghimpunan dana perbankan syariah juga terjadi pada penyaluran pembiayaan perbankan syariah di Kalimantan Barat, dimana penyaluran pembiayaan perbankan syariah di Kalimantan Barat masih tergolong relatif minim. Pangsa pembiayaan syariah pada triwulan berjalan hanya mencapai Rp4,71 triliun atau sekitar 6,89% dari total realisasi kredit bank umum konvensional, sedikit meningkat dibandingkan dengan

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Kalimantan Barat 56,058 60,805 63,835 63,376 64,119 65,858 66,402 68,290 3.35% 4.37% 4.63% 3.20% 3.37% 2.60% 2.50% 1.87% Kab. Mempawah 8,434 10,287 11,424 11,490 11,374 11,328 11,187 11,492 0.93% 0.94% 0.83% 1.06% 1.29% 1.08% 1.10% 0.77% Kab. Sambas 2,101 2,687 2,623 2,707 2,472 2,575 2,402 2,738 1.33% 1.13% 1.00% 0.64% 0.85% 0.77% 0.74% 0.52% Kab. Ketapang 6,705 7,077 7,093 7,061 7,185 7,685 7,802 8,417 0.39% 0.39% 0.41% 0.38% 0.54% 0.60% 0.55% 0.50% Kab. Sanggau 4,116 4,111 4,320 4,160 4,131 4,182 4,184 4,384 1.85% 1.92% 1.99% 1.45% 1.20% 1.25% 1.26% 0.96% Kab. Sintang 5,590 5,820 5,917 5,675 5,653 5,611 5,654 5,547 1.30% 1.16% 1.11% 1.03% 1.03% 1.12% 1.19% 0.97% Kab. Kapuas Hulu 2,059 2,316 2,124 2,460 2,672 2,735 2,773 2,521 0.82% 0.69% 0.73% 0.82% 0.62% 0.79% 1.09% 1.01% Kab. Bengkayang 1,134 1,319 2,653 2,206 2,159 1,743 1,696 1,635 1.70% 1.33% 0.60% 0.44% 0.70% 1.04% 0.63% 0.67% Kab. Landak 1,375 1,831 1,820 1,812 1,832 1,838 1,852 1,710 2.64% 1.78% 12.94% 12.69% 16.00% 16.06% 15.85% 8.56% Kab. Sekadau 673 682 717 697 702 723 755 779 0.95% 1.25% 1.26% 1.07% 1.11% 1.28% 1.22% 1.15% Kab. Melawi 690 717 734 739 797 820 841 945 1.80% 2.86% 2.70% 2.13% 1.92% 2.23% 2.17% 1.76% Kab. Kayong Utara 1,411 1,492 1,526 1,540 1,550 1,390 1,386 1,412 0.09% 0.11% 0.08% 0.06% 0.08% 0.12% 0.17% 0.11% Kab. Kubu Raya 1,613 2,302 2,687 3,061 3,636 4,120 4,514 4,578 0.96% 0.79% 0.64% 0.82% 0.80% 0.46% 0.69% 0.70% Kota Pontianak 15,514 15,484 15,494 16,468 16,687 18,292 18,674 19,383 1.46% 1.57% 1.98% 2.28% 2.46% 2.46% 2.84% 2.33% Kota Singkawang 4,642 4,681 4,702 3,301 3,271 2,818 2,681 2,749 27.18% 42.71% 43.21% 32.13% 32.26% 20.36% 15.97% 12.62%

2016 2017

Baki Debet Kredit (Rp Miliar)

Lokasi Proyek 2016 2017 Rasio NPL 5.09 7.68% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 1 2 3 4 5 6

I II III IV I II III IV I II III IV 2015 2016 2017

g (yoy) Rp Triliun Nominal Growth (skala kanan)

63.58 4.71 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 0 10 20 30 40 50 60 70 80

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

g (yoy) Rp Triliun Konvensional Syariah

periode triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp4,68 triliun atau sekitar 7,04% dari total realisasi kredit bank umum konvensional. Dari sisi pertumbuhan, pada periode triwulan berjalan, laju pertumbuhan pembiayaan syariah di Kalimantan Barat tumbuh 18,40% (yoy), sedikit menurun bila dibandingkan pertumbuhan pada periode triwulan sebelumnya yang sebesar 20,79% (yoy).

Dari sisi pangsa pembiayaan syariah, 46,25% (Rp2,18 triliun) pembiayaan syariah di Kalimantan Barat merupakan pembiayaan konsumsi, 27,73% (Rp1,30 triliun) digunakan untuk pembiayaan investasi dan 26,01% (Rp1,22 triliun) merupakan pembiayaan modal kerja. Pada triwulan berjalan, laju pertumbuhan pembiayaan konsumsi dan modal kerja mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 16,27% (yoy) 15,59% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 9,89% (yoy) dan 14,25% (yoy). Perkembangan pembiayaan dimaksud menunjukkan bahwa pada triwulan IV 2017 kegiatan investasi dan konsumsi masyarakat di Kalimantan Barat mengalami peningkatan.

Grafik 4. 13 Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 4. 14 Perkembangan Non Performing Finance (NPF) Pembiayaan Syariah di Kalimantan Barat

Secara spasial, pembiayaan di Kalimantan Barat terpusat di Kota Pontianak, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Mempawah. Pembiayaan syariah pada triwulan IV 2017 di Kota Pontianak tercatat sebesar Rp1.53 triliun (32,46%), Kabupaten Ketapang Rp1,11 triliun (23,64%) dan Kabupaten Mempawah Rp464,62 miliar (9,87%). Dari sisi kualitas, indikator Non Performing Finance (NPF) pembiayaan syariah di Kalimantan Barat pada triwulan IV 2017 menunjukkan bahwa kondisi pembiayaan syariah masih sangat sehat dan berada di bawah level aman 5%, yaitu sebesar 1,92%. Adapun, berdasarkan penyebaran Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat, tingkat NPF seluruh Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat berada di bawah batas aman 5%, dimana NPF tertinggi tercatat terdapat di Kabupaten Sanggau yaitu sebesar 3,24%.

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00% 45.00% 50.00% 500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Modal Kerja Investasi Konsumsi Growth (yoy) - Skala Kanan

Rp Miliar 1.92% 1.50% 1.70% 1.90% 2.10% 2.30% 2.50% 2.70% 2.90% 3.10% 3.30% 3.50%

I II III IV I II III IV I II III IV

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 61

Ketahanan Sektor Korporasi

12

Pada triwulan IV 2017, hasil wawancara liaison di Kalbar yang tercermin dalam likert scale menunjukkan bahwa penjualan domestik mengalami penurunan sebesar 0,67 poin dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 1,67 (triwulan III 2017) menjadi 1,00 (triwulan IV 2017). Meskipun demikian, optimisme pelaku usaha masih tinggi dimana hal tersebut tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), yang menunjukkan kegiatan usaha masih akan tetap tumbuh positif pada triwulan IV 2017. Di sisi lain, konsumen memperkirakan bahwa kondisi ekonomi pada triwulan IV 2017 tetap baik, sebagaimana tercermin dari perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dimana tren optimisme masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi tetap berada pada level optimis dengan indeks sebesar 118,9.

Grafik 4. 15 Perkembangan Likert Scale Penjualan Domestik

Grafik 4. 16 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Sektor Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan penjualan domestik yang melambat tercermin dari penurunan nilai likert scale, yaitu dari 2,00 poin (triwulan III 2017) menjadi 1,00 poin (triwulan IV 2017). Pertumbuhan penjualan yang melambat ini sejalan dengan hasil SKDU yang menunjukkan optimisme peningkatan dunia usaha khususnya pada sektor industri pengolahan (Grafik 6). Di sisi lain, Likert scale penjualan ekspor beserta perkiraan PDRB ekspor menunjukkan bahwa perkembangan penjualan ekspor cenderung mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya. Seluruh kontak pada sektor industri pengolahan mengalami penurunan penjualan ekspor. Penurunan penjualan kayu olahan didorong oleh menurunnya permintaan dari negara-negara lain seiring dengan peningkatan harga kayu olahan, ditengah-tengah perbaikan ekonomi global yang terbatas, serta semakin minimnya bahan baku utama.

12 Mulai triwulan I 2016, kredit kepada sektor korporasi dipersempit pengertiannya dengan mengeluarkan beberapa unsur berdasarkan golongan pemilik yakni (i) penduduk yang merupakan pemerintah pusat, pemerintah daerah serta badan-badan dan lembaga-lembaga pemerintah, (ii) bukan penduduk, dan (iii) bank. Selain itu, untuk pembahasan ketahanan sektor korporasi juga ditambahkan perhitungan DPK dengan berdasarkan penggolongan pemilik yang sama.

80 90 100 110 120 130 140 150

Jan Feb Mar Ap

r

Mei Jun Jul Ags Sep Okt

N o v D es Jan Feb Mar Ap r

Mei Jun Juli Ags

Sep t Okt No v D es 2016 2017

Grafik 4. 17 Perkembangan SKDU Industri Pengolahan Grafik 4. 18 Perkembangan Ekspor dan PDRB Ekspor

Pada periode berjalan, biaya bahan baku menunjukkan peningkatan sedangkan biaya energi dan tenaga kerja relatif menurun. Kondisi ini tercermin pergerakan likert scale

masing-masing biaya, yaitu biaya bahan baku meningkat 0,78 poin, biaya energi turun 0,12 poin, dan biaya tenaga kerja turun 0,21 poin. Biaya bahan baku meningkat dengan nilai likert

scale sebesar 1,33 poin lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,55 poin.

Peningkatan biaya bahan baku secara umum didominasi peningkatan likert scale pada sektor industri pengolahan. Pada sub sektor industri makanan dan minuman, tergambarkan peningkatan biaya bahan baku disebabkan peningkatan harga bahan baku karet pada tahun 2017 bila dibandingkan periode tahun 2016.

Grafik 4. 19 Perkembangan Likert Scale Biaya Grafik 4. 20 Perkembangan Harga Karet

Penurunan biaya energi turut mempengaruhi secara keseluruhan biaya kontak liaison dengan nilai likert scale biaya energi sebesar 0,12 poin lebih rendah menjadi 0,43 poin dibandingkan triwulan sebelumnya. Mayoritas perusahaan menyatakan penurunan biaya energi disebabkan penurunan harga solar industri yang juga dipengaruhi perkembangan harga minyak dunia.

Harga pada triwulan IV 2017 menunjukkan kondisi pertumbuhan yang melambat dimana tercermin dari nilai likert scale sebesar 0,42 poin, atau sedikit lebih rendah dari

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 63

diperkirakan akan tumbuh melambat. Mayoritas perusahaan menyatakan penyesuaian harga jual disebabkan perkembangan harga pasar, antara lain yakni:

 Peningkatan harga kendaraan: Sebagaimana siklus tahunan, terdapat peningkatan harga kendaraan pada triwulan I dan triwulan III dalam rangka penyesuaian biaya bahan baku. Adapun rata-rata peningkatan harga adalah 10%;

 Peningkatan harga rumah: Dalam rangka penyesuaian terhadap kenaikan biaya bahan baku dan tenaga kerja, perusahaan real estate melakukan penyesuaian harga jual rumah sekitar 5% (yoy);

 Penurunan harga tiket maskapai penerbangan: Penurunan harga tiket maskapai penerbangan terjadi pada triwulan IV setelah berakhirnya peak season pada triwulan II dan triwulan III (Idul Fitri dan hari besar keagamaan dan adat), serta dalam rangka promosi;

 Peningkatan harga olahan Karet: Peningkatan harga jual hasil olahan karet pada tahun 2017, dimana harga jual rata sebesar USD 1,5/Kg, lebih tinggi dibandingkan rata-rata harga pada tahun 2016 yang sebesar USD 1,4/Kg, sehingga terjadi kenaikan sekitar 7% (yoy).

Grafik 4. 21 Perkembangan Likert Scale Harga Jual dan Margin

Grafik 4. 22 Perkembangan Indeks SKDU Harga Jual

Dari sisi margin, keuntungan perusahaan cenderung mengalami pertumbuhan. Nilai likert scale untuk margin keuntungan pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 0,64 poin, sedikit meingkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 0,56 poin. Sebagian kontak menyatakan bahwa margin yang ditetapkan perusahaan tidak terlalu tinggi untuk menjaga harga jual produk tetap kompetitif. Peningkatan margin hampir terjadi pada seluruh perusahaan yang bergerak di sektor Industri Pengolahan.

Dari sisi keuangan, kondisi likuiditas perusahaan relatif mengalami penurunan. Hal tersebut terpantau dari hasil SKDU dimana saldo bersih kondisi likuiditas selama 3 bulan terakhir tercatat sebesar 51,69% lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 53,25%.

Sementara itu, pada periode Triwulan IV 2017 akses kredit meningkat dibandingkan dengan Triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari saldo bersih akses kredit selama 3 bulan terakhir sebesar 33,33% lebih tinggi dari Triwulan sebelumnya yang sebesar 30,00%.

Kondisi aset/simpanan dan pinjaman korporasi dari perbankan di Kalimantan Barat juga perlu diperhatikan untuk melihat ketahanan sektor korporasi. Pada akhir triwulan IV 2017, jumlah DPK yang berasal dari sektor korporasi pada bank yang KC/KCP-nya berada di Kalbar sebesar Rp9,53 triliun tumbuh 18,50% (yoy) mengalami penurunan dibanding pada triwulan sebelumnya sebesar 25,08% (yoy). Berdasarkan golongan pemiliknya, mayoritas DPK tersebut disumbangkan oleh sektor swasta-bukan lembaga keuangan sebesar Rp5,83 triliun, meningkat sebesar 8,30% (yoy). Pangsa terbesar berikutnya adalah milik sektor swasta-lembaga keuangan non bank dan BUMN dengan pangsa masing-masing sebesar 24,60% dan 11,37%.

Grafik 4. 23Perkembangan DPK Sektor Korporasi pada

KC/KCP berlokasi di Kalimantan Barat

Grafik 4. 24 Pangsa DPK Sektor Korporasi pada KC/KCP berlokasi di Kalimantan Barat

Sementara itu, jumlah penyaluran kredit ke sektor korporasi di Kalimantan Barat adalah sekitar 3,5 kali lipat dibandingkan DPK-nya. Penyaluran kredit kepada sektor korporasi mencapai Rp34,09 triliun atau tumbuh 7,66% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,34% (yoy). Tiga daerah terbesar yang menerima kredit korporasi adalah Kota Pontianak, Kabupaten Mempawah, dan Kabupaten Ketapang masing-masing sebesar Rp8,96 triliun, Rp7,72 triliun dan Rp5,65 triliun. Sedangkan yang terkecil adalah Kabupaten Melawi yang hanya menerima penyaluran sebesar Rp53,41 miliar. Dari sisi lapangan usaha, mayoritas penyaluran kredit korporasi ke lapangan usaha pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan dengan pangsa 62,87% diikuti oleh lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran dengan pangsa 10,85% dari total kredit korporasi.

Pada triwulan berjalan, rasio NPL untuk kredit kepada sektor korporasi berada di bawah batas aman yakni sebesar 1,17%. NPL tersebut menurun dibandingkan dengan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 65

Melambatnya pertumbuhan kredit korporasi sepanjang 2017 di Kalimantan Barat ditengarai terkait dengan proses konsolidasi korporasi dan perbankan yang terjadi secara nasional. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan restrukturisasi terhadap kredit-kredit korporasi yang bermasalah. Hal ini menyebabkan permintaan kredit korporasi sepanjang 2017 relatif tertahan, namun di sisi lain berdampak pada semakin menurunnya NPL sektor korporasi menuju level yang rendah.

Grafik 4. 25 Penyaluran Kredit kepada Sektor Korporasi di Kalimantan Barat

Grafik 4. 26 NPL Kredit kepada Sektor Korporasi di Kalimantan Barat

Ketahanan Sektor Rumah Tangga

Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, tidak cukup hanya melihat ketahanan individu. Interkoneksi yang terjadi antara komponen juga perlu dilihat untuk memitigasi terjadinya risiko sistemik. Di Kalimantan Barat, rumah tangga merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian dan sistem keuangan baik dari sisi kontribusi maupun keterkaitannya dengan perbankan, pemerintah, lembaga keuangan lainnya dan korporasi.

Pada triwulan IV 2017, pertumbuhan ekonomi Kalimatan Barat meningkat salah satunya disebabkan oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga di Kalimantan Barat tumbuh menjadi sebesar 5,62% (yoy) dari 4,37% (yoy) dari triwulan III 2017. Meningkatnya konsumsi rumah tangga selama triwulan IV 2017 juga terkonfirmasi dari hasil survei konsumen yang menunjukkan terjadinya peningkatan optimisme rumah tangga untuk melakukan kegiatan konsumsi. Secara keseluruhan, hasil survei masih berada di atas angka 100, yang berarti konsumen masih menilai prospek perekonomian dengan optimis. Selama periode laporan, rata rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat menjadi 118,92 poin dari 106,50 poin pada periode sebelumnya.

Optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari IEK pada bulan Desember 2017 adalah sebesar 131,50 poin, meningkat 16,83 poin dibandingkan pada bulan sebelumnya yang sebesar 114,67 poin. Optimisme tersebut juga didukung oleh ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang melalui Indeks Ekspektasi Penghasilan yang mengalami peningkatan 10,00 poin dari 118,50

poin menjadi 128,50 poin, sehingga dapat menjaga ketahanan keuangan rumah tangga dalam sistem keuangan di Kalimantan Barat.

Peningkatan penghasilan rumah tangga juga terkonfirmasi berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPwBI Kalimantan Barat. Peningkatan penghasilan rumah tangga pada triwulan IV 2017 dialami oleh 29,50% responden, bahkan 2,00% dari responden tersebut merasakan peningkatan penghasilan yang cukup tinggi. Namun di sisi lain, sebanyak 17,00% responden mengalami penurunan penghasilan. Sementara itu, sisanya masih mendapatkan penghasilan yang sama dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya.

Selain peningkatan optimisme rumah tangga, hasil Survei Konsumen juga menunjukkan bahwa sebesar 36,50% responden memperkirakan terjadinya peningkatan