BAB IV. PENUTUP
Matriks 5. Sumber Pengetahuan dan Informasi Tentang Seks dan
Sumber Pengetahuan dan Informasi Tentang Seks dan Seksualitas
No Nama Sumber Pengetahuan dan Informasi Seks dan Seksualitas
1 Risa dan Yoga Memperbanyak membaca buku yang berhubungan dengan masalah
seks dan seksualitas.
2 Ina dan Indah Membaca di rubrik-rubrik kesehatan demi memuaskan rasa
keingintahuan mengenai masalah seks dan seksualitas
3 Aning Dari teman-teman ketika ngobrol santai atau baca-baca buku.
4 Via Sering melihat televisi dalam memperoleh informasi mengenai masalah
seksualitas.
5 Tyo Menemukan pengetahuan seputar seks di majalah karena berlangganan
majalah.
6 Uki Membaca koran demi mencari berita atau informasi masalah
seksualitas.
7 Eva, Itok dan
Andi
Mencari di google (media internet) karena dirasa lebih mudah dicari dan efisien.
8 Bapak Budi
Pendidikan masalah seks tersebut sudah diajarkan di SMA N 1 Karanganyar akan tetapi masih kurang karena pendidikan di sekolah terbatas oleh waktu
Sumber : Data Primer, Diolah April 2011
d. Peran Keluarga Dalam Pendidikan Seks
Masalah pendidikan seks sampai saat ini masih sering menjadi perdebatan. Secara ideal, pendidikan seks harus diberikan di sekolah akan tetapi dikarenakan waktunya sangat terbatas, di harapkan pendidikan seks juga disampaikan oleh keluarga dan organisasi masyarakat. Akan tetapi sampai saat ini sedikit sekali keluarga yang mau dan mampu mengajarkan masalah seks tersebut kepada anak-anaknya. Hal tersebut dikarenakan orang tua mereka memang belum bisa terbuka dengan masalah tersebut. Seperti yang dituturkan oleh Uki berikut ini :
commit to user
88
“Saya pernah membaca rubrik-rubrik tentang seks dan kesehatan dan saya tertarik, karena dapat menambah pengetahuan saya tentang seks dan kesehatan. Selain itu aku pernah mendapatkan info tentang seks tersebut dari televisi. Kalau orang tua….seingat saya mereka belum pernah memberikan pengetahuan seks kepada saya”(wawancara 14 April 2011).
Seseorang responden Andi mengaku pernah mendapatkan info tentang seks dari penjelasan Polisi yang datang ke sekolahnya. Berikut penuturannya:
“Saya kurang tertarik membaca rubrik-rubrik tentang seks dan kesehatan di majalah, kalau informasi lain yang selain dari sekolah…saya pernah mendapatkanya dari polisi yang datang kesekolah dan saya cukup puas dengan penjelasan tersebut karena masuk akal. Kalau orang tua saya sih tidak pernah memberitahu tentang seks pada saya, mungkin mereka takut kalua saya mencoba, namanya juga orang tua mas….pikiranya kan lain dengan kita”(wawancara 14 April 2011).
Soal keterbukaan orang tua tentang masalah seks ini ternyata berlaku pada keluarga Via dan Aning. Selain membaca dari majalah, buku dan televisi mereka mengaku bahwa orang tua mereka pernah mengajarkannya pada mereka, cuma porsinya tidak banyak, mereka hanya menjelaskan tentang kematangan reproduksi yang ditandai dengan menstruasi. Berikut merupakan penuturan Aning :
“Saya dirumah itu terbiasa ngomong mas kalau ada apa-apa, ya meskipun tidak semuanya..he he he..orang tua saya juga kadang
memberikan pengetahuan masalah seks kalau lagi
commit to user
89
Berikut merupakan penuturan salah satu keluarga responden yaitu Ibu Dona (Ibu dari Aning) :
“Dalam mendidik anak saya selalu berusaha memahami dan mengerti pola pergaulan anak jaman sekarang Mas..apalagi kalau soal seks, dari SMP anak saya sudah saya beri pengertian mengenai masalah seksualitas khusus dalam saat mengalami menstruasi. Dulunya sih anak saya risih mendengarnya tapi lama kelamaan sekarang anak saya malah selalu bercerita sendiri mengenai masalah seks dan apa yang dialaminya. Jika tidak tau….ya saya hanya mendengarkanya saja”(wawancara 13 April 2011).
Sedangkan penuturan Via adalah sebagai berikut :
“Dari kecil memang saya sudah diajarkan mengenai pemahaman masalah seksualitas kok mas…kira-kira ya waktu umur 12 tahun lah”.(wawancara 28 Maret 2011).
Sama Halnya dengan Bapak Hasan (Orang tua Via) berikut penuturanya saat dimintai tanggapan mengenai anaknya :
“Via itu anaknya cerewet sekali kalau dirumah, jadi ya sewajarnya kalau ada apa-apa sedikit suka cerita ke saya Mas, sambil tertawa-tertawa sendiri…kalau masalah yang mengenai seksualitas anaknya memang sudah terbuka dari dia masing duduk dikelas 1 SMP, terutama dia pada Ibunya” (wawancara 13 April 2011).
Terkadang orang tua sering menganggap masalah seks itu adalah hal yang tabu untuk disampaikan kepada anaknya. Orang tua menganggap bahwa masalah tersebut kelak akan diketahui dengan sendirinya pada saat anak sudah dewasa. Berikut merupakan peran dari masing-masing keluarga responden lainnya yaitu Risa, Efa, Itok, Tyo, Yoga, Ina dan Indah. Masing masing dari mereka mengaku peran orang tua atau keluarga
commit to user
90
sangat sedikit bagi pengetahuan mereka tentang permasalahan seksualitas. Berikut penuturan dari Risa :
“Orang tua saya itu orangnya tidak terlalu banyak omong mas..mereka itu seakan-akan menganggap saya sudah dewasa, jadi ya saya harus menyadari itu”. (wawancara 11 April 2011).
Sedangkan penuturan Efa sebagai berikut :
“Keluargaku itu lebih banyak mengarahkan tentang masalah- masalah akademis mas..misalnya nanti kalo lulus SMA itu mau kuliah dimana ya pokoknya kayak gitu-gitulah”(wawancara 13 April 2011).
Penuturan Itok berikut merupakan pengakuan Itok terhadap peran keluarganya dalam pendidikan seks pranikah :
“Keluarga saya tidak terlalu memberikan pengarahan dan jarang memberikan informasi kepada saya mas kalau masalah seks”(wawancara 13 April 2011).
Banyak orang tua memang masih memandang masalah seks tersebut adalah hal yang tabu sehingga pendapat seperti ini perlu diluruskan karena akan lebih berbahaya lagi apabila anak mencoba mencari jawaban dengan kemauannya sendiri. Akan lebih bijak agar anak- anak mengerti sejak usia remaja bahwa ini tidak boleh dan itu juga tidak boleh, ini akan terjadi begini dan kalau itu tidak, maka orang tua harus memberikan penjelasan mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami kelak. Dari pada anak-anak penasaran dan justru salah penafsiran serta mencari jawaban sendiri karena banyaknya informasi yang berseliweran soal seks. Lagi- lagi memang peran keluraga sangat penting dalam pendidikan bagi anak entah itu dalam bentuk apapun. Berikut merupakan
commit to user
91
penuturan dari Tyo, Yoga, Ina dan Indah mengenai peran keluarga mereka dalam pendidikan seks. Penuturan Tyo :
“Keluarga saya itu cenderung cuek dan tidak mempedulikan pendidikan seks mas…selama saya mereka anggap masih bisa diatur dan tidak membandel, ga ada masalah bagi mereka”.(wawancara 14 April 2011).
Penuturan Yoga hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh Efa. Berikut penuturan Yoga :
“Orang tua saya itu lebih cenderung memperhatikan pendidikan yang baku seperti matapelajaran tertentu mas…dari pada menceramahi saya tentang masalah seksualitas”.(wawancara 14 April 2011).
Sedangkan ungkapan Indah mengenai peran keluarganya dalam pendidikan seks sebagai berikut :
“Keluarga saya sangat jarang melakukan diskusi mengenai masalah-masalah yang memang itu termasuk porsinya orang dewasa, apalagi tentang seks mas...bahkan tidak pernah”.(wawancara 11 April 2011).
Ungkapan responden Ina adalah sebagai penutup mengenai peran keluarga dalam pendidikan seks. Berikut ungkapanya :
“Orang tua saya itu cenderung tidak terlalu mengambil pusing mengenai pendidikan seks karena anaknya dianggap sudah
dewasa..nanti juga akan mengerti dengan
sendirinya”.(wawancara 11 April 2011).
Remaja senantiasa dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan luar. Media massa dan multimedia yang dapat dikategorikan sebagai lingkungan luar yang berpengaruh pada remaja dirasa sebagai faktor yang paling dominan pengaruhnya bagi
commit to user
92
remaja, sehingga peran pendidik (orang tua dan juga guru di sekolah) diharapkan dapat menjalin keterbukaan komunikasi dan hubungan dengan anak dalam hal memberikan penjelasan masalah seksualitas. Dengan pendidikan seks lebih dini, diharapkan dapat mencegah seks pranikah pada remaja.
Dari penjelasan diatas berikut merupakan matriks peran keluarga dalam pendidikan seks :
commit to user
93