• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. PENUTUP

Matriks 6. Peran Keluarga Dalam Pendidikan Seks

Peran Keluarga Dalam Pendidikan Seks

No Nama Peran Keluarga Dalam Pendidikan Seks

1 Uki

Belum pernah mendapatkan pengetahuan seks dari orang tua atau keluarga tetapi pernah membaca rubrik mengenai masalah seksualitas.

2 Andi

Belum pernah mendapatkan informasi seksualitas dari kedua orang tua tetapi pernah mendapatkan informasi mengenai seksualitas dari Polisi.

3 Risa Orang tua tidak terlalu banyak bicara, mereka itu seakan-akan

menganggap sudah dewasa.

4 Efa Lebih banyak mengarahkan tentang masalah-masalah akademis.

Misalnya nanti kalo lulus SMA itu mau kuliah dimana.

5 Aning Terbiasa ngomong kalau ada apa-apa, orang tua juga kadang

memberikan pengetahuan masalah seks kalau lagi dirumah.

6 Itok Keluarga tidak terlalu memberikan pengarahan dan jarang

memberikan informasi kepada anak.

7 Tyo Keluarga cenderung cuek dan tidak mempedulikan pendidikan seks

selama anaknya masih bisa diatur.

8 Yoga Orang tua lebih cenderung memperhatikan pendidikan yang baku

seperti matapelajaran tertentu.

9 Ina Orang tua tidak terlalu mengambil pusing mengenai pendidikan seks

karena anaknya dianggap sudah dewasa.

10 Indah Keluarga sangat jarang melakukan diskusi mengenai masalah-

masalah yang memang itu termasuk porsinya orang dewasa, apalagi tentang seks.

11 Via Dari kecil memang sudah diajarkan mengenai pemahaman masalah

seksualitas waktu umur 12 tahun.

12 Ibu Dona Dari SMP anaknya sudah diberi pengertian mengenai masalah

seksualitas khususnya saat mengalami menstruasi.

13 Bapak Hasan Sering mendapatkan cerita dari anaknya mengenai masalah yang

dialaminya, begitupula mengenai masalah seksualitas. Sumber : Data Primer, Diolah April 2011

commit to user

94

4. BEBERAPA FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PENDIDIKAN SEKS

Banyak sekali faktor yang dapat berpengaruh terhadap kepribadian, watak, dan sifat anak, antara lain keluarga, masyarakat dan juga lingkungan sekolah. Keluarga merupakan faktor terpenting dalam menanamkan dasar- dasar kepribadian anak, karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dan utama bagi anak. Disamping itu masih ada lagi faktor lain yang berpengaruh yaitu faktor eksternal individu misalnya media massa, media hiburan, dan lingkungan pergaulan.

a. Hubungan Responden Dengan Keluarga Atau Orang Tua

Ketika item pertanyaan mengenai hubungan responden dengan keluarga dan orang tua diberikan, mereka rata-rata menjawab sangat akrab karena hampir setiap hari mereka berkomunikasi langsung dengan keluarga dan orang tua. Akan tetapi mengenai keterbukaan responden untuk bercerita ketika sedang menghadapi masalah, sebagian menjawab kurang begitu terbuka dengan keluarga. Responden lebih senang menceritakan masalah yang sedang dihadapinya justru dengan teman atau sahabat mereka. Dalam hal ini seorang responden, Ina menjawab:

“Hubungan saya dengan orang tua dan saudara-saudara saya dirumah ya…baik. Pokoknya suka duka selalu kita rasakan bersama, tetapi kalau masalah curhat-curhat gitu saya lebih suka cerita sama teman saya karena mereka selalu memberi semangat dan dukungan kepada saya. Ini bukan berarti keluarga saya tidak lho! Cuma kalau dengan sahabat, kita kan seumuran dan lebih bisa menjaga rahasia pribadi saya”(wawancara 11 April 2011).

commit to user

95

Sama halnya dengan Aning, ia lebih senang menceritakan masalah-masalah pribadinya kepada ibu dan temannya dengan alasan keduanya sudah mengerti sifat-sifatnya. Tiga responden yang lain yaitu Itok, Efa dan Tyo menjawab lebih sering bercerita dengan teman-temanya. Mereka beralasan karena kalau dengan teman sendiri mereka tidak perlu malu-malu untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya.

Sedangkan responden lainnya lebih senang bercerita dengan keluarga dengan alasan merekalah orang-orang terdekatnya. Seperti halnya penuturan Andi berikut ini:

“Saya lebih suka bercerita dengan ibu saya karena dia bukan hanya saya anggap sebagai orang tua tetapi juga teman terdekat saya. Lagi pula ibu saya itu orangnya pengertian sekali sama saya, saran yang diberikan cukup baik dan bijaksana, saya rasa ibu saya itu ibu terbaik sedunia”(wawancara 13 April 2011).

Hal yang diungakpkan Andi ternyata sama dengan apa yang dituturkan IbuTatik (Orang tua Andi). Berikut penuturanya :

“Anak saya andi itu tipe orangnya sangat terbuka sekali terhadap keluarga dalam masalah apapun, bukan hanya kepada saya saja tetapi juga kepada Bapaknya. Meskipun lebih keseringan saya dari pada Bapaknya. Soalnya kan kadang-kadang Bapaknya suka kecapekan, kalau pulang kerja terus langsung tidur” (wawancara 13 April 2011).

Ketika diajukan pertanyaan lebih lanjut tentang topik pembicaraan ketika curhat, rata-rata responden menjawab seputar masalah pacar atau masalah keluarga (itu kalau cerita dengan teman), sedang kalau keluarga paling-paling tentang pelajaran di sekolah juga tentang pacar untuk yang

commit to user

96

punya pacar. Berikut merupakan ungkapan dari Uki dan Aning yang mengenai hubungannya dengan orang tua. Berikut ungkapan Uki :

“Orang tua saya itu memberikan kebebasan untuk saya dalam bergaul tapi saya tetap harus bertanggungjawab atas perbuatan saya sendiri”. (wawancara 11 April 2011).

Sedangkan ungkapan dari Aning adalah sebagai berikut:

“Hubungan dengan keluarga cukup baik karena mereka mengarahkan untuk tidak berbuat hal-hal yang negatif karena nanti pada akhirnya akan merugikan diri sendiri”.(wawancara 14 April 2011).

Orang tua sendiri mempunyai cara yang berlainan dalam melakukan pengawasan terhadap anak-anaknya. Semua itu tidak lepas dari pola sikap dan cara pandang orang tua dalam mendidik dan mengasuh (termasuk mengawasi) anak sejak kecil sampai dewasa kelak. Misalnya ada orang tua yang dalam melakukan pengawasan dengan cara monitoring jarak jauh seperti sering konsultasi dengan guru wali atau guru BK untuk sekedar mengetahui perekembangan anaknya di sekolah. Ada beberapa responden yang menyatakan cara pengawasan orang tua lumayan cukup ketat. Seperti yang dilakukan oleh orang tua Ina yang selalu menyuruh kakaknya mengantar Ina kalau mau pergi-pergi keluar meskipun tempatnya tidak terlalu jauh, misalnya toko buku. Lain halnya dengan orang tua Yoga yang selalu menerapkan kedisiplinan dan bersanksi jika dirinya melakukan kesalahan yang disengaja misalnya kalau malam Minggu keluar sampai malam.

commit to user

97

Dalam masalah pergaulan umumnya para responden diberi kebebasan atau kelonggaran oleh orang tua untuk bergaul dan mencari teman, hanya saja orang tua terlebih dahulu memberikan pengarahan mengenai norma maupun sopan santun yang ada dalan masyarakat. Sehingga secara otomatis anak akan dapat membedakan tipe pergaulan yang baik dan yang menyimpang dari norma. Ini berarti orang tua lebih menekankan tanggung jawab kepada anak dengan pola pengawasan yang longgar dan terkesan lebih santai seperti yang dialami oleh Indah, Risa, dan Via. Menurut Indah :

“Orang tua saya tidak terlalu ketat dalam mengawasi saya, mereka memberikan kebebasan kepada saya untuk bergaul dengan siapa saja selama pergaulan itu positif dan tidak mengganggu sekolah saya”(wawancara 11 April 2011).

Seperti halnya dengan Indah, orang tua Risa juga memberikan kelonggaran dalam pergaulan, seperti yang dituturkannya berikut ini :

“Orang tua saya jarang memberi komentar dalam pergaulan, hanya garis besarnya saja saya harus bisa menjaga diri agar tidak salah melangkah dalam bergaul. Lagi pula orang tua saya tahu kalau saya orangnya jarang keluar rumah”(wawancara 14 April 2011).

Dua jawaban diatas ditambah lagi dengan penuturan Via sebagai berikut :

“Orang tua saya membiarkan saya bergaul denga siapa saja tetapi mereka memberitahu bagaimana menghadapi teman-teman yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda”(wawancara 14 April 2011).

commit to user

98

Lain halnya dengan orang tua Indah, Risa dan Via, orang tua Yoga

lebih melindungi lagi (protection) dan memberi pengarahan dalam

pergaulan. Berikut ungkapan Yoga :

“Orang tua itu sangat bersikap disiplin dalam berbagai hal mas…karena mereka alasanya adalah sebagai bentuk keperdulian dan demi masa depan saya sendiri tentunya”.(wawancara 14 April 2011).

Mereka sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dalam bergaul sehingga ia selalu menanyakan setiap kali ada teman Yoga yang datang. Berikut merupakan penuturan dari Ibu Ratna (orang tua Yoga) :

“Saya selalu mengajarkan anak saya tentang kedisiplinan mas..hal ini penting ditanamkan sejak kecil. Terserah apa kata anak muda jaman sekarang, biarpun kadang saya dikatakan orang tua kolot itukan demi kebaikan anak saya sendiri”. (wawancara 11 April 2011).

Tidak jauh beda dengan orang tua Yoga, Andi pun mengatakan bahwa orang tuanya selalu memantau teman bergaul anaknya, mereka

sering mengingatkan pengaruh negatif lingkungan luar yang sedang trend

sekarang ini seperti perkelahian antar pelajar juga maraknya peredaran narkoba. Dari data diatas maka dapat dibuat matriks mengenai hubungan responden dengan keluarga sebagai berikut :

commit to user

99

Dokumen terkait