• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 4,09%

(yoy) atau menurun dibandingkan triwulan III 2017 yang sebesar 4,70% (yoy).

Melambatnya inflasi administered prices dan volatile foods mendorong

turunnya inflasi pada triwulan IV 2017. Berdasarkan komoditasnya, penurunan

inflasi triwulan IV 2017 disebabkan oleh penurunan harga buah-buahan (jeruk,

anggur dan apel), kangkung dan gula pasir. Di sisi lain, kenaikan tarif

angkutan udara dan harga sotong, sawi hijau, tomat sayur dan daging babi

menahan penurunan laju inflasi lebih jauh pada triwulan IV 2017.

Gambaran Umum

Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2017 tercatat menurun. Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan IV tercatat sebesar 4,09% (yoy), menurun dibandingkan triwulan III 2017 yang sebesar 4,70% (yoy). Meskipun demikian, inflasi Kalimantan Barat tercatat masih berada di atas inflasi nasional yang sebesar 3,61% (yoy). Selain itu, inflasi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2017 juga tercatat masih menjadi yang tertinggi di Kalimantan.

Sumber: BPS Prov. Kalbar

Grafik 3. 1 Laju Inflasi Provinsi Kalimantan Barat dan Nasional

Sumber: BPS Prov. Kalbar

Grafik 3. 2 Laju Inflasi Antarprovinsi di Kalimantan dan Nasional

Berdasarkan disagregasinya8, penurunan inflasi Kalimantan Barat didorong oleh menurunnya inflasi pada semua kelompok barang, dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok volatile foods (VF). Kelompok VF, administered prices (AP) dan core (inti) mengalami penurunan tekanan inflasi masing-masing dari 2,33% (yoy), 7,75% (yoy) dan 4,48% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 0,80% (yoy), 6,83% (yoy) dan 4,16% (yoy) pada triwulan IV 2017. Koreksi harga pada kelompok VF lebih disebabkan oleh lebih stabilnya ketersediaan pasokan bahan pangan pokok di Kalimantan Barat menjelang akhir tahun sehingga mendorong harga komoditas kelompok VF yang lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Adapun penurunan tekanan inflasi pada kelompok AP didorong oleh koreksi tarif tiket angkutan udara yang terjadi sebagai dampak dari semakin bertambahnya rute direct flight baru dari Pontianak menuju kota-kota besar selain Jakarta yang menurunkan tarif tiket angkutan udara secara umum.

Secara spasial, turunnya inflasi Kalimantan Barat didorong oleh penurunan tekanan inflasi di Kota Pontianak. Inflasi Kota Pontianak pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 3,86% (yoy), menurun dibandingkan triwulan III 2017 yang sebesar 4,63% (yoy). Adapun inflasi Kota Singkawang pada triwulan III 2017 tercatat 5,23% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2017 yang sebesar 5,03% (yoy).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 41

Sumber: BPS Prov. Kalbar

Grafik 3. 3 Perkembangan Inflasi Kota Sampel Kalimantan Barat

Secara keseluruhan tahun 2017, Kalimantan Barat mengalami peningkatan laju inflasi bila dibandingkan dengan tahun 2016. Inflasi Kalimantan Barat tahun 2017 sebesar 4,09% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi tahun 2016 yang sebesar 3,66% (yoy). Peningkatan utama inflasi 2017 utamanya didorong oleh kelompok administered prices, khususnya akibat kenaikan tarif listrik yang berlangsung dari Januari-Juli 2017 serta biaya pengurusan STNK dan BPKB di awal tahun. Secara spasial, kenaikan inflasi tahunan tersebut didorong oleh inflasi yang terjadi di Singkawang, sedangkan inflasi di Pontianak menurun.

Memasuki triwulan I 2018, inflasi Januari 2018 tercatat menurun dibandingkan pada triwulan IV 2017. Inflasi tahunan Januari 2018 tercatat sebesar 2,71% (yoy), lebih rendah dari inflasi Desember 2017 sebesar 4,09% (yoy). Hingga akhir triwulan I 2018 diperkirakan inflasi akan meningkat dibandingkan inflasi Januari 2018, namun berada pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan menurun dibandingkan inflasi triwulan IV 2017 yang tercatat 4,09% (yoy). Faktor pendorong melambatnya inflasi triwulan I 2018 diperkirakan berasal dari kembali normalnya peningkatan permintaan bahan makanan dan tiket angkutan udara pasca Imlek dan Cap Go Meh.

Inflasi Bulanan (mtm)

Secara bulanan, Kalimantan Barat mengalami deflasi pada dua bulan pertama triwulan berjalan kemudian mengalami inflasi pada akhir triwulan. Deflasi pada bulan Oktober 2017 disebabkan koreksi harga yang cukup dalam pada kelompok VF, sedangkan deflasi November 2017 disebabkan oleh koreksi harga yang terjadi pada seluruh kelompok barang, baik VF, AP dan inti. Adapun inflasi pada Desember 2017 didorong oleh kenaikan harga pada seluruh kelompok barang. Komoditas yang sering menyumbang deflasi selama triwulan IV 2017 adalah ikan tangkap seperti ikan kembung dan tongkol. Di sisi lain, komoditas yang kerap menyumbang inflasi sepanjang triwulan IV 2017 antara lain sawi hijau dan angkutan udara.

Sementara itu, inflasi bulanan pada triwulan I 2018 diperkirakan akan menurun. Penurunan terutama akan terjadi pada akhir triwulan didorong meredanya tekanan pada kelompok AP dan VF selepas perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Namun demikian, gangguan kabut asap yang kembali terjadi berpotensi menahan penurunan tersebut apabila mengganggu distribusi bahan pangan.

Inflasi Bulanan Triwulan IV 2017

Tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2017 berada di bawah triwulan sebelumnya. Sumber penurunan tekanan inflasi tersebut disebabkan oleh relatif terkendalinya inflasi pada seluruh kelompok barang dibandingkan dengan rata-rata pada triwulan sebelumnya.

Tabel 3. 1 Perkembangan Inflasi Bulanan Kalimantan Barat (mtm)

Sumber: BPS Prov. Kalbar

Realisasi IHK bulan Oktober 2017 tercatat deflasi -0,26% (mtm). Meredanya tekanan inflasi terutama terjadi karena adanya koreksi harga pada kelompok VF. Kelompok VF pada Oktober 2017 tercatat deflasi sebesar -1,94% (mtm). Deflasi tersebut disebabkan oleh kembali normalnya pasokan ikan tangkap dan aneka bumbu. Penurunan harga pada komoditas ikan kembung karena telah kembali normalnya kondisi cuaca di lautan lepas membuat pasokan ikan tangkap kembali memenuhi pasar. Sementara itu, melimpahnya pasokan cabai rawit dan bawang merah dari luar Kalimantan Barat membuat pedagang memilih menurunkan harga agar menghindari risiko rusaknya stok barang.

Pada pertengahan triwulan IV 2017, realisasi IHK tercatat kembali mengalami deflasi -0,27% (mtm). Sumber terjadinya inflasi tersebut adalah deflasi yang terjadi pada seluruh kelompok barang, baik VF, AP dan inti. Masing-masing kelompok barang tersebut mencatatkan deflasi sebesar -1,20% (mtm), -0,05% (mtm) dan -0,02% (mtm Deflasi kelompok VF terutama disumbang oleh penurunan harga pada komoditas wortel, ikan tongkol, ikan

Jul Ags Sep Okt Nov Des

Umum -0.18 0.14 0.32 -0.26 -0.27 0.56

Bahan Makanan -0.17 1.18 -0.15 -1.62 -1.25 1.59

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0.44 -0.05 1.22 0.07 -0.01 0.02

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.12 0.03 0.31 0.22 0.08 0.06

Sandang -0.03 -0.43 0.38 -0.24 -0.05 0.24

Kesehatan 0.31 0.33 0.00 0.48 0.06 0.25

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 2.40 3.87 0.09 0.04 0.01 0.01

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -2.39 -2.19 0.17 0.29 0.02 0.85

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 43

tangkap disebabkan oleh semakin tercukupinya pasokan ikan tangkap yang disebabkan oleh cuaca yang masih mendukung aktivitas nelayan. Sementara itu, kenaikan harga bawang merah, kangkung, kacang panjang, jeruk dan sawi hijau menahan deflasi lebih lanjut kelompok VF pada November 2017. Peningkatan harga yang cukup besar pada komoditas bawang merah disebabkan oleh menurunnya pasokan dari luar Kalimantan Barat pada saat itu.

Sementara itu pada akhir triwulan IV 2017, Kalimantan Barat mencatat inflasi 0,56% (mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan akhir triwulan III 2017 yaitu 0,32% (mtm). Sumber inflasi pada bulan Desember 2017 adalah kelompok VF yang tercatat mengalami inflasi 1,57% (mtm) karena kenaikan beberapa komoditasnya seperti sawi hijau, tomat sayur, daging babi, beras dan cabai rawit. Kondisi cuaca yang cenderung buruk sepanjang Desember menurunkan pasokan komoditas sayur-sayuran seperti sawi hijau, dan tomat sayur. Khusus tomat sayur, menurunnya ketersediaan di pasar juga diakibatkan oleh terhambatnya pasokan dari Jawa. Peningkatan harga daging babi disebabkan peningkatan permintaan jelang kegiatan keagamaan di akhir tahun. Adapun meningkatnya harga beras ditengarai akibat penerapan HET beras di pasaran, terutama bagi beras medium dan premium. Sementara itu, koreksi pada harga jeruk, anggur, apel, kangkung dan pepaya menahan inflasi lebih lanjut kelompok VF pada Desember 2017. Ketersediaan stok buah-buahan di pasaran yang cukup melimpah membuat pedagang memilih untuk menurunkan harga guna menghindari risiko rusaknya barang.

Sumber: BPS Prov. Kalbar

Tabel 3. 2 Komoditas Volatile Foods Penyumbang Inflasi Bulanan Triwulan IV Kalimantan Barat (mtm)

Sumber: BPS Prov. Kalbar

Inflasi Bulanan Triwulan I 2018

Meskipun melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya, Kalimantan Barat kembali mengalami inflasi pada Januari 2018 dengan inflasi sebesar 0,46% (mtm). Inflasi didorong oleh peningkatan harga pada semua kelompok barang, terutama pada kelompok VF. Kelompok VF pada Januari 2017 tercatat mengalami inflasi sebesar 1,41% (mtm). Inflasi tersebut disebabkan oleh berkurangnya pasokan untuk beberapa komoditas, seperti beras dan daging ayam. Kenaikan harga beras terjadi akibat berkurangnya pasokan beras dari Jawa, khususnya untuk beras jenis medium dan premium. Demikian halnya pada daging ayam yang sempat mengalami kelangkaan pasokan di minggu-minggu awal Januari, namun kemudian harga kembali normal di akhir bulan.

Inflasi juga terjadi pada kelompok inti dan AP dengan inflasi masing-masing 0,15% (mtm) dan 0,34% (mtm). Sumber tekanan inflasi inti salah satunya berasal dari gaji pembantu rumah tangga. Kenaikan upah pembantu rumah tangga disinyalir terjadi sebagai upaya penyesuaian dengan kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) Provinsi yang juga mengalami kenaikan pada 2018. Sementara itu, sumber tekanan inflasi AP adalah masih tingginya tarif angkutan udara pasca kegiatan pada akhir tahun.

Tabel 3.3 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan Kalimantan Barat (mtm)

Komoditas mtm Andil Komoditas mtm Andil Komoditas mtm Andil Komoditas mtm Andil

Wortel 34.36 0.06 Bawang Merah 8.51 0.04 Sawi Hijau 20.66 0.06 Beras 2.59 0.11 Daging Sapi 3.26 0.03 Kangkung 8.93 0.03 Tomat Sayur 39.83 0.04 Daging Ayam Ras 8.57 0.10 Semangka 10.14 0.01 Kacang Panjang 13.76 0.03 Daging Babi 11.57 0.04 Cabai Rawit 13.96 0.05 Susu Untuk Balita 1.05 0.01 Jeruk 5.05 0.02 Beras 0.75 0.03 Jeruk 7.41 0.04 Telur Ayam Ras 0.59 0.01 Sawi Hijau 7.97 0.02 Cabai Rawit 8.19 0.03 Tongkol/Ambu-ambu 2.04 0.02 Ikan Kembung/Gembung -7.55 -0.08 Wortel -37.40 -0.07 Jeruk -3.42 -0.02 Sawi Hijau -9.80 -0.03 Sawi Hijau -22.50 -0.06 Tongkol/Ambu-ambu -6.71 -0.06 Anggur -13.18 -0.01 Kangkung -5.93 -0.02 Tongkol/Ambu-ambu -7.25 -0.06 Ikan Kembung/Gembung -5.87 -0.06 Apel -3.27 -0.01 Bawang Merah -1.57 -0.01 Cabai Rawit -14.29 -0.04 Telur Ayam Ras -3.05 -0.03 Kangkung -1.37 -0.01 Ikan Kembung -0.71 -0.01 Bawang Merah -8.67 -0.04 Tomat Sayur -23.92 -0.03 Pepaya -2.48 0.00 Minyak Goreng -0.63 -0.01

-0.27% 0.56% 0.46%

-0.26%

Oktober 2017 November 2017 Desember 2017 Januari 2018

Komoditas mtm Andil Komoditas mtm Andil Komoditas mtm Andil Komoditas mtm Andil

Wortel 34.36 0.06 Bawang Merah 8.51 0.04 Angkutan Udara 8.69 0.16 Beras 2.59 0.11 Angkutan Udara 3.02 0.06 Kangkung 8.93 0.03 Sotong 37.93 0.07 Daging Ayam Ras 8.57 0.10 Daging Sapi 3.26 0.03 Kacang Panjang 13.76 0.03 Sawi Hijau 20.66 0.06 Angkutan Udara 2.48 0.05 Upah Pembantu RT 1.80 0.02 Jeruk 5.05 0.02 Tomat Sayur 39.83 0.04 Cabai Rawit 13.96 0.05 Semangka 10.14 0.01 Sawi Hijau 7.97 0.02 Daging Babi 11.57 0.04 Jeruk 7.41 0.04 Ikan Kembung/Gembung -7.55 -0.08 Wortel -37.40 -0.07 Jeruk -3.42 -0.02 Sawi Hijau -9.80 -0.03 Sawi Hijau -22.50 -0.06 Tongkol/Ambu-ambu -6.71 -0.06 Anggur -13.18 -0.01 Kangkung -5.93 -0.02 Tongkol/Ambu-ambu -7.25 -0.06 Ikan Kembung/Gembung -5.87 -0.06 Apel -3.27 -0.01 Bawang Merah -1.57 -0.01

Januari 2018 0.46% November 2017 -0.27% Desember 2017 0.56% Oktober 2017 -0.26%

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 45

Inflasi Tahunan (yoy)

Secara tahunan, inflasi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2017 sebesar 4,09% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan III 2017 yang sebesar 4,70% (yoy). Penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya tekanan harga pada semua kelompok barang di triwulan IV 2017. Adapun kelompok barang yang mengalami koreksi harga terbesar adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta bahan makanan.

Kelompok perumahan pada triwulan IV 2017 mengalami inflasi sebesar 7,19% (yoy), menurun dari inflasi triwulan III 2017 sebesar 8,44 (yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut dipicu oleh penurunan tekanan inflasi pada subkelompok biaya tempat tinggal serta bahan bakar, penerangan, dan air masing-masing dari 4,05% (yoy) dan 19,23% (yoy) menjadi 2,31% (yoy) dan 17,51% (yoy). Tarif listrik yang relatif hingga akhir 2017 stabil pasca usainya rangkaian kenaikan pada Agustus 2017 menjadi salah satu penyebab turunnya inflasi pada kelompok ini. Selain itu, penurunan harga pada beberapa komoditas material bangunan seperti pasir dan cat tembok juga ikut mendorong penurunan inflasi kelompok perumahan.

Selanjutnya, inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan IV 2017 menurun menjadi sebesar 1,67% (yoy) setelah pada triwulan III 2017 mengalami inflasi sebesar 2,50% (yoy). Menurunnya inflasi tersebut dipicu oleh deflasi pada subkelompok bumbu-bumbuan, buah-buahan dan kacang-kacangan masing-masing dari -10,67% (yoy), -9,64% (yoy) dan 0,62% (yoy) menjadi -17,51% (yoy), -12,88% (yoy) dan -0,85% (yoy). Pasokan yang melimpah menyebabkan koreksi harga yang cukup dalam pada komoditas cabai rawit, cabai merah kering, bawang putih dan bawang merah.

Tabel 3. 4 Perkembangan Inflasi Tahunan Kalimantan Barat (yoy)

Kelompok Barang

Inflasi YOY Sumbangan Inflasi YOY

2017 2017

TW II TW III TW IV TW II TW III TW IV

Umum 4.72 4.70 4.09 4.72 4.70 4.09

Bahan Makanan -0.11 2.50 1.67 -0.03 0.60 0.40 Makanan Jadi, Minuman,

Rokok dan Tembakau 3.55 3.67 3.40 0.66 0.67 0.62 Perumahan, Air, Listrik, Gas

dan Bahan Bakar 9.07 8.44 7.19 2.02 1.92 1.64

Sandang 6.18 4.79 4.37 0.36 0.28 0.26

Kesehatan 5.68 4.69 4.52 0.31 0.26 0.25 Pendidikan, Rekreasi dan

Olah Raga 5.33 7.16 7.04 0.32 0.44 0.43 Transpor, Komunikasi dan

Jasa Keuangan 6.19 2.83 2.50 1.05 0.49 0.44

Inflasi Kumulatif 2017

Secara kumulatif, inflasi tahun 2017 sebesar 4,09% (yoy) tercatat mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016 yang sebesar 3,66% (yoy). Peningkatan inflasi pada tahun 2017 utamanya didorong oleh tekanan inflasi administered prices. Kenaikan tarif listrik yang berlangsung sepanjang Januari-Juli 2017 serta biaya pengurusan STNK dan BPKB memberikan andil cukup besar pada inflasi tahun 2017. Selain itu tarif angkutan udara masih menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi di Kalimatan Barat, terutama menjelang peringatan hari besar keagamaan.

Inflasi Tahunan Periode Triwulan I 2018

Inflasi tahunan (yoy) pada triwulan I 2018 diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV 2017. Diperkirakan faktor pemicu melambatnya inflasi adalah kembali normalnya peningkatan permintaan bahan makanan dan tiket angkutan udara pasca rangkaian kegiatan Imlek dan Cap Go Meh.

Inflasi Kota

Secara spasial, inflasi pada dua kota sampel inflasi di Kalimantan Barat Kota Pontianak dan Kota Singkawang masing-masing melambat dan meningkat. Realisasi inflasi di Kota Pontianak pada triwulan IV 2017 mencapai 3,86% (yoy), menurun dibandingkan triwulan III 2017 yang tercatat sebesar 4,63% (yoy). Sementara itu, realisasi inflasi Kota Singkawang pada triwulan IV 2017 lebih tinggi dibandingkan Kota Pontianak yaitu sebesar 5,23% (yoy) sekaligus lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi Kota Singkawang pada triwulan III 2017 yang sebesar 5,03% (yoy).

Secara triwulanan, inflasi di Kota Pontianak dan Singkawang pada triwulan IV 2017 tercatat mengalami perlambatan. Kota Pontianak mengalami deflasi sebesar -0,10% (qtq), melambat dibandingkan triwulan III 2017 yang sebesar 0,14% (qtq). Sementara itu, inflasi Kota Singkawang pada triwulan III 2017 juga mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II 2017 dari 1,04% (qtq) menjadi 0,66% (qtq).

Tabel 3. 5 Perkembangan Inflasi Kota dan Provinsi Kalimantan Barat (qtq dan yoy)

Wilayah

Inflasi QTQ Inflasi YOY

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 47

Sumber: BPS Prov. Kalbar

Tabel 3. 6 Perkembangan Inflasi Kota dan Provinsi Kalimantan Barat (yoy)

Sumber: BPS Prov. Kalbar

Secara umum, terdapat perbedaan faktor pendorong inflasi tahunan pada triwulan IV 2017 di kedua kota sampel tersebut. Kelompok barang kesehatan menjadi pemicu inflasi di Kota Pontianak, sedangnkan kelompok barang perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakan menjadi pemicu inflasi di Kota Singkawang. Namun demikian, penurunan tekanan inflasi pada kelompok barang transport, komunikasi dan jasa keuangan yang terjadi di kedua kota sampel mampu menahan laju inflasi secara umum.

Disagregasi Inflasi

Berdasarkan disagregasi secara tahunan (yoy), meskipun seluruh kelompok barang mengalami penurunan inflasi, namun kelompok VF menjadi penyebab utama penurunan tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2017. Kelompok VF tercatat mengalami penurunan dari 2,33% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 0,80% (yoy) pada triwulan IV 2017. Sementara itu, kelompok AP mengalami penurunan dari 7,75% (yoy) menjadi 6,83% (yoy) serta kelompok inti mengalami penurunan dari 4,48% (yoy) menjadi 4,16% (yoy).

Sumber: BPS Prov. Kalbar

Grafik 3. 5 Perbandingan Disagregasi Inflasi Kalimantan Barat

Sumber: BPS Prov. Kalbar

Grafik 3. 6 Perkembangan Disagregasi Inflasi Kalimantan Barat

TW II TW III TW II TW III

Umum 4.71 4.63 3.86 4.79 5.03 5.23

Bahan Makanan -0.18 2.17 0.77 0.20 4.14 6.09

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 3.59 3.67 3.59 3.35 3.69 2.45

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 8.85 8.16 6.64 10.21 9.86 10.01

Sandang 6.76 5.08 4.48 3.39 3.42 3.82

Kesehatan 4.85 4.86 5.20 10.08 3.83 1.15

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 5.44 8.37 8.14 4.85 2.06 2.37

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 6.61 3.02 2.68 4.13 1.90 1.62

Kelompok Barang

Inflasi Pontianak (yoy) Inflasi Singkawang (yoy)

TW IV TW IV

Core Inflation

Inflasi kelompok inti (core inflation) pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 4,16% (yoy), melambat dibandingkan triwulan III 2017 yang tercatat sebesar 4,48% (yoy). Berdasarkan komoditasnya, komoditas utama penyumbang inflasi tahunan kelompok core

infation di triwulan IV 2017 adalah tarif pulsa ponsel, biaya masuk sekolah menengah atas,

upah pembantu RT, sotong, biaya masuk sekolah dasar, nasi dengan lauk, mobil, sepeda motor, kayu balokan dan jam dinding. Di sisi lain, koreksi harga pada beberapa komoditas antara lain gula pasir, cabai merah kering, serta barang-barang tahan lama seperti baju kaos berkerah, pakaian bayi, telepon seluler, laptop/notebook dan baju anak stelan membantu menahan laju inflasi pada kelompok inti.

Tabel 3. 7 Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Core Inflation Triwulan IV 2017 (yoy)

Sumber: BPS Prov. Kalbar

Secara kumulatif, tekanan inflasi kelompok inti pada tahun 2017 melambat dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebesar 4,50% (yoy). Relatif menurnnnya permintaan terhadap komoditas yang termasuk dalam kelompok inti sepanjang 2017 menjadi faktor yang mendorong stabilnya inflasi kelompok inti.

Memasuki awal triwulan I 2018, tekanan inflasi kelompok inti kembali melambat menjadi 3,46% (yoy). Hingga akhir triwulan I 2018, diperkirakan tekanan inflasi kelompok inti akan meningkat, namun pada tingkatan di bawah inflasi triwulan sebelumnya. Relatif melambatnya inflasi kelompok inti diperkirakan sebagai akibat dari semakin terjangkarnya ekspektasi masyarakat terhadap permintaan barang dan jasa di awal tahun 2018.

Komoditas yoy Andil Komoditas yoy Andil

Tarip Pulsa Ponsel 11.26 0.25 Gula Pasir -16.82 -0.10

Sekolah Menengah Atas 19.17 0.18 Cabai Merah Kering -24.99 -0.02

Upah Pembantu RT 10.71 0.11 Baju Kaos Berkerah -9.99 -0.02

Sotong 56.86 0.11 Pakaian Bayi -24.96 -0.01

Sekolah Dasar 12.69 0.11 Telepon Seluler -1.42 -0.01

Nasi dengan Lauk 3.24 0.10 Laptop/Notebook -8.50 -0.01

Mobil 4.38 0.09 Lada/Merica -14.62 -0.01

Sepeda Motor 5.17 0.07 Baju Anak Stelan -6.25 -0.01

Kayu Balokan 8.16 0.06 Sandal -6.83 0.00

Jam Dinding 91.30 0.06 Kerupuk Udang -7.11 0.00

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 49

2,33% (yoy). Inflasi pada kelompok VF ini disebabkan oleh pergerakan harga pada beberapa komoditas seperti udang basah, daging babi, ikan kembung, sawi hijau, wortel, ikan tongkol, daging sapi, tomat sayur, dendis dan mie kering instan akibat tingginya permintaan pada akhir tahun. Sementara itu, terdapat beberapa komoditas yang mengalami koreksi harga sehingga menahan laju inflasi kelompok VF secara umum. Beberapa komoditas tersebut antara lain daging ayam ras, jeruk, bawang merah, bawang putih, cabai rawit, apel, sawi putih, kol putih, anggur dan telur ayam ras.

Tabel 3. 8 Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Volatile Foods Triwulan IV 2017 (yoy)

Sumber: BPS Prov. Kalbar

Tekanan inflasi kelompok VF pada tahun 2017 menurun dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebesar 5,54% (yoy). Terjaganya pasokan komoditas bahan pangan strategis sepanjang 2017 diyakini menjadi faktor yang mendorong penurunan inflasi kelompok VF di 2017.

Memasuki awal triwulan I 2018, kelompok VF mengalami deflasi sebesar -0,88% (yoy). Namun demikian, pada akhir triwulan I 2018 diperkirakan akan terjadi inflasi tersebut diperkirakan akan kembali terjadi. Momen perayaan Imlek dan Cap Go Meh diperkirakan akan mendorong permintaan masyarakat terhadap beberapa bahan pangan dan angkutan udara dibandingkan dengan triwulan IV 2017.

Administered Prices

Inflasi tahunan kelompok administered prices (AP) pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 6,83% (yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 7,75% (yoy). Turunnya laju inflasi tersebut disebabkan oleh harga tiket angkutan udara pada triwulan IV 2017 yang tidak setinggi harga pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Di sisi lain, masih ada komoditas yang menjadi penyumbang inflasi kelompok AP seperti tarif listrik, biaya

Komoditas yoy (%) Andil (%) Komoditas yoy (%) Andil (%)

Udang Basah 25.82 0.23 Daging Ayam Ras -12.26 -0.16

Daging Babi 39.79 0.11 Jeruk -27.90 -0.15

Ikan Kembung 8.24 0.10 Bawang Merah -34.81 -0.13

Sawi Hijau 38.51 0.09 Bawang Putih -46.78 -0.10

Wortel 35.26 0.07 Cabai Rawit -17.48 -0.05

Ikan Tongkol 8.33 0.06 Apel -8.51 -0.03

Daging Sapi 6.19 0.05 Sawi Putih -21.37 -0.02

Tomat Sayur 33.41 0.05 Kol Putih/Kubis -41.43 -0.02

Dencis 56.21 0.04 Anggur -18.40 -0.02

Mie Kering Instant 6.72 0.04 Telur Ayam Ras -1.71 -0.02

perpanjangan STNK serta berbagai jenis rokok sehingga menahan penurunan inflasi AP secara umum.

Tabel 3. 9 Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Administered Prices Triwulan II 2017 (yoy)

Sumber: BPS Prov. Kalbar

Secara kumulatif, tekanan inflasi kelompok AP pada tahun 2017 melonjak dibandingkan dengan tahun 2016 yang justru terdeflasi sebesar -0,60% (yoy). Kenaikan tarif listrik yang berlangsung sepanjang Januari-Juli 2017 serta biaya pengurusan STNK dan BPKB memberikan andil cukup besar pada inflasi tahun 2017. Selain itu tarif angkutan udara masih menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi di Kalimatan Barat, terutama menjelang peringatan hari besar keagamaan.

Memasuki awal triwulan I 2018, inflasi tahunan kelompok AP mengalami penurunan menjadi 3,47% (yoy). Sementara itu, pada akhir triwulan I 2018, tekanan inflasi AP diperkirakan akan kembali mengalami peningkatan namun tidak setinggi inflasi pada triwulan IV 2017. Meningkatnya permintaan tiket angkutan udara menjelang perayaan Sembahyang Kubur I diperkirakan akan mendorong inflasi AP.

Inflasi dan Konsumsi Masyarakat

Inflasi terkait erat dengan tingkat daya beli masyarakat. Tingkat inflasi yang rendah diharapkan dapat mendorong daya beli masyarakat seoptimal mungkin. Hal tersebut tidak terlepas dari masih dominannya peran konsumsi masyarakat dalam perekonomian Indonesia, termasuk di Kalimantan Barat. Apabila konsumsi masyarakat di Kalimantan Barat melambat, maka hal tersebut akan berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat. Sebab itu inflasi perlu dikendalikan sedemikian rupa sebagai upaya mendukung pertumbuhan ekonomi, utamanya melalui terjaganya tingkat konsumsi masyarakat.

Hubungan antara inflasi dan konsumsi masyarakat tersebut juga tercermin di Kalimantan Barat (Grafik 3.7). Sepanjang tahun 2013-2017, inflasi dan konsumsi masyarakat

Komoditas yoy Andil Komoditas yoy Andil

Tarip Listrik 29.31 1.03 Angkutan Udara -15.54 -0.33

Biaya Perpanjangan STNK 104.48 0.19

Rokok Kretek 14.59 0.13

Rokok Kretek Filter 5.51 0.13

Bensin 1.88 0.08

Rokok Putih 5.29 0.04

Bahan Bakar Rumah Tangga 1.40 0.02

Tarip Taksi 4.70 0.01

Top Deflasi Top Inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional |Februari 2018 51

Barat pada Grafik 3.7 tersebut dapat diketahui bahwa tingkat inflasi masih merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat konsumsi masyarakat.

Sumber: BPS Prov. Kalbar

Grafik 3. 7 Perkembangan Inflasi dan Konsumsi Masyarakat di Kalimantan Barat

Program Pengendalian Inflasi Tahun 2017

Pada tahun 2017, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat telah menyusun dan menyampaikan rekomendasi program pengendalian inflasi kepada Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se-Kalimantan Barat. Program tersebut menyasar kepada pengendalian inflasi melalui kepada tiga aspek: permintaan, penawaran dan distribusi.

Permintaan

 Melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai pola konsumsi yang wajar agar pola permintaan dapat terjaga.

 Mengkampayekan program tanam bahan pangan (khususnya hortikultura) di pekarangan untuk mengurangi permintaan di pasar.

Penawaran

 Melakukan operasi pasar dan menambah pasokan dari luar Kalimantan Barat.

 Menggerakkan Gapoktan/UMKM pangan binaan dan pasar murah Bulog/TPID untuk menjadi alternatif pilihan berbelanja masyarakat di pasar tradisional, didampingi aparat keamanan.

 Melibatkan klaster padi binaan Bank Indonesia Kalimantan Barat yang berlokasi di Peniraman, Mempawah (±60 menit dari Kota Pontianak) untuk turut memasok beras cadangan beras Pemerintah Kota maupun secara langsung ikut dalam kegiatan operasi pasar di waktu-waktu tertentu.

 Kerjasama pengembangan UMKM ketahanan pangan antara Pemda dan KPwBI berbasis kuadran komoditas penyumbang inflasi daerah.

 Pengelolaan ekspektasi masyarakat serta optimalisasi peran masyarakat dalam pemantauan harga dan distribusi komoditas melalui aplikasi PIHPS Nasional dan GENCIL/Government &