• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENDAMPINGAN KAUM MUDA SECARA KHUSUS

C. Refleksi Pastoral Katekese

2. Peran Pendampingan Pastoral Katekese bagi Kaum Muda untuk

Pelayanan pastoral kaum muda pada dasarnya berlandaskan pada iman Katolik, yang berarti hubungan yang akrab dengan Allah yang menyatakan diriNya dalam Yesus Kristus, diteruskan oleh karya Roh Kudus, yang secara konkret dihayati dalam Gerejani melalui kesaksian hidup sehari-hari.

Setelah dilakukannya penjajagan dan melihat hasil yang telah diolah, maka penulis mendapatkan beberapa fakta dari hasil penjajagan tersebut. Hal yang paling mendasar dalam pembinaan pastoral kali ini yakni bagaimana kaum muda dapat menentukan pilihan ataupun jalan hidup yang akan dipilih. Hidup merupakan suatu pilihan. Seperti halnya bagaimana kita memilih untuk menjalani hidup, kita harus berhadapan pula dengan suatu keputusan. Di mana keputusan yang diambil saat ini akan membawa kita pada kehidupan hari esok, lusa dan tahun-tahun yang akan mendatang. Para siswa siswi SMA PL pun kemudian dihadapkan pada pilihan hidup setelah mereka lulus dari sekolah, akankah mereka melanjutkan ke Perguruan Tinggi atau bergelut langsung pada dunia pekerjaan.

Tentu saja untuk dapat menentukan pilihan yang akan diambil akan ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi, sebut saja faktor ekonomi keluarga, keadaan sosial sekitar dan lain sebagianya. Tentu saja mereka memiliki kebebasan untuk dapat memilih serta menentukan kehidupan mereka kedepannya, dengan catatan bagaimana mereka akan dapat memilih pilihan yang ada dengan baik dan benar. Di sinilah peran pendamping dibutuhkan, dengan mendengarkan dan memberikan beberapa pemikiran sudut pandang pada mereka yang akan memilih serta menjatuhkan pilihan jalan hidup yang akan diambil. Dengan melihat bakat serta kemampuan yang dimiliki dari setiap pribadi maka keputusan pun dapat disesuaikan dengan keadaan serta kondisi yang ada.

Peranan kisah Dewabrata pun dapat membantu mereka untuk dapat memilih jalan hidup yang sedang dihadapi. Dengan melihat bagaimana perjuangan Dewabrata dalam memilih serta menjalani kehidupan yang ada, hal ini dapat menginspirasikan banyak hal kepada mereka. Baik itu dalam menjalankan tugas (belajar dan bekerja) serta cinta (keluarga, sahabat, teman ataupun pacar). Sehingga dalam usulan program yang akan dibuat nantinya hanya akan berfokus pada dua hal yang bersumber dari cerita Dewabrata sendiri yakni tentang pelaksanaan tugas dan cinta yang sedang mereka rasakan.

Setiap pribadi yang ada di dunia ini bukan hanya karena suatu kebetulan semata, karena dari masing setiap pribadi memiliki suatu kisah yang harus diselesaikan. Sehingga kehidupan yang ada bukan hanya semu semata melainkan memiliki suatu makna tersendiri. Manusia pun dilahirkan dengan kemampuan memilih, dia tidak bisa memilih hidup dan mati sesuai dengan kehendaknya

sendiri. Namun, dia bisa memilih bagaimana dia akan hidup dan bagaimana dia akan mati. Kemampuan untuk memilih tersebutlah yang akan menghantar setiap pribadi pada kisah yang memang harus dijalani.

Dalam menentukan langkah untuk pemilihan jalan hidup, kita dapat diibaratkan sebagai suatu aliran air sungai. Tentunya semua air mengharapkan dapat bermuara pada samudra yang luas, namun dibalik semua itu apakah air tersebut akan kehilangan kekuatan ataukah menemukan kekuatan yang tak terbatas. Jiwa kita pun merindukan suatu perasaan kebebasan hati untuk dapat memilih sendiri akan pilihan hidup kita masing-masing. Dan hendaknya kita pun menyakini, bahwa jika jiwa kita tengah merindukan suatu hal maka seluruh alam semesta akan turut serta membantu.

Setelah memahami dalam menentukan jalan hidup, penulis merasa bahwa tidaklah mudah untuk dapat menarik suatu keputusan dalam kehidupan ini. Terlebih bila pilihan itu sungguh amat sangat penting dalam kehidupan yang akan dijalani. Tetapi penulis merasa terpanggil untuk dapat lebih mendampingi kaum muda dan penulis pun semakin menyadari bahwa kaum muda merupakan karunia Gereja yang indah dan penuh kreativitas. Namun di lain hal kita patut bersyukur pada Tuhan, yang memberikan kebebasan untuk kita ciptaanNya untuk dapat menjadi mahluk yang benar-benar bebas untuk memilih. Tinggal bagaimana kita mencoba untuk memilih menjalani hidup dengan pilihan yang baik atau tidak. Dengan melihat hasil penjajagan yang telah diadakan, sebagian besar kaum muda yang menjadi responden memilih retret sebagai suatu bentuk pembinaan yang mereka harapkan. Hal ini pun menjadi suatu tantangan tersendiri bagi penulis

untuk dapat menyelenggarakan ataupun mengadakan pendampingan yang kemudian diharapkan dapat membantu kaum muda memilih jalan hidup yang baik bagi pribadi kaum muda masing-masing.

BAB III

DEWABRATA DAN PILIHAN-PILIHANNYA

Pada bab III ini, penulis menyajikan kajian pustaka sebagai landasan teori

formal dari para ahli. Adapun kedudukan kajian pustaka dalam keseluruhan

skripsi ini adalah untuk mendukung berbagai gagasan penulis, baik gagasan yang

telah dituangkan dalam bab sebelumnya maupun pada bab-bab berikutnya.

Dewabrata adalah seorang tokoh pewayangan dalam mitologi Hindu

(dalam Kitab Mahabharata) yang berasal dari Negeri India, yang kemudian

melalui proses Jawanisasi (membuat kisah wiracerita dari India bagaikan terjadi

di pulau Jawa) mengalami beberapa perbedaan. Perbedaan ini bukan menjadi

suatu permasalahan yang besar karena inti pokok dari kisah Dewabrata ini adalah

sama. Dalam dunia pewayangan, ada dua nama yang dipakai untuk menyebut

sang anak dewata ini. Yang pertama yakni Dewabrata, dan yang kedua dikenal

dengan Resi Bisma. Dewabrata sendiri merupakan panggilannya semasa

mudanya, namun berganti menjadi Bisma semenjak ia bersumpah bahwa tidak

akan menikah seumur hidup. Arti dari nama Dewabrata berarti keturunan Bharata

yang luhur. Sedang arti dari nama Bisma dalam bahasa Sanskerta sendiri yakni

"Dia yang sumpahnya dahsyat (hebat)".

Banyak versi kisah Dewabrata atau yang sering di sebut Resi Bisma.

berjudul Antara Kabut dan Tanah Basah karangan B. B. Triatmoko, SJ. Hal ini

digunakan agar kesimpangsiuran cerita tentang sang tokoh dapat dihindari.