• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Kerangka Karangan

Dalam dokumen BAHASA INDONESIA: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA (Halaman 165-170)

BAB 5. MENULIS KARYA ILMIAH

5.5 Tahapan Menulis Karya Ilmiah

5.5.2 Penyusunan Kerangka Karangan

Setelah tahap perencanaan dilakukan, penulis harus menyusun kerangka karangan agar karya tulis yang dibuat memenuhi aspek sistematika dan penalaran ilmiah yang baik dan jelas. Kerangka (outline) mutlak diperlukan sebagai panduan dalam memaparkan isi tulisan. Kedudukan kerangka dalam penulisan karya tulis ilmiah sama halnya dengan topik (Tim, 2007:128). Tim (2007:129) lebih lanjut menjelaskan tiga alasan penulis harus membuat kerangka:

“Pertama, pembuatan kerangka membantu penulis mengorganisasikan idenya.Kerangka terutama dapat meyakinkan penulis bahwa ia tidak akan memasukkan hal-hal yang tidak relevan...;melewatkan butir-butir yang penting; dan ... akan dapat menyusun ide-ide pendukung yang logis. Kedua, ... mempercepat proses penulisan. ... Terakhir (sic!) adanya kualitas bahasa yang tinggi...”

Selesainya penyusunan kerangka karangan, dapat dikatakan telah menyelesaikan 75% tulisan yang akan dibuat. Penulis tidak akan khawatir lagi akan keberlangsungan tulisannya. Kerangka karangan harus sudah penulis pikirkan secara matang dan perlu peninjauan berulang kali untuk

154

memperkaya materi tulisan. Kerangka karangan berfungsi sebai peta konseptual untuk mengantisipasi kemacetan pikiran, ambiguitas teoritis, pengumpulan dan anlisis yang biasanya membutuhkan waktu lama, dan sebagainya. Hal tersebut dapat diminimalisir karena penulis akan lebih terfokus pada pengembangan penalaran dan perbaikan naskah.

Kerangka karangan dapat merujuk pada matrik penelitian yang telah dibuat sebelumnya guna pengecekan hal-hal yang perlu disampaikan dalam karya tulis ilmiah. Oleh karena itu, matrik penelitian yang mewakili desain penelitian harus diikuti secara konsisten hingga akhir penelitian, bahkan dalam penulisan luaran penelitian yang berupa karya tulis ilmiah. Berikut contoh kerangka penelitian yang merujuk pada contoh matrik penelitian sebelumnya (periksa tabel 5.1). Berikut contoh kerangka karangan (outline) makalah. Kerangka berikut ini dapat dibuat lebih detil lagi sesuai kebutuhan dan keluasan pikiran (pengetahuan) peneliti.

Judul: Nilai Kebangsaan dalam Karya Sastra Hamka (1930-1962) 1. Pendahuluan

- masalah - tujuan 2. Isi

- apresiasi sastra

- sastra sebagai ekspresi manusia - sastra sebagai retorika

- metode struktural dalam apresiasi sastra

- deskripsi lapis objek, lapis, arti, dan lapis metafisis secara teoritis - deskripsi lapis objek, lapis, arti, dan lapis metafisis yang terdapat

dalam karya-karya Hamka (data dan analisis data)

- deskripsi nilai-nilai kebangsaan dalam karya sastra Hamka 3. Penutup

- simpulan - saran 4. Daftar Rujukan

Selain cara di atas, kerangka karangan dapat pula dibuat dengan mempertimbangkan prinsip persamaan nilai dan prinsip keparalelan. a. Prinsip Persamaan Nilai

Dalam penulisan kerangka karangan, gagasan-gagasan yang sederajat diberi kodifikasi yang sederajat. Untuk itu, akan ada kodifikasi A, B, C dan seterusnya dengan derajat yang sama; kodifikasi 1, 2, 3 dan seterusnya; dan kodifikasi a, b, c dan seterusnya yang sama pula derajatnya (Tim, 2007:129).

155 Agar lebih jelas perhatikan contoh kerangka karangan berjudul Esai “Masyarakat Gegar Bahasa” berikut.

Tabel 5.1 Kerangka Karangan Kerangka Karangan Sesuai Prinsip

Persamaan Nilai

Kerangka Karangan yang Tidak Sesuai Prinsip Persamaan Nilai

A. Pengantar

1. Lemahnya kemampuan

masyarakat dalam hal berbahasa Indonesia

2. Pengaruh pesatnya

perkembangan informasi dan teknologi

B. Fenomena Gegar Bahasa Indonesia 1. Data kesalahan tataran fonologis

dan perbaikannya

a.

“konci”

b.

“veleg”

c.

“blutut”

d.

“kifet macet”

2. Data kesalahan tataran morfologis dan perbaikannya a. “di jual”

b. “dikontrakan”

3. Data kesalahan tataran sintaksis dan perbaikannya

a.

“Anda Perlu Bantuan Polisi? Hub. Emergency Call xxxxxxx”

b.

“Service: HP, soft ware, haft ware, no sinyal mati total, blaank LCD, mic mati, spiker mati,kifet macet, hank”

4. Data kesalahan tataran kata baku dan perbaikannya

a. “apotek” b. dst.

5. Data kesalahan kata serapan dan perbaikannya

1. Pengantar

2. Lemahnya kemampuan masyarakat dalam hal berbahasa Indonesia

3. Pengaruh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi

4. Fenomena Gegar Bahasa Indonesia

5. Data kesalahan tataran fonologis dan perbaikannya 6. “konci”

7. “veleg” 8. “blutut” 9. “kifet macet”

10. Data kesalahan tataran

morfologis dan

perbaikannya 11. “di jual” 12. “dikontrakan”

13. Data kesalahan tataran sintaksis dan perbaikannya 14. “Anda Perlu Bantuan

Polisi? Hub. Emergency Call xxxxxxx”

15. “Service: HP, soft ware, haft ware, no sinyal mati total, blaank LCD, mic mati, spiker mati,kifet macet, hank”

16. Data kesalahan tataran kata baku dan perbaikannya 17. “apotek”

156

a. “Holan Bakeri” b. dst.

C. Landasan Berbahasa Indonesia 1. Sumpah Pemuda

2. Landasan Hukum Bahasa Indonesia a. UUD 1945, Pasal 36; UU No 24 2009, dan penjelasannya b. UU RI Nomor 24 Tahun 2009 dan penjelasannya c. Tap MPR 1978 dan 1983 dan penjelasannya

d. Peraturan Menteri No. 20/1991 dan penjelasannya e. Peraturan Presiden No 63

2019 dan penjelasannya 3. Aturan Pusat Pembinaan Bahasa

1995 dan penjelasannya D. Masalah Interferensi

1. Difusi kebudayaan

2. Gegar bahasa diawali dengan gegar budaya

3. Politik bahasa asing dalam dunia teknologi dan informasi

E. Solusi

1. Sosialisasi

2. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia

3. Sanksi terhadap pelanggaran 4. Pembelajaran di sekolah F. Simpulan

G. Daftar Referensi

serapan dan perbaikannya 19. “Holan Bakeri”

20. Landasan Berbahasa Indonesia

21. Sumpah Pemuda

22. Landasan Hukum Bahasa Indonesia 23. UUD 1945, Pasal 36; UU No 24 2009, dan penjelasannya 24. UU RI Nomor 24 Tahun 2009 dan penjelasannya 25. Tap MPR 1978 dan 1983 dan penjelasannya

26. Peraturan Menteri No. 20/1991 dan penjelasannya 27. Peraturan Presiden No 63

2019 dan penjelasannya 28. Aturan Pusat Pembinaan

Bahasa 1995 dan

penjelasannya 29. Masalah Interferensi 30. Difusi kebudayaan

31. Gegar bahasa diawali dengan gegar budaya 32. Politik bahasa asing dalam

dunia teknologi dan informasi

33. Solusi 34. Sosialisasi

35. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia 36. Sanksi terhadap pelanggaran 37. Pembelajaran di sekolah 38. Simpulan 39. Daftar Referensi

157 Setelah membaca secara detil contoh tabel kerangka karangan di atas, kerangka karangan yang tidak memenuhi prinsip persamaan nilai (kolom kanan) cukup membingungkan karena tidak diorganisasikan berdasarkan derajat-derajat ide yang sama. Kerangka karangan yang memenuhi prinsip persamaan nilai (kolom kiri), disusun berdasarkan derajat persamaan nilainya sehingga terbaca secara jelas. Kerangka karangan seperti tersebut akan memudahkan peneliti dalam menulis karangan.

Dalam menulis kerangka karangan, penulis perlu memusatkan pikiran dan terlebih dahulu memperkaya bahan referensinya. Pembuatan kerangka karangan sering kali tidak sekali jadi. Penulis perlu mengecek kerangka karangan untuk mengetahui hal yang belum tercantum yang mungkin sangat penting untuk dibahas. Penulis juga mungkin menemukan ide-ide tambahan di tengah jalan yang dapat mengubah struktur kerangka karangan. Jika demikian, maka penulis cukup mencari ruang dalam kerangka karangan.

b. Prinsip Keparalelan

Bagian kerangka karangan harus ditulis secara paralel. Maksudnya, semua gagasan yang telah diberi kodifikasi yang sederajat ditulis dalam ungkapan gramatikal (kalimat, frasa, atau kata) (Tim, 2007:131). Perhatikan contoh berikut.

A. Pengantar

1. Lemahnya kemampuan masyarakat dalam hal berbahasa Indonesia

2. Pengaruh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi B. Fenomena Gegar Bahasa Indonesia

1. Data kesalahan tataran fonologis dan perbaikannya

a.

“konci”

b.

“veleg”

c.

“blutut”

d.

“kifet macet”

2. Data kesalahan tataran morfologis dan perbaikannya a. “di jual”

b. “dikontrakan”

3. Data kesalahan tataran sintaksis dan perbaikannya

a.

“Anda Perlu Bantuan Polisi? Hub. Emergency Call xxxxxxx”

b.

“Service: HP, soft ware, haft ware, no sinyal mati total, blaank LCD, mic mati, spiker mati,kifet macet, hank” 4. Data kesalahan tataran kata baku dan perbaikannya

158

a. “apotek” b. dst.

5. Data kesalahan kata serapan dan perbaikannya a. “Holan Bakeri”

b. dst.

C. Landasan Berbahasa Indonesia 1. Sumpah Pemuda

2. Landasan Hukum Bahasa Indonesia

a. UUD 1945, Pasal 36; UU No 24 2009, dan penjelasannya b. UU RI Nomor 24 Tahun 2009 dan penjelasannya

c. Tap MPR 1978 dan 1983 dan penjelasannya d. Peraturan Menteri No. 20/1991 dan penjelasannya e. Peraturan Presiden No 63 2019 dan penjelasannya 3. Aturan Pusat Pembinaan Bahasa 1995 dan penjelasannya D. Masalah Interferensi

1. Difusi kebudayaan

2. Gegar bahasa diawali dengan gegar budaya

3. Politik bahasa asing dalam dunia teknologi dan informasi E. Solusi

1. Sosialisasi

2. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia 3. Sanksi terhadap pelanggaran

4. Pembelajaran di sekolah F. Simpulan

G. Daftar Referensi

Perhatikanlah secara seksama, kerangka karangan tidak sama dengan sistematika karya tulis ilmiah. Sistematika karya tulis ilmiah memuat bagian-bagian karangan, sedangkan kerangka karangan merupakan peta penulis untuk mengembangkan penalaran paragraf guna membangun wacana karangan. Kerangka karangan dibuat dengan tanpa mengabaikan sistematika karya tulis ilmiah.

Dalam dokumen BAHASA INDONESIA: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA (Halaman 165-170)