• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran pemerintah dan media massa di Hungaria dalam mendorong

BAB V ANALISIS KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMIGRASI

5.3.3 Peran pemerintah dan media massa di Hungaria dalam mendorong

Sulit untuk menjelaskan social conformity tanpa membahas tentang

xenophobia yang memang sudah ada ditengah masyarakat dan bagaimana

kemudian peran pemerintah dan media menggunakannya untuk menciptakan

social conformity. Secara umum, manusia tidak mentoleransi kelompok yang

dianggap sebagai ancaman. Telah menjadi kesepakatan bersama bahwa sebuah kampanye dengan narasi sentimen anti-imigran akan mendapat dukungan yang cukup luas di Hungaria.283 Xenophobia dan prejudice yang didorong oleh rasa takut ini merupakan fenomena lumrah terutama di Hungaria, dimana populasinya memiliki sedikit pengalaman tentang imigrasi. Masyrakat Hungaria hampir tidak bisa disalahkan karena menumbuhkan sikap negatif atas kasus pencari suaka, tanggung jawab kemudian berada di pundak pemerintah dan politisi yang mengeksploitasi situasi krisis pencari suaka Suriah.284

Pemerintah Hungaria sejak awal Tahun 2015 telah menggunakan

xenophobic rethoric ketika membahas tentang kedatangan pencari suaka dan

melakukan kampanye-kampanye anti-imigrasi yang semuanya bertujuan untuk membentuk opini publik dan mendukung terbentuknya social conformity. Selain

283 Anti-migrant campaigns., Loc.Cit. 284 Ibid.

itu, sudut pandang pemerintah menjadi dominan di media-media yang membingkai pencari suaka sebagai sesuatu yang negatif yang akhirnya juga membentuk social conformity di masyarakat.

Sejak memburuknya krisis pengungsi Suriah terutama di Tahun 2015, pemerintah tanpa henti mendorong sentimen anti-imigran/xenophobia masyarakat terhadap pengungsi, pencari suaka, dan imigran dengan mengeluarkan pesan-pesan yang penuh kebencian dan cenderung menyesatkan di papan-papan pengumuman (billboards) dan media massa di seluruh penjuru Hungaria. Penggunaan Anti-immigrant rethoric oleh para pengambil keputusan dan pejabat pemerintahan telah menjadi sesuatu yang umum. Pencari suaka, imigran, dan pengungsi disebut “intruders” dan potential terrorist”, dan sebagai individu yang tidak dapat mengikuti peraturan dan berintegrasi dengan masyarakat Hungaria. Selain billboards campaign, pemerintah juga melakukan National

Consultation on Migration and Terrorism di awal tahun 2015. Kuisioner yang

dibagikan pemerintah merupakan bentuk dari propaganda pemerintah dengan pertanyaan-pertanyaan yang bias dan sugestif.285 Bahasa yang digunakan dalam konsultasi terkait migrasi ini juga penuh dengan rethoric yang digunakan Fidesz, yaitu meleburkan isu pencari suaka dan imigran serta melabeli imigran sebagai teroris dan sumber ancaman bagi ekonomi dan budaya Hungaria.

Tidak hanya pemerintah, media juga berperan besar terhadap tumbuhnya

xenophobia di masyarakat. Penggambaran pengungsi dan migran oleh banyak

publikasi pers, baik online maupun cetak, mencoba memanfaatkan ketakutan publik untuk membuat berita yang memunculkan sensasi ataupun perdebatan.

Terutama ketika adanya suatu kejadian yang menyedot perhatian masyrakat, maka fakta tidak lagi menjadi fokus dalam pemberitaan.

Seperti the Syrian refugee crisis yang menyerap fokus publik, media-media di Hungaria mulai secara intensif memerhatikan isu pengungsi yang menyebabkan adanya sekuritisasi atas Islam. Tahun 2014 dan 2015 dipenuhi dengan video-video yang menunjukkan kebrutalan negara-negara Islam, Paris Attack dan krisis pengungsi, yang kemudian meradikalisasi opini publik dan sebagian besar masyarakat Hungaria mulai melihat Muslim dengan sudut pandang negatif. Diskursi anti-Islam di media dipicu oleh arus pencari suaka yang melewati Serbia dalam perjalanannya ke Eropa. Gambaran ribuan pencari Suaka yang mayoritas muslim disiarkan di seluruh penjuru Hungaria membuat mulai meningkatnya sentimen anti-imigran yang memberikan kesempatan bagi pemikiran-pemikiran sayap kanan. Media yang dikontrol oleh pemerintah dan media yang pro-pemerintah juga berfungsi sebagai alat untuk menyebarkan sikap anti-imigran dan anti-Islam pemerintah.286 Secara umum, media di Hungaria dipenuhi oleh kesalahan persepsi, informasi, kurangnya pengetahuan dan penggambaran tentang islam, dan juga tidak adanya narasumber yang netral.287

Salah satu contoh peran media dalam sekuritisasi adalah ketika media-media Hungaria di tahun 2016 kembali mengangkat isu Paris Attack yang terjadi setahun sebelumnya yaitu pada tahun 2015. Magyar Idők yang mengeluarkan artikel tentang Salah Abdesalam pelaku Paris Attack yang melakukan beberapa perjalanan ke Hungaria untuk menjemput rekan-rekannya yang kembali dari

286 Zsolt Sereghy (2016): Islamiphobia in Hungary: National Report 2015, in: Enes Bayrakli & Farid Hafez, European Islamiphobia Report 2015, Instanbul, SETA,2016. (hlm.223). Diakses pada 7 Maret 2018, dari http://www.fin.unsa.ba/tekstovi/EIR_2015.pdf

Suriah.288 Abdesalam bertugas melakukan perjalanan ke Yunani, Italia, dan Hungaria untuk mengangkut para teroris yang datang dengan memanfaatkan mass

migration dari Turki dan Afrika.289 Berdasarkan temuan petugas Hungaria, dipastikan bahwa pusat operasi kelompok teroris ini adalah Suriah.290 Dalam perjalanan ketiganya ke Hungaria pada bulan September 2015, Abdesalah menjemput rekannya yang ternyata singgah di Hungaria setidaknya selama satu minggu.291 Pemberitaan tersebut membuat ketakutan terhadap mass migration meningkat dan menambah kekhawatiran publik karena pemikiran bahwa mereka berada di satu kota dengan teroris meskipun dalam waktu yang sebentar.

Pada artikel berbeda, Magyar Idők kemudian memberikan kesan bahwa perencanaan detil serangan terorisme di Paris dan Brussels dilakukan di Budapest dengan kalimat “The Paris mass murderers were waiting and organizing in

Budapest,”.292 Surat kabar online lainnya, Hungarian Spectrum, juga menuliskan Artikel tentang kasus Abdesalam. Pada Artikel tersebut tertulis bahwa situs kabar

online yaitu zoo.hu mendapatkan informasi dari individu yang mempunyai ikatan

dekat dengan pemerintah, bahwa Abdesalah diduga melakukan negosiasi dengan kelompok berideologikan kanan yakni Magyar Nemzeti Arcvonal (Hungarian

National Front).293 Bisa dibayangkan, cerita yang menghubungkan“migrant

terrorism” dan home-grown groups yang diduga memiliki ikatan dengan Jobbik

288 "Terrorists In Hungary? Three Days To The Referendum". Hungarian Spectrum, 2016. tersedia dalam:

http://hungarianspectrum.org/2016/09/29/terrorists-in-hungary-three-days-to-the-referendum/, diakses pada 8 Maret 2018. 289 Ibid.

290 Ibid.

291 "Salah Abdeslam – Hungarian Spectrum". Hungarianspectrum.org, 2017. tersedia dalam: http://hungarianspectrum.org/tag/salah-abdeslam/, diakses pada 8 aet 2018.

292 Ibid 293 Ibid

yang merupakan rival partai Fidesz akan membuat media-media, khususnya yang pro-pemerintah, untuk lebih mengeksploitasi cerita ini.

Kisah Abdesalam kembali mencuat dan menjadi besar berkat bantuan dari media yang menurut penulis bertujuan untuk mengambil perhatian publik dan jelas membantu propaganda anti-imigrasi yang sedang dilakukan pemerintah untuk membuat dukungan masyarakat terhadap imigrasi makin lemah. Asumsi penulis berdasarkan pada tanggal dikeluarkan pada tanggal 29 September 2016 yakni tiga hari menuju referendum quota Uni Eropa yang dilakukan pemerintah.

Ketakutan yang muncul di masyarakat terhadap ancaman terorisme dan radikalisme termanifestasikan dalam sentimen anti-imigran dan xenophobia yang membuat kampanye anti-imigrasi pemerintah mendapat dukungan dari mayoritas masyarakat. Pencari suaka yang datang dari negara sumber konflik seperti Suriah mendapat kecaman karena dilihat sebagai ancaman sebagaimana ancaman yang merupakan alasan pencari suaka tersebut melarikan di dari negaranya. Tanpa mengakui identitas kepengungsian mereka, mereka dikatakan sebagai illegal

immigrant dan mengkriminalisasi mereka sebagai potential terrorist.

Dapat disimpulkan bahwa berbagai kejadian terorisme yang melanda Uni Eropa terutama pada tahun 2015 paska adanya arus pencari suaka dari negara-negara yang mayoritas Islam mendorong xenophobic, islamiphobic, dan anti–

immigrants sentiment. Terorisme yang terjadi di Eropa hampir seluruhnya

dikaitkan dengan radikalisme Islam. Perwakilan Fidesz mengatakan bahwa semua serangan teroris yang terjadi di Eropa memiliki hubungan dengan imigran dan radikal Islam. Terlihat jelas adanya pengasosiasian antara imigran dengan ancaman terorisme yang memunculkan oposisi terhadap dissimilar immigration

yaitu pencari suaka Suriah. External threats, ancaman terorisme, juga menciptakan social conformity di masyarakat Hungaria yang membuat dukungan terhadap imigrasi menurun. Keduanya berujung pada pembatasan terhadap pencari suaka Suriah dengan penerapan kebijakan pengendalian imigrasi ketat dengan tujuan menghalau mereka yang membutuhkan perlindungan, dimana kebijakan ini tidak akan dapat diterapkan oleh pemerintah Hungaria dalam kondisi Eropa yang aman (calmer times)

5.4 Foreign Policy Considerations

Kebijakan pengendalian imigrasi terkait erat dengan foreign policy, dimana negara penerima melakukan liberalisasi atau pembatasan kebijakan pengendalian imigrasi untuk dapat memajukan foreign policy goals-nya. Adanya pembatasan oleh Hungaria terhadap pencari suaka melalui kebijakan pengendalian imigrasi yang restrictive merupakan refleksi dari foreign policy goal dari Hungaria.

5.4.1 Foreign Policy Goals yang ingin dicapai Hungaria