• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENDAMPINGAN KAUM MUDA SECARA KHUSUS

B. Situasi Siswa SMA Kelas XII SMA Pangudi Luhur Sedayu

kaum muda, maka diperlukan adanya suatu penjajagan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui informasi tentang konteks kehidupan kaum muda mengenai pengalaman dalam pengolahan hidup dan kegiatan rohani yang dilakukan serta bentuk pendampingan yang menjadi pilihan. Penjajagan yang dilakukan kali ini bertempat di sekolah SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta. Berikut merupakan beberapa hal yang berkaitan dengan penjajagan yang dilakukan.

1. Situasi Umum SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta

Keberadaan sekolah tidak dapat dilepaskan dari jasa para pendahulu yang telah lama merintis, mempertahankan dan mengembangkan sekolah sejak berdirinya. Beberapa tonggak bersejarah berdirinya sekolah dari sekolah sederhana sampai menjadi sekolah yang cukup diakui keberadaannya oleh masyarakat adapun sebagai berikut:

Terdorong oleh situasi banyak anak usia sekolah yang tidak bersekolah karena minimnya jumlah sekolah dan sulitnya transportasi, maka sekitar akhir

tahun 1967 beberapa tokoh Pemuda Katolik bekerjasama dengan Dewan Paroki Santa Theresia Sedayu Bantul merencanakan pendirian sekolah lanjutan bagi para lulusan SMP Santo Paulus yang telah terlebih dahulu berdiri. Keputusan para tokoh pada saat itu sepakat untuk mendirikan Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Pada bulan Januari 1968, dimulailah proses pembelajaran rintisan yang menggunakan beberapa rumah di dusun Gubug, Argosari, Sedayu, Bantul untuk dijadikan kelas dan ruang kantor. Pada tahun-tahun berikutnya SPG tersebut diberi nama SPG Santo Paulus(Buku Pedoman Siswa, 2010:1).

Sambutan masyarakat ternyata begitu besar terhadap sekolah yang baru dirintis tersebut, sehingga rumah penduduk tidak dapat digunakan lagi untuk menampung para siswa. Sekolah akhirnya meminjam gedung SMP yang saat itu telah dikelola oleh Yayasan Pangudi Luhur (YPL) dan menggunakannya pada sore hari(Buku Pedoman Siswa, 2010:1).

Karena sambutan masyarakat yang demikian baik, maka sekolah selanjutnya meminta kepada YPL untuk meneruskan karya yang telah dimulai dan mengambil alih manajemen selanjutnya(Buku Pedoman Siswa, 2010:1).

Hingga perkembangan waktu dengan melalui tahapan dan beberapa proses yang dilalui, dimulai pada tanggal 30 Juni 1969 pemerintah melalui Kepala inspeksi Daerah Pendidikan Guru / Tenaga kantor daerah Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Daerah Istimewa Yogyakarta mengesahkan berdirinya SPG Pangudi Luhur Sedayu dengan surat no A.60/Set/SPG.swt 1969. Dan beberapa proses yang harus dilalui sesuai dengan kebutuhan untuk berdirinya sebuah sekolah yang berstandar, hingga pada tahun 2009 hasil petikan keputusan Badan

Akreditasi Nasional no.12.01/BAP/TU/X/2009 diputuskan pada tanggal 12 Oktober 2009 bahwa SMA Pangudi Luhur St. Lois terakreditasi A. SMA Pangudi Luhur St. Louis tentu saja masih akan berproses untuk tetap menjadi yang terbaik bagi pengembangan diri para siswa-siswinya(Buku Pedoman Siswa, 2010:1-2).

Selain itu ada pula kegiatan pembinaan rohani yang diarahkan agar para siswa semakin dapat memahami dan mengahayati semangat Kristiani dalam hidupnya ditengah masyarakat (Buku Pedoman Siswa, 2010:28). Adapun bentuk-bentuk pembinaan rohani yang dilakukan yakni:

a. Doa harian; doa pagi sebelum pelajaran, doa malaikat Tuhan, doa setelah pelajaran.

b. Ekaristi bersama

Perayaan Ekaristi (PE) bersama dimaksudkan agar seluruh anggota komunitas semakin memahami dan menghayati nilai-nilai keagamaan dan memupuk hubungan yang semakin dekat dengan Tuhan.

c. Renungan pra Paskah dan Adven d. Retret dan Rekoleksi

2. Pertanyaan Penjajagan

Pertanyaan penjajagan diberikan kepada siswa SMA kelas XII dalam bentuk koesioner, dari keseluruhan siswa kelas XII yang ada yakni berjumlah 104 siswa lalu hanya diambil 10 siswa dari setiap kelas sebagai sample dari keseluruhan jumlah siswa yang ada. Hal ini dilakukan karena 30 siswa tersebut

dapat mewakili dari keseluruhan siswa kelas XII. Jumlah tersebut dapat diperinci sebagai berikut:

Tabel 1. Data siswa kelas XII SMA Pangudi Luhur No Kelas Jumlah Siswa

1 XII IPS I 36 siswa 2 XII IPS II 36 siswa

3 XII IPA 32 siswa

Adapun beberapa pertanyaan penjajagan yang dilakukan, yakni meliputi: makna kehidupan bagi kaum muda, faktor yang mendukung kegiatan rohani siswa, faktor yang menghambat kegiatan rohani siswa dan bentuk pendampingan pembinaan yang diharapkan.

Tabel: 2. Pertanyaan Penjajagan

3. Hasil Penjajagan

Dari hasil penjajagan yang telah dilakukan, adapun hasilnya yakni: a. Makna kehidupan bagi kaum muda

Pertanyaan penjajagan ini mencakup beberapa pertanyaan, diantaranya: hidup bagiku adalah, hidup itu hanya sekali, tantangan / masalah yang hadir dalam

No Pertanyaan Penjajagan Jumlah

(1) (2) (3)

1 Makna kehidupan bagi kaum muda 5

2 Faktor yang mendukung kegiatan rohani siswa 4 3 Faktor yang menghambat kegiatan rohani siswa 3 4 Bentuk pendampingan pembinaan yang

perjalanan kehidupanku, menentukan pilihan dalam kehidupan dan pada akhirnya berpuncak pada merefleksikan kejadian hidup sehari-hari.

Tabel: 3. Makna kehidupan bagi kaum muda ( N = 30 )

No No.

Item Pernyataan Alternatif Jawaban

Persentase %

(1) (2) (3) (4) (5)

1 1 Hidup bagiku adalah

a. Suatu anugrah 77% b. Perjalanan panjang 10% c. Misteri ilahi 13%

2 2 Hidup itu hanya sekali, sehingga aku a. Untuk bersenang-senang -b. Menjalani dengan apa adanya 17% c. Mencoba untuk meraih mimpi 83% 3 3

Tantangan / masalah yang hadir dalam perjalanan kehidupanku, ku anggap sebagai a. Sebagai batu loncatan 13% b. Kemenangan yang tertunda 27%

c. Cobaan dari Tuhan

60%

4 4 Menentukan pilihan dalam kehidupan, sebaiknya aku

a. Biarkan berjalan dengan sendirinya -b. Biarkan berjalan dengan sendirinya -c. Berusaha memilih dengan baik 100% 5 5 Merefleksikan kejadian hidup sehari-hari a. Sering 33% b. Kadang-kadang 63% c. Tidak Pernah 3%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 77% responden menyatakan hidup bagi mereka adalah suatu anugrah dan 13% lainnya mengatakan bahwa hidup merupakan misteri illahi. Dalam menjalani kehidupan 83% responden setuju bahwa hidup diisi untuk meraih mimpi, dan 60% responden beranggapan bahwa masalah dalam kehidupan merupakan cobaan dari Tuhan. 100% responden setuju

bila dalam kehidupan mereka harus berusaha memilih pilihan hidup dengan baik, dan hanya 33% responen saja yang sering merefleksikan kejadian hidup sehari-hari.

b. Faktor yang mendukung kegiatan rohani siswa

Variabel ini akan mengungkapkan tentang faktor yang mendukung kegiatan rohani siswa, diantaranya: faktor yang paling mendukung pelaksanaan kegiatan rohani siswa, faktor yang paling mendukung proses kegiatan rohani siswa, bentuk pembinaan iman yang paing membantu siswa dan juga yang turut serta mendukung tercapainya pembinaan iman siswa disekolah.

Tabel: 4. Faktor yang mendukung kegiatan rohani siswa ( N = 30 )

No No.

Item Pernyataan Alternatif Jawaban

Persentase %

(1) (2) (3) (4) (5)

1 6

Faktor yang paling mendukung pelaksanaan

kegiatan rohani siswa

a. Waktu dan tempat

yang memadai 10%

b. Metode yang

sesuai 30%

c. Materi yang cocok 23% d. Sarana dan

prasarana yang mendukung

37%

2 7

Faktor yang paling mendukung proses kegiatan rohani siswa

a. Cerita 13%

b. Kerja kelompok 23%

c. Sharing 63%

d. Ceramah

-3 8

Bentuk pembinaan iman yang paling membantu

adalah a. Ibadat Sabda di sekolah 17% b. Proses belajar mengajar PAK 50% c. Perayaan Ekaristi di sekolah 33%

(1) (2) (3) (4) (5)

4 9

Yang turut serta mendukung tercapainya pembinaan iman siswa di

sekolah adalah

a. Keteladanan hidup

beriman guru PAK -b. Keteladanan hidup beriman guru Agama 3% c. Keteladanan hidup beriman Bapak / Ibu Guru 3% d. Kerja sama dengan semua warga di sekolah 93%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 37% responden memilih sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan kegiatan rohani siswa, sedangkan sharing dipilih 63% responden dalam proses kegiatan rohani siswa. 50% responden memilih proses belajar mengajar PAK sebagai bentuk pembinaan iman yang membantu siswa dalam meningkatkan rohani siswa, dan 93% responden berpendapat yang turut serta mendukung tercapainya pembinaan iman siswa disekolah yakni kerjasama dengan semua warga di sekolah.

c. Faktor yang menghambat kegiatan rohani siswa

Variabel ini akan mengungkapkan tentang faktor yang menghambat, diantaranya: faktor-faktor yang menghambat kegiatan rohani siswa, metode yang kurang mendukung pelaksanaan kegiatan rohani siswa dan juga sikap-sikap yang kurang membantu selama pembinaan berlangsung.

Tabel: 5. Faktor yang menghambat kegiatan rohani siswa ( N = 30 )

No No. Item Pernyataan Alternatif Jawaban Persentase %

(1) (2) (3) (4) (5)

1 10

Faktor apa yang paling menghambat kegiatan rohani siswa a. Kurang tersedianya tempat yang layak 17% b. Pelaksanaan yang tidak terjadwal 60% c. Sarana dan prasarana yang tidak memenuhi standarisasi 23% 2 11

Metode apa yang kurang mendukung pelaksanaan kegiatan rohani siswa

a. Kerja kelompok 17%

b. Cerita 3%

c. Tugas 30%

d. Ceramah 50%

3 12

Sikap-sikap yang kurang membantu selama pembinaan berlangsung

adalah siswa yang

a. Kurang aktif 27%

b. Bersikap optimis -c. Bersikap acuh tak

acuh 73%

Berdasarkan dari tabel diatas nampak bahwa faktor yang paling menghambat kegiatan rohani siswa yakni pelaksanaan yang tidak terjadwal (60%), 50% responden memilih ceramah untuk metode yang kurang mendukung, serta sikap yang kurang membantu selama pembinaan berlangsung yakni siswa yang acuh tak acuh (73%).

d. Bentuk pendampingan pembinaan yang diharapkan

Variabel ini mencakup beberapa pertanyaan, diantaranya: pembinaan iman yang dilaksanakan diluar jam proses belajar mengajar hendaknya, sumber materi pembinaan iman yang digunakan, bentuk pembinaan iman yang diharapkan dan juga yang diharapkan dalam kegiatan pembinaan iman selanjutnya.

Tabel: 6. Bentuk pendampingan pembinaan yang diharapkan ( N = 30 )

No No. Item Pernyataan Alternatif Jawaban Persentase %

(1) (2) (3) (4) (5)

1 13

Pembinaan iman yang dilaksanakan diluar jam proses belajar mengajar

hendaknya a. Membantu siswa 60% b. Sangat membantu siswa 23% c. Tidak membantu siswa 3%

d. Biasa saja bagi

siswa 13%

2 14

Sumber materi pembinaan iman yang

digunakan sebaiknya adalah

a. Pengalaman hidup

sehari-hari 20%

b. Ajaran Gereja

-c. Teks Kitab Suci -d. Pengalaman hidup

sehari-hari, Ajaran Gereja dan teks

Kitab Suci

digabung menjadi satu

80%

3 15

Bentuk pembinaan iman yang diharapkan a. Rekoleksi 10% b. Retret 57% c. Pembinaan iman yang bersifat rekreasi (menghibur) 30% d. Pembinaan iman yang bersifat sakral (meditasi) 3% 4 16

Yang diharapkan dalam kegiatan pembinaan iman

selanjutnya

a. Materi pembinaan

iman yang menarik 30% b. Metode pembinaan

iman yang aktratif 7% c. Tempat pembinaan

iman yang nyaman 7% d. Pembinaan yang

bervariasi namun berisi

57%

Dari tabel diatas nampak bahwa 60% responden setuju kalau pembinaan iman yang dilaksanakan diluar jam proses belajar mengajar dapat membantu

siswa dan sumber materi pembinaan iman yang digunakan sebaiknya pengalaman hidup sehari-hari, Ajaran Gereja dan teks Kitab Suci digabung menjadi satu (80%). Sedangkan 57% responden setuju bila bentuk pembinaan iman berupa retret, dan 57% responden mengharapkan kegiatan pembinaan iman selanjutnya berisikan tentang pembinaan yang bervariasi namun berisi.

4. Rangkuman Hasil Penjajakan

Berdasarkan dari hasil penjajakan yang telah dilaksanakan, maka penulis mencoba untuk merangkum dari hasil penjajakan yang ada. Kaum muda saat ini sudah barang tentu memerlukan suatu pendampingan pada hidupnya, terlebih dalam menentukan pilihan jalan hidup. Responden merupakan siswa siswi SMA kelas XII yang pada akhirnya akan memasuki atau melanjutkan ke perguruan tinggi atau ke dunia pekerjaan. Untuk itulah mereka perlu untuk diarahkan, di bimbing serta di tuntun untuk dapat menempuh pilihan yang sesuai dengan minat mereka.

Untuk dapat memilih pilihan jalan hidup yang baik tentu saja mereka harus berupaya serta berusaha untuk dapat menjalani kehidupan dengan baik pula. Karena hidup merupakan suatu yang sangat berarti. Melalui pengalaman pula kita dapat belajar tentang kehidupan itu sendiri. Sehingga dalam kehidupan yang ada ini, baiknya kita berani untuk mengambil resiko dengan catatan berupaya dengan sebaik mungkin untuk mendapatkan apa yang diharapkan. Seperti halnya kita berani untuk selalu menomersatukan tujuan hidup yang ingin dicapai, mendahulukan kepentingan orang banyak dari pada kepentingan pribadi, berani

kehilangan yang bersifat sekunder dalam hidup dan berani untuk dapat mengambil salah satu bentuk hidup yang dihayati secara tuntas untuk mendukung tercapainya tujuan hidup.

Sedangkan dalam hal pembinaan iman, seperti pada umumnya kaum muda, mereka pun menginginkan sesuatu yang santai tetapi juga dapat mengena pada diri mereka. Tentu saja pengemasan pelaksanaan serta proses dilaksanakan dengan mengingat sasaran yang akan dikenai. Pengemasan yang menarik, cara pembawaan yang santai dan tidak monoton serta pemberian materi yang berbobot, akan sangat mudah diserap oleh mereka. Hal ini akan mempermudah mereka pula untuk dapat semakin menghayati iman yang ada. Dan dengan metode sharing mereka akan saling meneguhkan melalui pengalaman yang mereka alami di kehidupan sehari-hari, yang perlu dingat yakni mereka tidak menginginkan metode ceramah. Hal ini dikarenakan sangat membosankan dan monoton. Penekanan yang pasti yakni mereka yang berproses sedangkan pendamping hanya sebagai fasilitator. Selain itu tentu saja sumber materi yang digunakan berupa pengalaman hidup sehari-hari, ajaran gereja dan teks kitab suci yang dikemas menjadi satu. Berdasarkan hasil pula mereka menginginkan bentuk pembinaan berupa retret, yang juga bersifat rekreasi serta menggunakan materi yang menarik.