• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERPRETASI PELAJAR SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TENTANG PENDIDIKAN SEKS DAN PERILAKU SEKS PRANIKAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERPRETASI PELAJAR SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TENTANG PENDIDIKAN SEKS DAN PERILAKU SEKS PRANIKAH"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

DAN PERILAKU SEKS PRANIKAH

(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Interpretasi Pelajar SMA Negeri 1 Karanganyar Tentang Pendidikan Seks dan Perilaku Seks Pranikah )

Oleh :

DICKY RANGGA KUSUMA D3207017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Polotik

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

Telah Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Ujian Skripsi Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Drs. Argyo Demartoto, M.Si

(3)

commit to user

iii

Telah Disetujui Dan Diuji Oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari : Tanggal : Panitia Penguji

Prof. Dr. RB. Soemanto, MA.

NIP : 194709141976121001 (____________________ )

Ketua

Siti Zunariyah S, Sos, M.Si

NIP : 197707192008012016 (____________________ )

Sekretaris

Drs. Argyo Demartoto, M,Si

NIP : 196508251992031003 (____________________ )

Penguji 1

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

(4)

commit to user

iv

Dengan penuh rasa syukur, karya sederhana ini

dipersembahkan kepada yang terkasih dan tercinta

:

Keluargaku Ayah dan Ibu, sebagai wujud rasa

hormat, bakti dan tanggungjawabku

Keluarga Besarku Kakek, Nenek dan

saudara-saudaraku sebagai rasa kebanggaannya

Adikku Anggraini Kusuma Dewi

(5)

commit to user

v

Memiliki sedikit pengetahuan namun dipergunakan

untuk berkarya jauh lebih baik daripada memiliki

pengetahuan luas namun mati tak berfungsi.

(Khalil

Ghibran)

Jika anda memiliki kemampuan untuk menang, anda

telah memperoleh setengah dari keberhasilan anda,

jika anda tidak memilikinya, anda telah

memperoleh setengah dari kegagalan anda.

(David

Abrose)

Seseorang yang optimis melihat suatu kesempatan

dalam setiap bencana, seorang pesimis melihat

bencana dalam setiap kesempatan.

(Herbert V.

(6)

commit to user

vi

Dengan segala kerendahan hati saya panjatkan puji syukur pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi.

Dalam melaksanakan penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan baik materiil maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang ditujukan kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Bagus Haryono, M. Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Th. A. Gutama, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Argyo Demartoto, Msi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bpk dan Ibu saya yang telah memberikan dukungan baik secara moril dan materiil sehingga tugas ini terasa ringan untuk dijalankan. Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari orang tua hal ini tidaklah ada artinya.

6. Seluruh Guru, Karyawan dan Siswa SMA N 1 Karangayar, terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya selama ini.

7. Adik tercinta, beserta pendamping setiaku Mirantika Emma terima kasih atas dukungan, cinta, kasih sayang, doa dan semangatnya yang selama ini membantu dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

commit to user

vii

maupun spiritual kepada penulis sehingga penulis senantiasa optimis dalam menghadapi masalah-masalah yang ada.

10.Teman-teman Sosiologi FISIP UNS 2007, terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini.

11.Serta semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan pembuatan penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Juni 2011

(8)

commit to user

viii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 37

(9)

commit to user

ix

7.Teknik Analisis Data ... 40

BAB II. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 43

A. Gambaran Umum SMA N 1 Karanganyar ... 43

B. Gambaran Khusus SMA N 1 Karanganyar... 58

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A.HASIL PENELITIAN ... 62

1. Karakteristik Responden ... 62

2. Karakteristik Informan ... 67

3. Arti dan Peran Pendidikan Seks ... 69

4. Beberapa Faktor yang Berkaitan Dengan Pendidikan Seks……… 94

5. Interpretasi Pelajar Tentang Motivasi Berpacaran, Perilaku Berpacaran dan Perilaku Seks Pranikah………. 122

B.PEMBAHASAN ... 139

BAB IV. PENUTUP ... 148

A.KESIMPULAN ... 148

B.IMPLIKASI ... 151

1. Implikasi Teoritis ………... 151

2. Implikasi Metodologis ……… 154

3. Implikasi Empiris ……… 156

C.SARAN ... 158

DAFTAR PUSTAKA

(10)

commit to user

x

Halaman Tabel 1 Distribusi Siswa SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran

2010/2011 ... 54 Tabel 2 Bobot Sanksi Pelanggaran Tata Tertib Siswa SMA N 1 Karanganyar

(11)

commit to user

xi

Halaman

Matriks 1. Karakteristik Responden... 66

Matriks 2. Karakteristik Informan... 69

Matriks 3. Arti Pendidikan Seks dan Perannya Bagi Pelajar ... 75

Matriks 4. Peran Pendidikan Seks di Sekolah... 82

Matriks 5. Sumber Pengetahuan dan Informasi Tentang Seks dan Seksualitas……… 87

Matriks 6. Peran Keluarga Dalam Pendidikan Seks……… 93

Matriks 7. Hubungan Responden Dengan Keluarga... 99

Matriks 8. Lingkungan Pergaulan... 105

Matriks 9. Faktor Media Televisi………...…. 111

Mariks 10. Faktor Media Audio Visual Bagi Remaja………. 117

Matriks 11. Faktor Media Internet……….. 112

Matriks 12. Motivasi Berpacaran…. ………. 126

Matriks 13. Perilaku Dalam Berpacaran………. 131

Matriks 14. Perilaku Seks Pranikah….. ……….. 138

Matriks 15. Tujuan Penerapan Pendidikan Seks di SMA Negeri 1 Karanganyar……….. 142

(12)

commit to user

xii

Halaman

Bagan 1. Skema Teori Aksi... 23

Bagan 2. Kerangka Berpikir... 36

Bagan 3. Skema Model Analisis Interaktif…. ………. 42

(13)

commit to user

xiii

Lampiran 1. Gedung Tampak Depan Lokasi Penelitian SMA N 1 Karanganyar Lampiran 2. Lokasi Penelitian Gedung Bagian Dalam SMA N 1 Karanganyar Lampiran 3. Suasana Saat Belajar Mengajar SMA N 1 Karanganyar

Lampiran 4. Peneliti Melakukan Wawancara Dengan Guru SMA N 1 Karanganyar Lampiran 5. Peneliti Mewawancara Responden Responden Laki-Laki

(14)

commit to user

xiv

KARANGAYAR TENTANG PENDIDIKAN SEKS DAN PERILAKU SEKS PRANIKAH. Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Interpretasi Pelajar SMA Negeri 1 Karanganyar Tentang Pendidikan Seks dan Perilaku Seks Pranikah, Skripsi Jurusan Sosiologi, FISIP UNS, 2011.

Globalisasi dan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi disadari memberikan kemajuan yang sangat pesat terhadap proses pembangunan di berbagai sektor. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa arus global turut serta mengubah terjadinya perubahan perilaku dan interpretasi manusia terhadap nilai luar. Artinya dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta komunikasi terjadilah banyak perubahan sosial yang serba cepat hampir pada semua kebudayaan manusia dan mempengaruhi pola-pola kehidupan manusia terutama pada remajanya seperti dalam hal pergaulan, cara pandang, gaya hidup bahkan pada pola perilaku seks yang cenderung konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interpretasi pelajar SMA Negeri 1 Karanganyar tentang pendidikan seks dan perilaku seks pranikah.

Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Karanganyar khususnya di SMA Negeri 1 Karanganyar dengan menerapkan studi deskriptif kualitatif yang berusaha menggambarkan dengan jelas dan mudah dipahami setiap kondisi lapangan yang dijumpai. Sampel diambil berdasarkan purposive samping dengan menerapkan maximum variation. Jumlah responden yang diambil adalah 11 orang, terdiri dari 5 orang pelajar laki-laki dan 6 orang pelajar perempuan, serta enam orang informan yang terdiri dari 2 orang guru dan 4 orang tua responden.

Dalam penelitian mengenai interpretasi pelajar SMA Negeri 1 Karanganyar diketahuia bahwa pendidikan seks pada dasarnya merupakan penerangan tentang masa tumbuh kembang remaja atau psikologi remaja (perubahan fisik dan emosi) dan juga penjelasan mengenai kesehatan reproduksi, anatomi dan fisiologi organ reproduksi, penyakit menular seksual dan juga bagaimana menjaga perilaku seksualnya sehingga tidak bertentangan dengan norma masyarakat. Termasuk didalamnya pengarahan mengenai pergaulan remaja yang memuat unsur-unsur tata tertib, norma-norma dan aturan dalam pergaulan (pacaran). Pada umumnya mereka menyatakan bahwa pendidikan seks sangat penting diberikan pada remaja tidak setuju apabila masalah seks dianggap tabu untuk diketahui karena, kalau masalah seks tersebut tetap dianggap tabu maka remaja akan semakin buta dalam memahami arti dari seks itu sendiri. Pada umumnya orang tua memberikan kebebasan kepada anak dalam memilih teman bergaul. Pelajar mendapatkan pengetahuan tentang seks dari sekolah atau guru, majalah, koran, dan juga televisi. Sebaiknya pelajar diberikan penyuluhan tentang seks bebas termasuk juga didalamnya diberikan kerugian, serta penanaman norma dan etika yang dilakukan oleh keluarga sejak dini sebagai upaya pencegahan agar remaja tidak terjerumus dalam pergaulan yang menyimpang.

(15)

commit to user

xv

SCHOOL 1 KARANGANYAR’S STUDENTS ABOUT SEX EDUCATION AND FREE SEX BEHAVIOR

Globalization and advance on the knowledge, technology, and communication actually gives the rapid progress on process of sector development. Nevertheless, it changes human’s interpretation and behavior about the norm. It also makes alteration almost on social life and human’s culture especially on a teenager’s life include of their association, paradigm, lifestyle, even sex behavior. The aim of this research is for knowing interpretation of Senior High School 1 Karanganyar’s students about sex education and free sex behavior.

This research is located in Karanganyar regency especially in Senior High School 1 Karanganyar that use qualitative descriptive study describing clearly and understandable on whole of area. Sample is taken based on purposive sampling using maximum variation. Total sample is 11 students, consist of 5 man students and 6 woman students. The amount of informant is 6 consist of 2 teachers and 4 student’s parents.

In this research, based on the interpretation of Senior High School 1 Karanganyar‘s students that sex education is a study about teenager’s development term or their psychology include of physic and emotion alteration. It also describes reproduction health, anatomy, physiology of reproduction organ, sexual transmitted diseases, and also the way for keeping their sex behavior appropriates with social norm. Include of the regulation and norm in a teenager’s association. Based on their impression, sex education is so important given to teenager. They don’t think that sex education is a taboo thing. In a general, parents give freedom for their child for choosing friend and environment themselves. Students get sex knowledge from the school or teachers, magazines, newspaper, and also television. Students should be given an illumination about free sex, applying norm and ethics in their family as the avoidance in order that teenager won’t fall into wrong association.

(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam perkembangan hidupnya manusia dipengaruhi oleh hal-hal yang

berasal dari luar dirinya sendiri dan faktor-faktor yang berasal dari luar

pribadinya. Untuk menentukan faktor mana yang paling dominan dalam

pembentukan kepribadian manusia, hingga saat ini tidak dapat ditentukan secara

mutlak.

Diri pribadi manusia lazimnya terdiri dari tiga aspek pokok. Aspek

pertama adalah rasionya atau disebut kognitif manusia, aspek kedua adalah

emosinya atau disebut afektif manusia dan aspek ketiga merupakan penyerasian

antara aspek kognitif dan aspek afektif yang disebut konatif atau kehendak

manusia. Sedangkan dari luar pribadinya manusia dipengaruhi oleh lingkungan

sosial yaitu segala faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan pribadi

manusia yang berasal dari luar diri pribadi.

Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan

serta komunikasi berpengaruh pula pada perubahan sosial yang serba cepat

hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan sosial tersebut

mempengaruhi pola-pola kehidupan manusia terutama bagi para remaja misalnya

saja dalam hal pergaulan, cara pandang, cara pikir, bahkan sampai pada pola

(17)

commit to user

2

dari rel daripada pola-pola seks yaitu, keluar dari jalur-jalur konvensional

kebudayaan. Pola seks itu lalu dibuat menjadi Hyper modern dan radikal sehingga

bertentangan dengan sistem. (Soekanto,1992:56). Pada beberapa dekade terakhir

ini terjadi perubahan-perubahan mengenai perilaku seks dan norma-norma seks

baik di negara industri maupun negara berkembang. Proses perubahan tersebut

berjalan terus menerus dan manusia terus bertambah agresif terhadap perilaku

seks pranikah.

Di Indonesia perubahan sudah mulai terjadi setidak-tidaknya pada

kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat misalnya saja kelompok remaja.

Perubahan tersebut kiranya dapat dikaitkan dengan perubahan sosial, ekonomi,

pendidikan, kurangnya kontrol sosial, bertambahnya kebebasan, bertambahnya

mobilitas muda-mudi, meningkatnya usia perkawinan serta

rangsangan-rangsangan seks melalui berbagai sarana hiburan dan media massa

(Singarimbun,1996:112).

Perubahan tata nilai terutama di daerah perkotaan mempengaruhi perilaku

seksual masyarakat. Pada masyarakat perkotaan perilaku seks cenderung permisif.

Sarana hiburan memberi peluang terjadinya perilaku seks yang bebas. Seks bebas

dipilih sebagai penyaluran rasa ingin tahu dan ingin menikmati, akibatnya

perilaku seks pranikah semakin menunjukkan arah yang kian menyimpang dari

norma. Kondisi ini mulai menjalar ke daerah-daerah pinggiran bahkan sampai

(18)

commit to user

3

Dikalangan remaja kita masalah seksualitas sepertinya belum sepenuhnya

dipahami. Hal ini dikarenakan pendidikan mengenai masalah seks yang mereka

dapatkan dirasa masih kurang baik itu dilingkungan keluarga maupun lingkungan

sekolah. Sikap mentabukan pembicaraan mengenai masalah seks yang dianut oleh

sebagian masyarakat kita membuat permasalahan mengenai seks semakin sulit

dipahami. Tidak jarang orang tua cenderung menutup-nutupi ketika seorang anak

bertanya mengenai masalah seks. Sikap mentabukan masalah seks tersebut bisa

dilihat seperti yang dilakukan oleh orang tua khususnya para ibu, yang

menganggap bahwa masalah seks itu tidak boleh diketahui dan dibicarakan oleh

anak-anak terutama bagi mereka yang belum menikah. Mereka beranggapan

anak-anak tersebut akan mengetahui masalah seksualitas dengan sendirinya

setelah mereka dewasa dan sudah menikah, padahal tidak jarang pula banyak dari

orang dewasa yang sudah siap menikah dan bahkan sudah menikah kurang begitu

memahami masalah tentang seksualitas. Sebagai contoh ada sebagian gadis yang

sudah siap menikah bahkan sudah menikah tidak mengetahui apa itu masa dan

kapan ia mendapatkan masa subur. (Sarwono 2001:146)

Disamping sikap tidak tahu yang dilakukan oleh orang tua terhadap

masalah seksualitas, sampai saat ini banyak sekali orang tua yang merasa masih

kesulitan dan bingung menjawab pertanyaan anak-anak meraka (bahkan yang

dibawah umur), seputar masalah seksualitas maupun hal-hal yang berhubungan

dengan alat-alat reproduksi, mestilah hal tersebut dijelaskan dengan gamblang,

(19)

commit to user

4

tidak dijelaskan semakin lebih parah. Anak semakin buta lalu bertindak

sekehendaknya. Informasi yang berseliweran soal seks pun sudah ada di sekitar

mereka. Masalah yang sering membuat orang tua kebingungan menjawab

pertanyaan anak-anak tersebut misalnya saja, ketika ada seorang anak mereka

yang bertanya mengapa antara anak laki-laki dan perempuan itu berbeda dalam

hal alat reproduksi (alat kelamin), dari mana seorang bayi itu bisa ada (lahir dan

keluar), mengapa wanita mesti haid, mengapa wanita bisa hamil, apa itu aborsi,

apa artinya diperkosa dan lain lain. Hal ini tidak dapat dikesampingkan begitu

saja mengingat daya pikir anak-anak bertanya tentang segala sesuatu yang

berkaitan dengan seks, mengapa? Karena seksualitas memang berkembang sejak

masa bayi, anak-anak, remaja sampai dewasa. Perkembangan itu mereka juga

merasakan sehingga muncul keingintahuan dan mengenal segala sesuatu yang

berkaitan dengan seksualitas.

Dipihak lain, makin banyak informasi dari media masa tentang berbagai

hal yang berkaitan dengan masalah seksualitas, termasuk adegan yang erotik.

Tidak aneh jika kemudian anak mengajukan pertanyaan tentang apa yang

dirasakan, didengar dan berkaitan dengan seksualitas. Jadi wajar apabila

pertanyaan itu muncul karena mereka (anak), mendengar dan mengalami semua.

Kesulitan orang tua dalam memberikan penjelasan tentang masalah

seksualitas tersebut dikarenakan banyak dari orang tua itu sendiri kurang begitu

memahami masalah mengenai seksualitas, terkadang meraka masih bingung

(20)

commit to user

5

mana mereka akan memulai pembicaraan masalah mengenai seksualitas itu

sendiri. Akhirnya banyak orang tua yang beranggapan dan melimpahkan semua

permasalahan tersebut pada pendidikan sekolah, mereka berpikir biarlah pihak

sekolah yang akan memberikan pengertian serta penjelasan mengenai masalah

seksualitas. Ironisnya dari pihak sekolah sendiri banyak yang belum menerapkan

pendidikan seks dan belum terbuka mengenai seksualitas.

Pada era modern seperti sekarang ini semestinya permasalahan mengenai

seks bukanlah hal yang tabu lagi, hal ini dikarenakan pendidikan mengenai

masalah seks itu sendiri sangat penting bagi anak-anak yang sudah memasuki

usia pubertas (akhil baligh), karena seks itu sendiri merupakan kebutuhan bagi

setiap individu (makhluk hidup) bahkan juga binatang akan tetapi, ada

norma-norma serta aturan yang mengatur mengenai masalah seks itu sendiri agar hal

tersebut tidak disalahgunakan.

Masalah seks bukan hanya masalah hubungan seksual semata-mata. Sikap

mentabukan pembicaraan mengenai masalah seksualitas mengakibatkan sebagian

besar remaja kehilangan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan, pikiran,

kebutuhan, harapan, permasalahan dan ketakutan meraka pada seksualitas. Pada

akhirnya, remaja kehilangan kesempatan untuk mengetahui atau memahami

seksualitas secara benar dan proposional sesuai fungsi dan tujuan dasarnya

(Efendi, 1986:169).

Berbicara masalah seks dan seksualitas, maka sebenarnya tidak hanya

(21)

commit to user

6

seperti anggapan masyarakat selama ini. Berbicara masalah seksualitas artinya

kita membicarakan tentang kesehatan reproduksi, anatomi dan fisiologi organ

reproduksi, penyakit menular seks dan lain-lain.

Jika kita mau menelusuri lebih jauh sebenarnya masalah seks sangat luas

sekali dimensinya, bisa fisik, mental maupun sosial. Dari sudut dimensi fisik ini

berarti kita harus bisa mengerti anatomi, fisiologi organ-organ reproduksi dan

harus tahu bagaimana menjaga kesehatan organ reproduksinya. Dari dimensi

mental/psikologis, artinya kita harus bisa mengerti sifat-sifat yang berkaitan

dengan seks, perilaku seks, dan dapat mengatasi dorongan seksualitas terhadap

lawan jenis secara tepat. Dari dimensi sosial ini berarti banyak berkaitan dengan

lingkungan masyarakat sekitar dalam hal seksualitas misalnya, kita harus dapat

menjaga perilaku seksualitas kita sehingga tidak bertentangan dengan norma

masyarakat.

Dari gambaran tersebut diatas dapat dipahami dan disadari bahwa

pendidikan seks sangat penting untuk diberikan. Akan tetapi pendidikan seks itu

sendiri sering menimbulkan kontroversi, disatu sisi hal tersebut sangat diperlukan

karena sebagai salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan

seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan

seperti kehamilan yang tidak direncanakan dan penyakit menular yang

diakibatkan oleh seks. Tetapi disisi lain orang tua atau pendidik jadi tidak mau

berterus terang dan terbuka pada anak-anak atau anak didiknya mengenai masalah

(22)

commit to user

7

melakukan seks sebelum waktunya (sebelum menikah). Seks kemudian menjadi

tabu untuk dibicarakan walaupun antara anak dengan orang tua mereka sendiri.

Pandangan pro kontra pendidikan seks ini pada hakikatnya tergantung

sekali pada bagaimana kita mendefinisikan pendidikan seks itu sendiri. Jika

pendidikan seks diartikan sebagai pemberian informasi mengenai seluk beluk

anatomi dan proses teknik pencegahannya (alat kontrasepsi), maka kecemasan

tersebut di atas memang beralasan.

Pada dasarnya pendidikan seks bukan penerangan mengenai masalah seks

semata-mata. Pendidikan seks pada umumnya diberikan secara kontekstual, yaitu

dalam kaitannya dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, apa yang

dilarang, apa yang lazim, dan bagaimana cara melakukan tanpa melanggar aturan.

(Sarwono 2001:183).

Pentingnya informasi tentang seks bagi remaja dikarenakan pada saat

remaja, seorang mulai mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa termasuk

dalam aspek seksualnya, dimana pada masa ini hormon seksual yang ada dalam

diri remaja mulai aktif yang salah satu akibatnya adalah menimbulkan dorongan

seksual dalam diri. Dorongan seks tersebut yang mengakibatkan remaja mulai

atau sering mencari informasi soal seks.

Artinya proses kematangan alat reproduksi setelah meningkat menjadi

dewasa remaja justru membutuhkan pelayanan yang baik dan informasi yang

baik. Dalam masa remaja terdapat beberapa perubahan yang terjadi, misalnya dari

(23)

commit to user

8

jakun, dan sebagainya. Perubahan pada remaja putri, misalnya tumbuhnya

payudara, jerawat, bulu-bulu pada tempat tertentu, mungkin sebagian remaja

menganggap hal itu biasa, kalau sudah mendapatkan penerangan (informasi).

Tetapi bagi yang tidak, hal tersebut membuat rasa cemas, takut, malu sehingga

kalau bertanya. Tanda alat reproduksi ini sudah matang adalah dengan tanda

datangnya haid pada remaja putri serta datangnya mimpi basah bagi remaja putra.

Semua manusia akan mengalami masa ini dan hanya saja remaja sekarang tidak

tahu akan tanya pada siapa. Kadanag juga ada remaja yang memilih diam saja

dalam menyikapi hal ini. matangnya proses reproduksi ini tidak sekedar

datangnya haid atau mimpi basah saja, tetapi yang terpenting disini adalah libido

atau dorongan seks.

Libido atau dorongan seks ini anugerah dari Tuhan, memang diciptakan

seiring dengan kematangan alat reproduksi. Ada remaja yang kadang-kadang

bingung karena ada sesuatu yang lain dari dirinya. Dia mulai tertarik lawan

jenisnya. Dia mulai memperhatikan penampilan dirinya, dia berusaha menarik

perhatian lawan jenis. Semakin lama mereka semakin tumbuh dewasa, dorongan

seks semakin mendesak, padahal kalau mereka masih sekolah berarti penundaan

usia kawin. Sementara informasi, tidak jelas atau tidak ada, kalaupun ada mereka

pun tidak tahu dimana mencarinya. Harusnya mereka bisa bertanya pada orang

tua, tetapi sebagian orang tua kadang mentabukan untuk membicaraan mengenai

(24)

commit to user

9

Selama ini remaja kita memperoleh pendidikan seks dari tiga unsur yaitu

orang tua, sekolah, dan lingkungan sekitar.

1. Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah lembaga pertama dan yang utama melakukan

sosialisasi terhadap anaknya. Dalam keluargalah pendidikan dan

pembudayaan diusia dini bahkan di awal kejadian janin dibangun fondasinya.

Karakter dasar dan kejiwaan umumnya terbentuk di usia awal ini, disaat anak

sedang berada dalam asuhan penuh orang tua dan keluarganya. Dalam

keluarga individu belajar mengenal makna cinta kasih, simpati, ideologi,

bimbingan dan pendidikan dari orang tua sebelum seorang anak tersebut

mengenal lingkungan luar yang lebih luas termasuk didalamnya norma-norma

dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan bagian dari

kepribadianya.

Dalam kaitannya dengan pendidikan seks, sebagai pendidik yang

utama orang tua diharapkan dapat memberikan pendidikan mengenai seks

secara tepat kepada anaknya, akan lebih baik jka orang tua bisa berdialog

terbuka dan kritis dengan anak-anaknya dirumah, dan berdiskusi tentang

informasi yang didapat anak dari sumber luar. Keterbukaan dengan cara yang

etis dan santun dalam penyampaian informasi seperti bahaya obat dan

narkotika, tentang etika pergaulan atau tentang masalah seksualitas, hal ini

sangat perlu dilakukan, pendidikan seks sejak dini diharapkan dapat mencegah

(25)

commit to user

10

diharapkan anak atau remaja harus sudah dapat berfikir cerdas dan rasional

akan dampak yang ditimbulkan dari seks pranikah.

Namun berbeda dengan hasil riset Benet dan Dickson bahwa

pemberian informasi tentang seks dari orang tua belum tentu lebih baik

daripada informasi dari sumber lain, demikian menurut hasil riset dari Kallen

Stephenson dan Noughty (1983).

Sejalan dengan hasil penelitian diatas, memang banyak orang tua

sendiri yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan anak-anak remaja

mereka. Selain sikap orang tua yang masih kuatnya berlaku tabu sehubungan

dengan masalah seks, orang tua juga sering kurang paham perihal masalah

yang satu ini. Pengetahuan yang terbatas itulah yang menyebabkan orang tua

kurang dapat berfungsi sebagaimana sumber dalam pendidikan seks.

2. Lingkungan Sekolah

Sekolah juga berperan terhadap perkembangan jiwa seseorang

individu dan pola hidup, sebab kelompok sepermainan biasanya tumbuh di

lembaga pendidikan formal selain itu, kondisi sekolah dan sistem pengajaran

yang kurang menguntungkan siswanya dapat menjerumuskan mereka pada

kenakalan remaja. Pola hidup yang berkembang di sekolah dewasa ini

terutama memberikan tekanan pada materialisme, mengenai masalah seks

pengetahuan yang diberikan sekolah terhadap siswanya dinilai masih kurang.

(26)

commit to user

11

pelajaran yang diberikan mengenai pengetahuan reproduksi masih berkisar

pada pengetahuan yang umum. (Soekanto,1992:25).

Untuk memprogramkan pendidikan seks sebagai bagian dari

kurikulum sekolah, memerlukan pemikiran yang mendalam. Hal ini

dikarenakan sistem pendidikan formal di Indonesia menganut azaz sistem

tunggal. Artinya, materi kurikulum berlaku diseluruh Nusantara, padahal jika

menyangkut mengenai seks, setiap daerah bahkan setiap keluarga mempunyai

kondisi khusus yang berbeda dari daerah atau keluarga lain. Sesuatu yang

lazim di keluarga atau daerah tertentu bisa jadi sangat aneh dikeluarga atau

daerah lain. Sehingga di Indonesia yang sangat bervariasi ini, sulit diterapkan

pendidikan seks melalui jalur formal, selama jalur ini masih berpola sistem

tunggal.

Pendidikan seks di Indonesia menemukan bentuknya dalam jalur-jalur

pendidikan non formal seperti dalam ceramah-ceramah, kegiatan-kegiatan

ekstra kurikuler di sekolah, sarasehan, rubrik-rubrik remaja di media massa

dan lain-lain. Bentuk pendidikan seks yang non formal ini lebih luwes dan

bisa selalu disesuaikan dengan kondisi tempat dan waktu sehingga tidak

menimbulkan dampak sampingan yang tidak diharapkan.

3. Lingkungan Sekitar

Lingkungan sekitar merupakan lingkungan yang sangat kompleks

sifatnya dan juga sangat berpengaruh pada perkembangan remaja. Mulai dari

(27)

commit to user

12

kita, dari sini remaja dapat memperoleh berbagai informasi sehingga remaja

harus pandai-pandai memfilterkan informasi yang mereka dapatkan.

Mengenai pergeseran norma seksual remaja, Sarlito Wirawan Sarwono

berkata sebagai berikut “Kesimpulan utama dari penelitian yang

diselenggarakan adalah sedang terjadi pergeseran norma-norma tentang

perilaku seksual di kalangan remaja. Hal-hal yang ditabukan oleh remaja

tahun 50-an seperti berciuman dan bercumbuan sekarang dibenarkan oleh

remaja. Bahkan ada sebagian kecil yang setuju pada free sexs, bukan itu saja,

sebagian responden juga mengakui pernah berhubungan seks. Umumnya

dengan pelacur, wanita dewasa atau teman, tetapi ada juga yang bersenggama

dengan pacarnya”. (Singarimbun,1996:112).

Remaja sejalan dengan perkembanganya mulai kembali bereksploitasi

dengan diri, nilai-nilai, identitas peran, dan perilakunya. Dalam masalah

seksualitas remaja sering kali bingung dengan perubahan yang terjadi pada

dirinya, benarkah ia normal, adakah orang lain yang mengalami hal yang

sama? Kebutuhan remaja ini tentu saja harus ditanggapi dengan benar dan

proporsional oleh pendamping (guru, orang tua, dan masyarakat umum) jika

kebutuhan ini tidak ditanggapi dengan baik maka mereka akan mencari

sumber-sumber lain yang cukup dekat dengannya namun belum tentu

memberikan informasi yang benar.

Lingkungan di sekitar SMA N 1 Karanganyar mempunyai pengaruh

(28)

commit to user

13

Karanganyar sangat berdekatan dengan terminal dan alun-alun yang

mempunyai konotasi negatif dalam pandangan masyarakat kita. Banyak

perjudian, minum-minuman keras dan obat terlarang, budaya nongkrong,

penjualan media-media bahkan yang berbau porno hingga tidak menutup

kemungkinan adanya prostitusi yang berkembang di lingkungan ini. Secara

tidak langsung kondisi seperti ini berpengaruh sekali pada para pelajar SMA

tersebut.

Mengenai fenomena seks pranikah, di SMA N 1 Karanganyar sendiri

hal tersebut pernah terjadi, terbukti dengan adanya kejadian siswa yang hamil

diluar nikah. Secara umum angka seks pranikah di SMA N 1 Karanganyar

tidak menunjukkan angka yang tinggi (dalam artian tidak sering terjadi),

sampai dengan bulan Juni 2010 hanya ada kurang lebih 0,02% kasus yang

terjadi. Akan tetapi hal tersebut menimbulkan keresahan dalam lingkungan

sekolah.

Sekolah diharapkan mampu membentuk benteng pertahanan moral

dengan memberikan penjelasan dan pengarahan yang benar mengenai

informasi seksualitas. Dengan demikian penjelasan (pendidikan) yang benar

mengenai masalah seksualitas yang didapat pelajar di sekolah tidak langsung

berakibat negatif pada pembentukan interpretasi pelajar tentang perilaku seks

pranikah. Interpretasi pelajar dalam mengolah informasi seksual yang masuk

sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor penting adalah

(29)

commit to user

14

sekolah mengenai nilai-nilai yang benar tentang masalah seksualitas, sehingga

pelajar dapat mengolah secara benar informasi tentang masalah seksualitas.

Sekarang ini tingkah laku seksual remaja tidak menguntungkan

nampaknya. Karena remaja merupakan masa peralihan ke masa dewasa,

termasuk dalam aspek seksualnya. Dengan demikian memang dibutuhkan

sikap yang bijaksana dari orang tua, pendidik dan masyarakat pada umumnya

dan tentunya dari remaja itu sendiri, agar mereka dapat melewati masa transisi

itu dengan selamat.

Keadaaan rawan ini justru lebih banyak terjadi pada lingkungan

pelajar. Lingkungan ini justru merupakan lingkungan yang sangat mudah

terhadap masuknya bebagai pengaruh negatif pada diri para remaja dimana

kita ketahui pada masa ini mereka mengalami masa transisi, masa pencarian

diri, sehingga wajar apabila mereka banyak “bercermin” dari semua yang ada

disekitarnya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas

maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Bagaimanakah interpretasi pelajar SMA N 1 Karanganyar tentang

(30)

commit to user

15

C. TUJUAN PENELITIAN

Pada umumnya setiap kegiatan yang dilakukan selalu didasarkan oleh

seperangkat tujuan yang hendak dicapai. Tidak ubahnya dengan penelitian yang

lainnya, penelitian ini juga memiliki tujuan yang hendak dicapai, yaitu: untuk

mengetahui interpretasi pelajar SMA N 1 Karanganyar tentang pendidikan seks

dan perilaku seks pranikah.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dengan diadakannya penelitian ini, penulis mengharapkan agar penelitian

ini dapat memberikan manfaat. Manfaat yang diharapkan adalah:

1. Dapat memberikan sumbangan teoritis mengenai masalah seksualitas.

2. Secara praktis dapat memberikan masukan pada pihak-pihak terkait mengenai

pentingnya pendidikan seks di kalangan remaja.

E. LANDASAN TEORI

Teori adalah seperangkat pernyataan-pernyataan yang secara sistematis

berhubungan atau sering dikatakan bahwa teori adalah sekumpulan konsep,

definisi, dan proposisi yang saling kait-mengait yang menghadirkan suatu tinjauan

sistematis atas fenomena yang ada dengan menunjukkan hubungan yang khas di

antara variabel-variabel dengan maksud memberikan eksplorasi dan prediksi. Di

(31)

commit to user

16

yang mempunyai kaitan logis, yang merupakan cermin dari kenyataan yang ada

mengenai sifat-sifat suatu kelas, peristiwa atau suatu benda.

Teori harus mengandung konsep, pernyataan (statement), definisi, baik itu

definisi teoritis maupun operasional dan hubungan logis yang bersifat teoritis dan

logis antara konsep tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam

teori di dalamnya harus terdapat konsep, definisi dan proposisi, hubungan logis di

antara konsep-konsep, definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang dapat

digunakan untuk eksplorasi dan prediksi. (Ritzer, 1983:137)

Suatu teori dapat diterima dengan dua kriteria pertama, yaitu kriteria ideal,

yang menyatakan bahwa suatu teori akan dapat diakui jika memenuhi persyaratan.

Kedua, yaitu kriteria pragmatis yang menyatakan bahwa ide-ide itu dapat

dikatakan sebagai teori apabila mempunyai paradigma, kerangka pikir,

konsep-konsep, variabel, proposisi, dan hubungan antara konsep dan proposisi.

Dalam pembahasan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

dengan disiplin sosiologi. Salah satu paradigma yang ada dalam ilmu sosiologi

yaitu paradigma Definisi Sosial. Max Weber pengemuka eksemplar dari

paradigma ini mengartikan sosiologi sebagai ilmu, yang berusaha menafsirkan

dan memahami tindakan atau perilaku sosial serta antar hubungan sosial.

Tindakan sosial yang dimaksudkan Weber dapat berupa tindakan yang

nyata-nyata diarahkan pada orang lain, juga dapat berupa tindakan yang bersifat

“membatin” atau bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif

(32)

commit to user

17

akibat pengaruh dari situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif

dalam situasi tertentu.

Dalam mempelajari tindakan sosial, Weber menganjurkan melalui

penafsiran dan pemahaman atau menurut terminologi Weber sendiri, dengan

verstehen. Peneliti sosiologi harus mencoba menginterpretasikan tindakan si aktor

dalam artian yang mendasar, sosiologi harus memahami motif dari tindakan si

aktor. Dalam memahami motif tindakan si aktor ada dua cara menurut Weber

yaitu melalui kesungguhan dan mencoba mengenangkan dan mengalami

pengalaman si aktor.

Aspek pemikiran Weber yang paling terkenal yang mencerminkan tradisi

idealitas adalah tekanannya pada verstehen (pemahaman subyektif) sebagai

metode untuk memperoleh pemahaman yang valid mengenai arti-arti subyektif

tindakan sosial. Bagi Weber istilah ini tidak hanya sekedar merupakan

introspeksi. Introspeksi bisa memberikan seseorang pemahaman akan motifnya

sendiri atau arti-arti subyektif tetapi tidak cukup untuk memahami arti-arti

subyektif dalam tindakan-tindakan orang lain. Sebaliknya apa yang diminta

adalah empati yaitu kemampuan untuk menempati diri dalam kerangka berpikir

orang lain yang perilakunya ingin dijelaskan dan situasi serta tujuan-tujuannya

ingin dilihat menurut prospektif.

Atas dasar rasionalitas tindakan sosial Weber membedakan ke dalam

(33)

commit to user

18

1. Tindakan sosial murni / Zwerk Rational

Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang

terbaik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu

sendiri. Tujuan tersebut tidak absolut ia dapat juga menjadi cara tujuan lain

berikutnya.

2. Werkational action

Dalam tindakan ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang

dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat mencapai

tujuan lain. Dalam tindakan ini memang antara tujuan dan cara-cara

mencapainya cenderung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tindakan ini

rasional, karena pilihan terhadap cara-cara kiranya sudah menentukan tujuan

yang diinginkan.

3. Affectual action

Affectual action adalah tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh

perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor sehingga tindakan ini sukar

dipahami.

4. Traditional action

Traditional action merupakan tindakan yang didasarkan atas

kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu dimasa lalu saja (Ritzer,

(34)

commit to user

19

Kedua tindakan terakhir sering hanya merupakan tindakan secara

otomatis terhadap rangsangan dari luar, karena itu tidak termasuk tindakan

yang penuh arti yang menjadi sasaran penelitian sosiologi.

Penulis mengacu pada beberapa teori yaitu:

1. Teori interpretasi

Setiap penelitian akan terkait dengan interpretasi. Interpretasi juga

disebut hermeneutik. Artinya, pemaknaan terhadap fenomena. Setiap

fenomena folklor memiliki makna tertentu. Makna itu baru akan

terwujud jika telah ditafsirkan.

Pada dasarnya interpretasi dalam penelitian folklor meliputi dua

aktifitas, yaitu (a) menyatakan sesuatu dan (b) menyembunyikan sesuatu.

Pernyataan jelas akan selalu ada dalam penafsiran. Adapun yang

tersembunyi adalah pengertian. Hal ini berarti penafsiran folklor akan

menyatakan sesuatu yang tersembunyi. Hal-hal yang tidak tersurat, akan

diungkap lewat interpretasi. (Dawson, 1985:147)

Tugas penafsiran dalam folklor memberikan makna yang tepat.

Melalui hermeneutik diharapkan pemaknaan semakin dekat. Martin

Heidegger, yang melihat filsafat itu sendiri sebagai interpretasi secara

eksplisit menghubungkan filsafat sebagai hermeneutika dengan Hermes.

Hermes membawa pesan takdir, maksudnya dalam hal ini mengungkap

sesuatu yang membawa pesan, sejauh ia diberitakan bisa menjadi pesan.

(35)

commit to user

20

a. Mengungkapkan kata-kata, misalnya to say

b. Menjelaskan seperti menjelaskan sesuatu

c. Menerjemahkan seperti di dalam transliterasi bahasa asing

Ketiga makna itu bisa diwakilkan dengan bentuk kata kerja Inggris

“to interpren” namun masing-masing ketiga makna membentuk sebuah

makna independen dan signifikan bagi interpretasi.

Interpretasi folklor kiranya juga akan terkait dengan tiga hal

tersebut. Pemaknaan folklor sulit terlepas dari konteks penjelasan,

penerjemahan, dan memaknai yang dinyatakan informan. Interpretasi

folklor selalu berpusar pada langkah-langkah pemahaman yang rapi. Jika

langkah pemahaman tidak diikuti secara cepat, maka pemaknaan kurang

sukses.

Pemaknaan folklor pada akhirnya tidak lepas dari bagaimana

membahasakan fenomena. Pembahasaan ulang itu merupakan bentuk “to

exspres” (mengungkapkan), “to sent” (menegaskan) atau “to say”

(menyatakan). Di dalam kesamaan petunjuk makna pertama ini terdapat

perbedaan tipis yang ditimbulkan dari kata “to exspress”

(mengungkapkan), yang bermakna perkataan, namun ia merupakan sebuah

perkataan yang bagi dirinya sendiri merupakan sebuah interpretasi. Karena

alasan ini, seseorang diarahkan kepada cara sesuatu diekspresikan “gaya”

penampilan. Kita menggunakan nuansa kata interpretasi ini ketika kita

(36)

commit to user

21

seorang konduktor untuk sebuah simfoni. Dalam pengertian ini

interpretasi merupakan bentuk dari perkataan.

Teori interpretasi mau tidak mau akan sampai makna simbolik.

Interpretatif adalah wilayah hermeneutik. Simbolik adalah aspek yang

terkandung dalam folklor. Interpretasi simbolik berarti teori yang

berupaya menafsirkan simbol-simbol folklor. Hal ini dapat dimanfaatkan

untuk kajian sastra lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan. Namun, khusus

folklor bukan lisan dipandang lebih cocok jika menggunakan teori ini.

Teori interpretasi sebenarnya berasal dari pemahaman filosofis

terhadap kebudayaan. Karena dalam rentang filosofis, hampir seluruh

budaya memuat hal-hal yang berlapis-lapis. Setiap lapis menghendaki

penafsiran yang jeli. Interpretasi merupakan jembatan atau proses

menentukan makna folklor. Interpretasi sebenarnya dilakukan secara

hati-hati dan utuh sehingga peneliti folklor mampu menerka makna

sesungguhnya. Peneliti folklor adalah seorang secara hati-hati dan utuh

sehingga peneliti folklor mampu menerka makna sesungguhnya. Dia harus

merekonstruksi makna, dan bukan bertindak pasif.

Konsep teori ini memang mendasarkan pada filosofis positivisme.

Artinya, makna yang diperoleh didasarkan pada langkah teoritis tertentu.

Kunci pokok interpretasi adalah memahami dan bukan menjelaskan.

Pemahaman folklor dapat ditelusuri melalui simbol-simbol yang tampak

(37)

commit to user

22

sedikitnya memuat tiga hal yaitu. (1) interpretasi menurut yang kita miliki,

(2) interpretasi berdasarkan yang kita lihat, dan (3) interpretasi terhadap

apa yang kita peroleh kemudian. (Sumaryono, 1999:83).

2. Teori Aksi

Teori aksi pada mulanya dikembangkan oleh Max Weber, seorang

ahli sosiologi dan ekonomi ternama. Weber berpendapat bahwa individu

melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman,

penafsiran, obyek stimulus, atau situasi tertentu. Tindakan individu ini

merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau

sasaran dengan menggunakan sarana yang paling tepat. (Ritzer,

1983:116).

Teori Weber dikembangkan lebih lanjut oleh Talcott Persons, yang

dimulai dengan mengkritik Weber, menyatakan bahwa aksi bukanlah

perilaku. Aksi merupakan tanggapan respon mekanis terhadap suatu

stimulus, sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif

dan kreatif. Menurut Parsons, yang utama bukanlah tindakan individual

melainkan norma dan nilai sosial yang menuntun dan mengatur perilaku.

Parsons melihat bahwa tindakan individu dan kelompok dipengaruhi tiga

sistem, yaitu sistem sosial, sistem budaya, dan sistem kepribadian

masing-masing individu. Kita dapat mengaitkan individu dengan sistem sosialnya

(38)

commit to user

23

Dalam setiap sistem sosial, individu menduduki suatu tempat

(status) tertentu dan bertindak (berperan) sesuai dengan norma atau aturan

yang dibuat oleh sistem tersebut dan perilaku individu ditentukan pula

oleh tipe kepribadiannya. Contoh, keputusan seseorang untuk ikut atau

menolak program KB tidak hanya bergantung pada kedudukannya dalam

komunitas itu (seorang guru atau seorang petani) atau jenis metode

kontrasepsi (pencegah kehamilan) itu sesuai atau tidak dengan agama

yang dianutnya. Selain itu, keputusan atau keberaniannya menolak KB

akan menimbulkan rasa tidak enak terhadap tetangga dan tokoh

masyarakat. (Poloma, 1987:75). Berikut merupakan bagan atau skema

Teori Aksi :

Bagan 1.

Skema Teori Aksi

INDIVIDU

STIMULUS TINDAKAN

Sumber : Ritzer,1983:116

Pengalaman Persepsi Pemahaman

(39)

commit to user

24

F. DEFINISI KONSEPTUAL

Untuk membatasi ruang lingkup dalam penelitian ini perlu adanya

pembatasan istilah dan pengertian sehingga diharapkan akan mendapatkan

gambaran yang jelas dan sesuai dengan tema pokok atau topik sentral penelitian.

1. Interpretasi

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia interpretasi bermakna yang

mempengaruhi pandangan seseorang. Sedangkan menurut Adam Indra

Wijaya, interpretasi diartikan sebagai suatu proses dengan mana seseorang

mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan mengolah

petanda, segala sesuatu yang terjadi dilingkungannya. Bagaimana segala

sesuatu itu mempengaruhi interpretasi seseorang nantinya akan

mempengaruhi pula perilaku yang akan dipilihnya (Wijaya, 1986:45).

Faktor-faktor yang mempengaruhi interpretasi tersebut adalah Faktor-faktor lingkungan,

secara sempit hanya menyangkut warna, bunyi, sinar dan secara luas dapat

menyangkut faktor ekonomi, sosial, dan politik. Semua unsur faktor itu

mempengaruhi seseorang dalam menerima dan menafsirkan suatu rangsangan

(Wijaya, 1986:46).

Interpretasi adalah pengelihatan atau tanggapan daya memahami atau

menanggapi sesuatu (Mar’at, 1981:424). Interpretasi pada hakikatnya adalah

proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi

tentang lingkungan baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,

(40)

commit to user

25

berhubungan dengan gejala mengenai pikiran atau proses yang berkaitkan

dengan pengertian atau konsep-konsep yang diketahuinya berwujud

pengalaman harapan individu terhadap obyek atau kelompok obyek tersebut

(Achmadi, 1985:52).

Interpretasi adalah pengindraan terhadap sesuatu kesan yang timbul

dari lingkungannya, pengindraan tersebut dipengaruhi oleh pengalaman,

kebiasaan dan kebutuhan (Efendi, 1986:251). Menurut Toety Noerhadi,

interpretasi adalah penghayatan secara langsung oleh seseorang atau proses

yang menghasilkan penghayatan langsung tersebut (Alvin, 1985:206).

Menurut pendapat C.P.Chaplin, interpretasi meliputi antara lain :

a. Proses mengetahui atau mengenal obyek dan kejadian obyektif dengan

bantuan indera.

b. Kesadaran dengan proses organis.

c. Pengindraan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman

masa lalu.

d. Kesadaran intuitif mengenai keberadaan langsung keyakinan atau

mengenai sesuatu.

e. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, pembedaan diantara

(41)

commit to user

26

2. Pelajar

Pelajar adalah individu yang tercatat sebagai siswa di suatu sekolah.

Aktif mengikuti kegiatan belajar dan mengikuti peraturan-peraturan yang ada

di sekolah dan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelajar SMA yang

memasuki jenjang pendidikannya di SMA pada usia kurang lebih 15 tahun.

3. Pendidikan seks

Pada dasarnya seks itu merupakan satu kekuatan pendorong manusia

untuk hidup yang terkuat, disebut juga instink, naluri. Dia dimiliki oleh setiap

manusia, seks ini bila dapat dipimpin dan dididik, dia merupakan kekuatan

yang dapat member manusia kesenangan, kebahagiaan, cinta kasih, dasar

rumah tangga, tempat meneruskan keturunan manusia yang baik dan beradab,

tetapi bila ia tidak dididik ia dapat merupakan kekuatan kejahatan, kebencian

dan pembunuhan (Akbar, 1983:29).

Pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau

mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak

negatif yang tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan,

penyakit menular seksual, depresi dan perasaan berdosa (Sarwono, 2001:183).

Pendidikan seks adalah sangat penting karena apabila tidak dididik

maka akan bisa merupakan kekuatan yang menakutkan. Oleh karena itu

pendidikan harus dimulai sedini mungkin supaya terhindar dari hal-hal yang

(42)

commit to user

27

sangat sensitif sekali terhadap berbagai pengaruh dari lingkungan terutama

pada masalah yang berkaitan dengan perilaku seks remaja. Masyarakat

membutuhkan pendidikan seks untuk membuat peraturan Undang-Undang

mencegah serta menghukum pelanggar seks (Akbar, 1983:16).

Ada dua pendapat mengenai perlu tidaknya remaja memperoleh

pendidikan seksualitas. Argumen pertama memandang, bila remaja mendapat

pendidikan mengenai seksualitas itu, khususnya mengenai masalah kesehatan

reproduksi terutama akan mendorang remaja melakukan aktivitas seksual

sejak dini. Sedangkan pendapat kedua mengatakan remaja membutuhkan

informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan

implikasi pada perilaku seksual dalam rangka menumbuhkan rasa tanggung

jawab dan kesadaran terhadap kesehatan (Kompas 14 September 2010).

Namun Sarlito W Sarwono berpendapat bahwa pendidikan seks

bukanlah penerangan tentang seksualitas semata-mata. Pendidikan seks,

sebagaimana pendidikan lain pada umumnya mengandung pengalihan

nilai-nilai dari pendidik ke subyek didik, dengan demikian pendidikan mengenai

seksualitas tidak diberikan secara “telanjang” melainkan diberikan secara

“kontekstual”, yaitu dalam kaitannya dengan norma-norma yang berlaku di

dalam masyarakat apa yang dilarang, apa yang lazim dan bagaimana cara

melakukannya tanpa melanggar aturan. (Sarwono 2001:183)

Walaupun pengertian tentang pendidikan seks dijelaskan atau

(43)

commit to user

28

yang menabukan pembicaraan mengenai seksualitas kepada remaja secara

baik, sehingga remaja yang sangat membutuhkan pendidikan mengenai

seksualitas sangat kesulitan memenuhi keingintahuannya dan hal ini berakibat

banyak remaja yang tidak mempunyai pengetahuan mengenai seksualitas

secara baik dan benar.

Penelitian Zelnik dan Kim (1982) mengatakan bahwa remaja yang

telah mendapatkan pendidikan seks tidak cenderung lebih sering melakukan

hubungan seks, tetapi mereka yang belum pernah mendapatkan pendidikan

seks cenderung lebih banyak mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki

(Sarwono,2001:87).

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan seks memang penting untuk

diberikan. Penelitian lain yaitu suatu riset yang dilakukan oleh Kirby (1985)

bersama Parcell Lattman dan Flathery (1985) menyebutkan bahwa kursus

tentang reproduksi, kontrasepsi, penyakit akibat hubungan seksual dan

perkembangan seksual memperbaiki tingkat pengetahuan tentang seks,

bukannya perubahan sikap terhadap seks maupun nilai-nilai secara perilakuan,

meskipun pendidikan seksual berhubungan dengan praktek kontrasepsi,

namun hal itu tidak begitu berpengaruh bagi remaja untuk berperilakuan seks

(44)

commit to user

29

4. Perilaku Seks Pranikah

Perilaku adalah suatu reaksi yang dapat diamati secara umum atau

obyektif, sehingga hal-hal yang diperbuat akan nampak hasilnya dari

perbuatan tersebut (Kartono, 1989:53). Perilaku didefinisikan sebagai reaksi

yang dapat diamati atau diobservasi secara obyektif (Chaplin, 1989:53).

Perilaku seks adalah perilaku yang berkaitan dengan sesuatu yang

berkenaan dengan jenis kelamin yang berkenaan dengan perkara percampuran

antara keduanya. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono bahwa perilaku seksual

adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan

lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa

bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku

berkencan, bercumbu dan bersenggama. Obyek seksualnya bisa orang lain,

orang dalam hayalan atau diri sendiri. Sebagian dari tingkah laku itu memang

tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang

dapat ditimbulkannya. Tetapi pada sebagian perilaku seksual yang lain,

dampaknya bisa cukup serius seperti perasaan bersalah, depresi, marah, atau

misalnya pada para gadis yang mengalami kehamilan diluar nikah. (Sarwono,

2001:137)

Hubungan seks yang normal mengandung pengertian bahwa hubungan

tersebut tidak menimbulkan efek-efek yang merugikan bagi diri sendiri

maupun orang yang lain (partnernya) dan juga adanya kesadaran dari

(45)

commit to user

30

susila, norma masyarakat dan norma agama. Oleh karena itu seharusnya

mereka melakukan hubungan seks dalam ikatan yang teratur yaitu dalam

perkawinan yang sah (Kartono, 1983:214).

Dorongan seks adalah normal pada setiap individu, namun dorongan

tersebut juga harus tunduk pada kondisi kultural. Apa yang kita lakukan dan

rasakan tentang kehidupan seks secara kultural telah terbentuk. Di tempat

tertentu dan masyarakat tertentu praktek hubungan seksual pranikah dapat

dianggap “benar”, karena masyarakat sudah disosialisasikan untuk

memandang demikian. Sedangkan pada masyarakat lainnya khususnya

Indonesia secara umum masyarakat masih memandang bahwa perilaku seks

pranikah adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan norma. Dan sebagai anggota

masyarakat seharusnya semua orang patuh akan pandangan tersebut. Sebab

jika kita tidak mengikuti pandangan kultur yang ada kita akan mendapat

sanksi atas perbuatan kita yang melanggar kultur tersebut.

Adapun perilaku seks disini dibatasi pada perilaku seks seseorang

yang diajukan pada lawan jenisnya yaitu perilaku dalam berpacaran

(pengangan tangan, berciuman, berpelukan dan berhubungan intim). Konsepsi

diatas dapat ditarik kesimpulan maka perilaku seks pranikah adalah segala

hasil tindakan seks manusia yang dapat diamati secara obyektif.

Jadi interpretasi pelajar tentang pendidikan seks dan perilaku seks

pranikah dapat diartikan sebagai penerangan tentang kesehatan reproduksi,

(46)

commit to user

31

bagaimana cara menjaga perilaku seksualnya sehingga tidak bertentangan

dengan norma masyarakat, dan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang

yang menuntut ilmu di Sekolah Menengah Atas dalam memahami informasi

tentang lingkungan baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,

perasaan dan penciuman mengenai perilaku yang berhubungan dengan

masalah menyimpang seksualitas (perilaku seks pranikah).

G. PENELITIAN TERDAHULU

1. Moeliono L, Anggal W, Piercy F. Prevention & Education for Adolescence &

Children, New York: The Haworth Press Inc, 1998.

Teens in its development requires adaptive environment that creates favorable conditions to ask questions and shape the character responsible for himself. There is an impression on teens, sex is fun, the peak flavor of love, which is too happy, so do not be scared of. Also develops an opinion of sex is something that is interesting and worth a try (sexpectation). Especially when young people grow up in environments mal-adaptive, will encourage the creation of immoral behavior that destroy the future of youth. Impact promiscuity led to the deviant activities such as free sex, criminal activity, including abortion, drugs, and development of sexually transmitted diseases (STDs).

Several studies have shown, young men and women had experienced sexual intercourse. Among those who later admitted premarital pregnancy devout worship. Studies in Jakarta in 1984 showed 57.3 percent of young women who are pregnant premarital admitted devout worship. Research in Bali in 1989 mentions, 50 percent of women who came in a clinic to get the induction period of 15-20 years old. According to Prof. Wimpie, menstrual induction is another name for the abortion. For the record, the incidence of abortion in Indonesia is high at 2.3 million per year. "And 20 percent of them teenagers," said Professor of Medical Faculty of Udayana University, Bali.

(47)

commit to user

32

wonder more and more cases of premarital pregnancy, abortion, and venereal disease or sexually transmitted diseases among adolescents (including HIV / AIDS). ( Journal of HIV/AIDS Prevention & Education for Adolescence & Children, New York: The Haworth Press Inc, 1998.)

In Bali alone, according to the professor of the Faculty of Medicine, Udayana University, as of November 2007, 441 women from 4041 people with HIV / AIDS. Of the 441 women with HIV / AIDS is composed of 33 people injecting drug users, 120 sex workers, 228 people from good families. Because the circumstances of women with HIV / AIDS has decreased kekebelan body system causing 20 cases of HIV / AIDS attacks the birth of children and infants.

Teenagers who often acts without control causes the increased length of the social problems they experienced. According to WHO, worldwide, every year an estimated 40-60 million women who do not want a pregnancy an abortion. Each year 500,000 women estimated to experience death by pregnancy and childbirth. Approximately 30-50% of them had died from complications of unsafe abortion and 90% occur in developing countries including Indonesia. (Html//WHO. Journal Programming for Adolescent Health and Development. Report of the WHO/UNFPA/UNICEF Study Group on Programming for Adolescent Health and Development).

Remaja dalam perkembangannya memerlukan lingkungan adaptip yang menciptakan kondisi yang nyaman untuk bertanya dan membentuk karakter bertanggung jawab terhadap dirinya. Ada kesan pada remaja, seks itu menyenangkan, puncak rasa kecintaan, yang serba membahagiakan sehingga tidak perlu ditakutkan. Berkembang pula opini seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba (sexpectation).Terlebih lagi ketika remaja tumbuh dalam lingkungan mal-adaptif, akan mendorong terciptanya perilaku amoral yang merusak masa depan remaja. Dampak pergaulan bebas mengantarkan pada kegiatan menyimpang seperti seks bebas, tindak kriminal termasuk aborsi, narkoba, serta berkembangnya penyakit menular seksual (PMS).

Beberapa penelitian menunjukkan, remaja putra maupun putri pernah berhubungan seksual. Di antara mereka yang kemudian hamil pranikah mengaku taat beribadah. Penelitian di Jakarta tahun 1984 menunjukkan 57,3 persen remaja putri yang hamil pranikah mengaku taat beribadah. Penelitian di Bali tahun 1989 menyebutkan, 50 persen wanita yang datang di suatu klinik untuk mendapatkan induksi haid berusia 15-20 tahun. Menurut Prof. Wimpie, induksi haid adalah nama lain untuk aborsi. Sebagai catatan, kejadian aborsi di Indonesia cukup tinggi yaitu 2,3 juta per tahun. “ Dan 20 persen di antaranya remaja,” kata Guru Besar FK Universitas Udayana, Bali ini.

(48)

commit to user

33

konsekwensi misalnya, penyakit menular seksual,(PMS), selain juga infeksi, infertilitas dan kanker. Tidak heranlah makin banyak kasus kehamilan pranikah, pengguguran kandungan, dan penyakit kelamin maupun penyakit

menular seksual di kalangan remaja (termasuk HIV/AIDS). ( Journal of

HIV/AIDS Prevention & Education for Adolescence & Children, New York: The Haworth Press Inc, 1998.)

Di Denpasar sendiri, menurut guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, per November 2007, 441 wanita dari 4.041 orang dengan HIV/AIDS. Dari 441 wanita penderita HIV/AIDS ini terdiri dari pemakai narkoba suntik 33 orang, 120 pekerja seksual, 228 orang dari keluarga baik. Karena keadaan wanita penderita HIV/AIDS mengalami penurunan sistem kekebelan tubuh menyebabkan 20 kasus HIV/AIDS menyerang anak dan bayi yang dilahirkannya.

Tindakan remaja yang seringkali tanpa kendali menyebabkan bertambah panjangnya problem sosial yang dialaminya. Menurut WHO, di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilan melakukan aborsi. Setiap tahun diperkirakan 500.000 ibu mengalami kematian oleh kehamilan dan persalinan. Sekitar 30-50 % diantaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan 90 %

terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. (Html//WHO. Journal

Programming for Adolescent Health and Development. Report of the WHO/UNFPA/UNICEF Study Group on Programming for Adolescent Health and Development)

2. Murdijana D. Needs and Risks Facing the Indonesian Youth Population.

IPPA and Population Council. Research report of Asia & Near East

Operation Research and Technical Assistance Project. Journal of Ceria.

http://www.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ma56masalah. html. 1998.

Adolescent knowledge on the effects of free sex is still very low. The most prominent of these free sexual activity is the increasing number of unwanted pregnancies. Every year there are approximately 2.3 million abortion cases in Indonesia where 20 percent do adolescents. In America, 1 in 2 marriages result in divorce, 1 in 2 children the results of adultery, 75% contain girl out of wedlock, every day there 1.5 million sex with prostitutes. In the UK 3 of 4 children the results of adultery, 1 in 3 pregnancies end in abortion, and since 1996 syphillis disease increased by 486%. In France, increased by 170% gonorhoe disease within one year. In liberal countries, prostitution, gay / lesbian, incest, orgy, bistiability, is common even become a profitable industry hundreds of millions of U.S. dollars and endorsed by law.

(49)

commit to user

34

ahlipun still leaves harmful impact on the safety of the mother soul. Moreover, if performed by skilled professionals is not (unsafe abortion).

Physically abortion provides direct short-term impact of bleeding, post-abortion infection, sepsis until death. Long-term impact of impaired fertility until the occurrence of infertility.

Psychologically premarital sex have an impact the loss of self-esteem, feeling haunted by sin, fear pregnancy, weak ties on both sides that led to failure after marriage, and an insult to the community. (html//Journal Ceria. http://www.bkkbn.go.id//hqweb).

Pengetahuan remaja mengenai dampak seks bebas masih sangat rendah. Yang paling menonjol dari kegiatan seks bebas ini adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia dimana 20 persennya dilakukan remaja. Di Amerika, 1 dari 2 pernikahan berujung pada perceraian, 1 dari 2 anak hasil perzinahan, 75 % gadis mengandung di luar nikah, setiap hari terjadi 1,5 juta hubungan seks dengan pelacuran. Di Inggris 3 dari 4 anak hasil perzinahan, 1 dari 3 kehamilan berakhir dengan aborsi, dan sejak tahun 1996 penyakit syphillis meningkat hingga 486%. Di Perancis, penyakit gonorhoe meningkat 170% dalam jangka waktu satu tahun. Di negara liberal, pelacuran, homoseksual/ lesbian, incest, orgy, bistiability, merupakan hal yang lumrah bahkan menjadi industri yang menghasilkan keuntungan ratusan juta US dolar dan disyahkan oleh undang-undang.

Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan aborsi dilakukan oleh tenaga ahlipun masih menyisakan dampak yang membahayakan terhadap keselamatan jiwa ibu. Apalagi jika dilakukan oleh tenaga tidak

profesional (unsafe abortion).

Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka pendek secara langsung berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai kematian. Dampak jangka panjang berupa mengganggu kesuburan sampai terjadinya infertilitas.

Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan

Gambar

Tabel 3 Akumulasi Bobot & Sanksi…………………………………………
gambaran yang jelas dan sesuai dengan tema pokok atau topik sentral penelitian.
Tabel 1
Tabel 2 Bobot Sanksi Pelanggaran Tata Tertib Siswa
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan ini digunakan karena mempunyai beberapa kelebihan yang akan mempermudah siswa dalam belajar dan menyelesaikan soal matematika. Beberapa kelebihan

maupun institute of development , atau memberi tekanan bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan.. sumber dana bank dan dari segi

Penulisan laporan ini bertujuan untuk memberikan pemaparan kegiatan mahasiswa dalam mengaplikasikan teori yang dipelajari di kampus kedalam dunia kerja yang

Kartowisastro, Ph.D, selaku ketua jurusan sistem komputer dan dosen pembimbing yang telah banyak memberikan ide dan saran serta mengorbankan waktu dan tenaganya untuk

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari struktur modal Long Term Debt to Equity (LDE) dan Long Term Debt to Assets (LDA) terhadap nilai

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:345), harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan

Puji Syukur kepada Tuhan YME, karena atas berkat dan penyertaannya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENERIMA WARALABA

Koperasi dan UKM merupakan bagian integral dunia usaha nasional, mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan