• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini menjelaskan mengenai peran perempuan desa bugel dalam sistem penghidupan penduduk masyarakat pesisir. Dilihat dari tiga aspek yakni pembagian kerja, akses, dan kontrol. Pembagian kerja perempuan dan laki-laki meliputi tiga peran yakni peran reproduktif, peran produktif, dan peran sosial. Akses meliputi akses terhadap sumberdaya fisik dan material, akses terhadap sumberdaya sosial dan budaya, akses terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja, dan akses terhadap manfaat. Sedangkan kontrol meliputi kontrol terhadap sumberdaya fisik dan material, kontrol terhadap sumberdaya sosial dan budaya, kontrol terhadap pasar komoditas dan tenaga kerja, dan kontrol terhadap manfaat.

Peran Gender

Peran merupakan suatu status yang dijalankan oleh seorang individu yang berada pada suatu kelompok atau situasi sosial tertentu. Peran gender menurut Hubeis (2010) menampilkan kesepakatan pandangan dalam masyarakat dan budaya tertentu perihal ketepatan dan kelaziman bertindak untuk seks tertentu (jenis kelamin tertentu) dan masyarakat tertentu. Definisi ini menunjukkan bahwa peran gender disuatu wilayah akan berbeda dari peran gender lainnya sesuai dengan karakterisktik wilayahnya. Pun dengan peran gender yang ditampilkan masyarakat pesisir yang berada di Desa Bugel. Setidaknya terdapat tiga hal yang menjadikan peran gender di Desa Bugel berbeda dengan peran gender di daerah lainnya. Pertama, kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Bugel sebelum berkembanganya pertanian lahan pasir. Di mana pada masa itu masyarakat hidup dalam kondisi kemiskinan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat bekerja sebagai buruh tani, menanam tanaman apa saja yang dapat tumbuh di lahan pasir yang gersang dan tandus, serta banyak pula yang bekerja ke luar daerah untuk mengadu nasib. Kondisi keterbelakangan dan kemiskinan yang menghimpit masyarakat kala itu membentuk karakteristik peran gender yang berbeda pada masyarakat pesisir. Secara alami timbul peran-peran apa saja yang harus dilakukan oleh perempuan dan peran-peran apa saja yang harus dilakukan oleh laki-laki dalam rangka untuk terus mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, peran gender pada masyarakat pesisir cenderung egaliter.

Kedua, pengelolaan lahan pasir yang membutuhkan keterampilan dan pengetahuan khusus. Hanya masyarakat pesisir yang mengetahui bagaimana mengolah lahan pasir milik mereka, apa yang dibutuhkan oleh tanaman, bagaimana merawat tanaman, bagaimana memilih bibit yang cocok dengan lahan pasir, dan hal-hal lainnya. Pengolahan pertanian di lahan pasir sangat berbeda dengan pengolahan pertanian di lahan biasa. Membutuhkan dana yang tidak sedikit dan tenaga yang banyak, terutama ketika mulai menanam dan saat musim panen. Pengelolaan pertanian lahan pasir tidak hanya dilakukan oleh laki-laki, tetapi perempuan juga menjadi bagian terbesar dalam sejarah pertanian lahan pasir Kulon Progo. Ketiga, adanya konflik semenjak berhembusnya isu rencana pertambangan pasir besi di pesisir Kulon Progo. Konflik yang melibatkan

masyarakat pesisir, pemerintah, dan pihak Kesultanan ini dalam prosesnya sangat menguras tenaga dan pikiran masyarakat pesisir. Secara fisik masyarakat pesisir harus mempersiapkan diri untuk melawan pihak-pihak yang dengan sengaja ingin mengambil ruang hidup mereka. Masyarakat juga harus mengerahkan tenaga dan pikiran mereka untuk terus berjuang melawan mega proyek rencana pertambangan pasir besi. Di sisi lain, sebagai petani masyarakat juga harus tetap melangsungkan hidup mereka dengan menanam dan merawat tanaman mereka. Hasil tanaman yang menjadi sumber kehidupan mereka. Di dalam kondisi seperti ini lah perempuan dan laki-laki masyarakat pesisir tampil saling melengkapi peran gender yang pada awalnya telah tumbuh secara alami. Kondisi-kondisi dan tekanan-tekanan yang mereka hadapi membuat masyarakat demikian tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan peran apa yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki dan peran apa yang harus dilakukan oleh perempuan. Masyarakat menyadari perjuangan melawan rencana pertambangan pasir besi adalah milik bersama. Terlihat bahwa masyarakat tidak membeda-bedakan laki-laki dan perempuan. Bagi masyarakat

pesisir “menanam adalah melawan”. Perempuan mengambil peran-peran yang dapat dilakukan oleh mereka. Apapun yang mereka lakukan pada dasarnya bermuara pada hal yang sama yakni untuk mempertahankan lahan pertanian mereka. Secara universal peran gender antara laki-laki dan perempuan diklasifikasikan ke dalam tiga peran pokok, yaitu peran reproduktif (domestik), peran produktif (publik) dan peran sosial (masyarakat), Hubeis (2010).

Pembagian Peran Reproduktif

Peran reproduktif (domestik) merupakan peran yang dilakukan seseorang untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan sumber daya insani (SDI) dan tugas kerumahtanggaan. Tidak jarang kegiatan reproduktif ini tidak dianggap sebagai suatu pekerjaan yang konkret dan tidak diperhitungkan sebagai kerja produktif yang menghasilkan pendapatan. Kegiatan-kegiatan kerumahtanggaan masyarakat pesisir Desa Bugel banyak dilakukan oleh kaum perempuan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pembagian kerja reproduktif di wilayah-wilayah lainnya di Indonesia, mengikuti budaya timur pada umumnya. Bagi masyarakat pesisir tugas-tugas kerumahtanggaan telah menjadi tanggung jawab kaum perempuan sebagai istri. Dapat dikatakan bahwa peran reproduktif diberikan kepada kaum perempuan dan telah menjadi kesepakatan bersama di dalam keluarga dan masyarakat pesisir. Berikut pada tabel di bawah ini dapat dilihat pembagian peran reproduktif antara laki-laki dan perempuan di Desa Bugel.

Tabel 3 Pembagian peran reproduktif laki-laki dan perempuan Desa Bugel, 2014 Aktivitas reproduktif Pelaku Dominan peran Dominan perempuan Bersama Dominan laki-laki Berbelanja kebutuhan rumah

sehari-hari 30 0 0 Perempuan

Memilih pangan yang akan

dikonsumsi 29 1 0 Perempuan

Memasak 30 0 0 Perempuan

Membereskan rumah 27 3 0 Perempuan

Menyetrika pakaian 29 0 0 Perempuan

Mengasuh anak-anak 0 28 0 Bersama

Merawat orang sakit 0 30 0 Bersama

Mencuci pakaian 29 0 0 Perempuan

Dominan peran reproduktif Perempuan

Dari tabel 3 terlihat bahwa dari 30 responden keseluruhannya menyatakan bahwa aktivitas reproduktif dominan dilakukan oleh perempuan, baik dilakukan oleh ibu maupun anak perempuan. Aktivitas-aktivitas reproduktif tersebut diantaranya adalah berbelanja kebutuhan rumah sehari-hari, memilih pangan yang akan dikonsumsi, memasak, membereskan rumah, mencuci pakaian, dan menyetrika pakaian. Adapun aktivitas reproduktif yang dilakukan secara bersama- sama antara laki-laki dan perempuan adalah mengasuh anak-anak dan merawat orang sakit.

Pembagian Peran Produktif

Peran produktif merupakan peran yang menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa perihal kebedaan tanggung jawab antara laki-laki dengan perempuan. Misalnya laki-laki identik melakukan pekerjaan yang berat dengan menggunakan bantuan mesin, sedangkan perempuan melakukan pekerjaan yang ringan. Masyarakat pesisir Desa Bugel sangat menggantungkan hidupnya pada pertanian lahan pasir. Komoditas unggulan pertanian lahan pasir adalah cabai, semangka, dan melon. Selain itu masyarakat juga menanam berbagai jenis sayuran yang ditanam secara tumpang sari dengan komoditas unggulan cabai, semangka, dan melon. Oleh sebab itu mayoritas masyarakat pesisir aktivitas produktifnya adalah bertani. Selain bertani, ada juga beberapa masyarakat yang berdagang menjual berbagai jenis kebutuhan hidup sehari-hari dengan membuka warung kecil-kecilan dan ada yang beternak ayam dan kerbau. Namun, pada umumnya tidak untuk dijual, namun untuk konsumsi keluarga. Selain itu, ada juga beberapa masyarakat pesisir yang bekerja sebagai guru. Namun, tetap bagi masyarakat pesisir mata pencahariaan utama mereka adalah bertani. Walaupun setiap harinya mereka mengajar di sekolah dan setiap harinya pula ke ladang untuk bertani. Menurut salah satu pengakuan responden DRT, 46 tahun menyatakan bahwa

Bertani adalah pekerjaan pilihan hati mbak. Bertani itu pekerjaan yang paling menyenangkan. Saya bebas dan mandiri untuk mengatur waktu, tidak terikat dengan jam kerja seperti kebanyakan yang telah dirasakan masyarakat pesisir yang bekerja ke kota besar sebagai buruh- buruh pabrik maupun tenaga kerjadi Indonesia (TKI). Benar-benar berbeda bekerja sebagai petani dengan menjadi buruh pabrik. Saya merasa menjadi orang yang merdeka dengan bertani.

Bertani di lahan pasir tidak hanya melibatkan laki-laki, perempuan juga ikut serta di dalamnya. Bahkan beberapa anak remaja mengolah lahan pertanian pemberian orang tuanya secara mandiri. Bertani bagi masyarakat pesisir tidak hanya milik laki-laki sebagai kepala rumah tangga, namun milik keluarga. Tabel berikut adalah pembagian kerja pada aktivitas produktif.

Tabel 4 Pembagian kerja produktif laki-laki dan perempuan Desa Bugel pada pertanian komoditas cabai keriting, 2014

Aktivitas produktif Pelaku Dominan peran Dominan perempuan Bersama Dominan laki-laki

Mengolah lahan 0 2 28 Laki-laki

Membersihkan lahan 3 2 25 Laki-laki

Mencangkul 0 0 27 Laki-laki

Membuat petak-petak

tanaman/bedengan 0 0 30 Laki-laki

Menyebar pupuk dasar (5

kompos) 26 1 3 Perempuan

Memasang mulsa dan

menyempurnakan kompos 0 2 28 Laki-laki

Menanam 2 28 0 Bersama

Menyiram tanaman 24 1 5 Perempuan

Menyiang tanaman 30 0 0 Perempuan

Mengendalikan hama dan

penyakit tanaman 0 20 10 Bersama

Memberi pupuk susulan 24 1 5 Perempuan

Memetik hasil panen 30 0 0 Perempuan

Dominan peran produktif pada pertanian cabai keriting Bersama Pada pertanian komoditas cabai keriting, pekerjaan yang dominan dilakukan oleh perempuan adalah menyebar pupuk dasar, menyiang tanaman, dan memetik hasil panen. Pada umumnya di Desa Bugel, pemetikan hasil panen komoditas cabai keriting selalu menggunakan jasa buruh. Hal ini dikarenakan luasnya lahan yang dimiliki setiap masing-masing keluarga, sehingga tidak memungkinkan jika dilakukan secara mandiri atau hanya dalam lingkup keluarga. Buruh yang digunakan untuk memetik hasil panen adalah buruh perempuan. Karena bagi masyarakat pesisir Desa Bugel perempuan sangat teliti dan hati-hati. Buruh perempuan ini ada yang berasal dari dalam desa pesisir, adapula yang didatangkan dari luar desa pesisir, tergantung kebutuhan dari luas lahan pertanian

yang dimiliki. Upah yang diberikan untuk buruh petik tergantung dari harga pasar cabai saat panen. Harga tertinggi yang pernah dicapai oleh petani yakni pada panen tahun 2013 dengan kisaran harga Rp.30.000,-/kg. Pada harga puncak tersebut petani menghargai buruh petik dengan kisaran harga bersih Rp.50.000,- /hari. Selain itu buruh petik juga mendapatkan makanan ringan di pagi hari dan makan berat di siang hari. Jam kerja buruh petik perempuan berlangsung dari jam 08.00-16.00. Di samping itu pada pertanian komoditas cabai keriting, pekerjaan yang dominan dilakukan oleh laki-laki adalah mengolah lahan, membersihkan lahan, mencangkul, membuat petak-petak tanaman/bedengan, pemasangan mulsa dan penyempurnaan kompos. Beberapa pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki juga menggunakan tenaga kerja upahan. Beberapa pekerjaan yang pada umumnya dilakukan oleh tenaga kerja upahan adalah ketika pengolahan lahan, pembuatan petak tanaman/bedengan, pemasangan mulsa, dan pada saat penanaman. Sedangkan kegiatan yang dilakukan bersama-sama adalah ketika menanam, menyiram tanaman, dan mengendalikan hama dan penyakit. Pembagian kerja tersebut ada dan terjadi secara alami.

Tabel 5 Pembagian kerja produktif laki-laki dan perempuan Desa Bugel pada pertanian komoditas melon, 2014

Aktivitas produktif Pelaku Dominan peran Dominan perempuan Bersama Dominan laki-laki

Mengolah lahan 0 2 28 Laki-laki

Membersihkan lahan 0 2 28 Laki-laki

Mencangkul dan melakukan

pemupukan dasar 2 1 27 Laki-laki

Menanam 2 25 3 Bersama

Menyiram tanaman 24 1 5 Perempuan

Menyiang tanaman 30 0 0 Perempuan

Mengendalikan hama dan

penyakit tanaman 0 20 10 Bersama

Memberi pupuk tanaman 28 1 1 Perempuan

Memetik hasil panen dan

menjarang buah 8 22 0 Bersama

Dominan peran produktif pada pertanian komoditas melon Bersama Pada pertanian komoditas semangka dan melon pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda dengan pertanian pada komoditas cabai keriting. Pekerjaan yang dominan dilakukan perempuan diantaranya adalah menyiram tanaman, menyiangi tanaman, dan memupuk tanaman. Pekerjaan yang dominan dilakukan oleh laki-laki adalah mengolah lahan, membersihkan lahan serta mencangkul dan melakukan pemupukan dasar. Sedangkan pekerjaan yang dominan dilakukan bersama-sama diantaranya adalah menanam, mengendalikan hama/menyemprot pestisida, dan memetik hasil panen serta penjarangan buah. Di samping itu, petani pesisir juga menanam berbagai jenis sayuran, dimana sebagian hasilnya digunakan untuk konsumsi keluarga dan sebagian lainnya untuk dijual ke pasar. Pembagian kerja pada tanaman sayuran ini adalah sama dengan pembagian

kerja pada tanaman komoditas cabai keriting, semangka atau melon. Hal ini dikarenakan sayuran ditanaman secara tumpang sari bersamaan dengan cabai keriting, semangka atau melon. Dengan kata lain, pengerjaannya dilakukan secara bersamaan, yang membedakan adalah waktu pemanenan. Tanaman sayuran dapat dipanen dalam waktu yang lebih singkat, yakni, dua hingga tiga minggu. Pada umumnya, pemetikan hasil panen tanaman sayuran juga dilakukan oleh perempuan. Sebagian masyarakat pesisir menjual tanaman sayuran kepada pengumpul dan sebagian lagi langsung ke pasar.

Tabel 6 Pembagian kerja produktif laki-laki dan perempuan Desa Bugel pada sektor perdagangan dan peternakan, 2014

Aktivitas produktif Pelaku Dominan perempuan Bersama Dominan laki-laki n % N % N % Perdagangan menjaga warung/berjualan di pasar 3 10.0 0 0.0 0 0.0

membeli barang/bahan baku 3 10.0 0 0.0 0 0.0

membuat produk 0 0.0 0 0.0 0 0.0

mengatur keuangan 3 10.0 0 0.0 0 0.0

Peternakan

membersihkan kandang 5 16.7 0 0.0 0 0.0

menyiapkan makan ternak 5 16.7 0 0.0 1 3.0

memberi makan ternak 5 16.7 0 0.0 1 3.0

menggembalakan ternak 0 0.0 0 0.0 0 0.0

merawat ternak 2 6.0 2 5.0 1 3.0

memasarkan hasil ternak 5 16.7 1 3.0 0 0.0

Selanjutnya pembagian kerja produktif di sektor perdagangan dan peternakan lebih didominasi oleh perempuan. Dari 30 responden terdapat 3 responden yang memiliki usaha sampingan membuka warung. Pembagian kerja pada ketiga responden tersebut didominasi oleh perempuan mulai dari menjaga warung, membeli barang/bahan baku, membuat produk hingga mengatur keuangan. Di samping itu, dari 30 responden terdapat 6 responden yang beternak. Pekerjaan ini juga didominasi oleh perempuan. Dari 6 responden, 5 diantaranya segala pekerjaan yang terkait hewan ternak dilakukan oleh perempuan. Pekerjaan tersebut diantaranya membersihkan kandang, menyiapkan makan ternak, memberi makan ternak, merawat ternak. Dan hanya satu responden yang pekerjaan tersebut dominan dilakukan oleh laki-laki. Adapun pekerjaan yang dilakukan bersama- sama adalah merawat ternak. Selain keempat aktivitas produktif di atas, terdapat satu kategori aktivitas produktif lainnya yang bersifat jasa. Namun, diantara 30 responden tidak ada yang melakukan aktivitas tersebut. Adapun kegiatan yang termasuk di dalamnya adalah mengajar, menarik ojek, bekerja sebagai kuli bangunan, bekerja di pabrik, dan bekerja di kantor.

Pembagian Peran Sosial

Peran sosial (masyarakat) terkait dengan kegiatan jasa partisipasi politik. Kegiatan jasa masyarakat banyak yang bersifat relawan dan biasanya dilakukan oleh perempuan. Sedangkan kegiatan politik di masyarakat terkait dengan status dan kekuasaan seseorang, sehingga pada umumnya dilakukan oleh laki-laki. Kegiatan sosial pada masyarakat pesisir Desa Bugel cukup beragam. Budaya tolong-menolong sangat melekat di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir. Ketika musim tanam tiba, masyarakat pesisir saling bahu-membahu untuk membantu petani lainnya mengolah lahan dan menanam tanaman. Demikian pula saat musim panen tiba masyarakat petani secara bergantian saling membantu memetik hasil panen. Selain itu juga terdapat kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pengajian bagi anak-anak dan remaja serta mujadahan yang khusus diselenggarakan untuk menolak rencana pertambangan pasir besi.

Selain itu, di Desa Bugel juga terdapat kelompok tani yang bergerak secara aktif. Bagi masyarakat pesisir, kelompok tani merupakan wadah bagi petani untuk saling berkumpul dan berdiskusi dalam menyelesaikan masalah- masalah yang dihadapi petani pada tanaman mereka. Hal ini membuat petani secara mandiri terus mengembangkan teknologi pertanian lahan pasir, mengembangkan teknologi pengendalian hama dan penyakit tanaman, dan lain- lainnya. Kelompok tani Sugih Mulyo juga aktif mengikuti penyuluhan- penyuluhan yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progo. Sebagai salah satu pelopor teknologi pertanian lahan pasir, tidak jarang para tokoh-tokoh pengembang pertanian lahan pasir yang ada di Desa Bugel juga memberikan penyuluhan-penyuluhan dan kuliah-kuliah di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Berikut adalah pembagian kerja pada aktivitas sosial di Desa Bugel.

Tabel 7 Pembagian kerja sosial laki-laki dan perempuan Desa Bugel, 2014 Aktivitas sosial Pelaku Dominan peran Dominan perempuan Bersama Dominan laki-laki

Kegiatan keagamaan 1 29 0 Bersama

Kegiatan PNPM 0 0 21 Laki-laki

Kegiatan kelompok tani 0 0 30 Laki-laki

Mengikuti mujadahan 0 30 0 Bersama

Gotong-royong 0 27 3 Bersama

Mengikuti rapat RT/lainnya 0 1 29 Laki-laki

Kegiatan penyuluhan 0 0 30 Laki-laki

Menghadiri hajatan 2 27 1 Bersama

Dominan peran sosial Laki-laki

Tabel 7 memperlihatkan bahwa mayoritas aktivitas sosial yang berlangsung di masayarakat Desa Bugel dilakukan oleh laki-laki. Dari delapan aktivitas sosial tersebut terdapat empat akvitas yang dominan dilakukan secara bersama-sama yakni kegiatan keagamaan (mujadahan), kegiatan pengajian, kegiatan gotong-royong, dan menghadiri hajatan. Sedangkan kegiatan PNPM,

kegiatan kelompok tani, kegiatan penyuluhan, dan kegiatan rapat RT/lainnya dominan dilakukan oleh laki-laki. Terlihat bahwa peran-peran yang diambil oleh perempuan dalam aktivitas sosial merupakan aktivitas yang terbatas di dalam desa, sukarela, non-komersial serta yang berhubungan dengan warga desa sedangkan peran-peran yang diambil oleh laki-laki merupakan aktivitas yang termasuk dalam ranah publik, melibatkan pihak luar, dan komersial. Perempuan menyerahkan kegiatan-kegiatan kelompok tani, penyuluhan, PNPM, dan rapat RT/lainnya untuk diikuti oleh laki-laki atau suaminya. Dengkan kata lain perempuan terlibat aktif dalam aktivitas sosial informal sedangkan laki-laki terlibat aktif dalam aktivitas sosial-formal. Pembagian peran ini merupakan model pembagian kerja yang umum di pedesaan.

Akses dan Kontrol

Akses adalah kesempatan untuk menggunakan sumber daya maupun hasilnya tanpa memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Selanjutnya kontrol adalah penguasaan atau kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Profil akses dan kontrol (peluang dan penguasaan) terhadap sumber daya mencakup informasi mengenai siapa yang mempunyai peluang dan penguasaan terhadap sumber daya fisik atau material, pasar komoditas dan pasar kerja, dan sumber daya sosial-budaya. Berikutnya, profil peluang dan penguasaan terhadap manfaat mencakup informasi mengenai siapa yang mempunyai peluang dan penguasaaan atas hasil pendapatan, kekayaan bersama, kebutuhan dasar, pendidikan, prestise, dan seterusnya.

Akses dan Kontrol terhadap Sumberdaya Fisik/Material

Akses terhadap sumberdaya fisik/material adalah kesempatan untuk menggunakan sumber daya fisik/material maupun hasilnya tanpa memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Akses terhadap sumberdaya fisik meliputi kesempatan untuk memanfaatkan lahan pertanian, kesempatan menggunakan modal uang untuk pemenuhan kebutuhan keluarga, kesempatan menggunakan modal uang untuk pemenuhan kegiatan pertanian, kesempatan untuk menggunakan sarana produksi pertanian, dan kesempatan menggunakan hasil pertanian untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Berdasarkan hasil kuesioner terlihat bahwa di Desa Bugel akses perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya fisik/material cenderung sama. Khususnya pada kesempatan untuk memanfaatkan lahan pertanian, kesempatan untuk menggunakan sarana produksi pertanian, dan kesempatan menggunakan hasil pertanian untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Selanjutnya kesempatan menggunakan modal uang untuk pemenuhan kebutuhan keluarga dominan dimiliki perempuan, sedangkan kesempatan menggunakan modal uang untuk pemenuhan kegiatan pertanian dominan dimiliki laki-laki.

Hal ini sebanding dengan kontrol yang sama antara laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya fisik dan material. Kontrol terhadap sumberdaya

fisik/material adalah penguasaan atau kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya fisik atau material. Laki-laki dan perempuan memiliki kewenangan yang sama atas penggunaan lahan pertanian, sarana produksi pertanian, dan hasil pertanian untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Sementara itu, perempuan memiliki kewenangan penuh atas modal uang untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Modal uang untuk pemenuhan kebutuhan keluarga ini merupakan sejumlah uang yang dimiliki oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pembagian peran reproduktif pada masyarakat pesisir Desa Bugel, yakni kerja reproduktif dominan dilakukan oleh perempuan dan kewenangan modal uang untuk pemenuhan kebutuhan keluarga sehari-hari juga dikuasai oleh perempuan. Kondisi ini memperlihatkan perempuan diberi dan mengambil kewenangan dalam ranah kerumahtanggan yang terkait pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Hal ini berbeda dengan penguasaan modal uang untuk pemenuhan kegiatan pertanian dimana dikuasai oleh laki-laki. Pengelolaan pertanian lahan pasir membutuhkan modal yang besar. Pada umumnya sebelum mulai menanam cabai keriting, petani lahan pasir Desa Bugel meminjam sejumlah uang ke Bank sebagai modal awal, yang akan dikembalikan secara bertahap ketika panen raya berlangsung. Modal ini untuk penyediaan bibit, pupuk, pestisida, pekerja, dan segala keperluan dan perlengkapan untuk menanam cabai keriting. Akses pada kredit bank berbeda dengan akses pada modal uang untuk pemenuhan kebutuhan keluarga sehari-hari. Akses pada kredit bank, secara resmi juga dimiliki oleh perempuan selama memenuhi syarat-syarat pengajuan kredit pada bank setempat. Namun, pengajuan kredit pada bank setempat bukanlah pekerjaan yang mudah, membutuhkan kemampuan bernegosiasi dengan pihak bank setempat. Kemudian modal uang tersebut harus dikelola secara efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan petani berkewajiban untuk mengembalikan uang pinjaman tersebut, disamping juga harus mengelola modal uang untuk keperluan kegiatan pertanian dalam satu musim tanam dan menabung untuk persiapan musim tanam berikutnya. Di sisi lain, seluruh perencanaan penanaman komoditas cabai keriting juga didiskusikan oleh laki-laki dalam kelompok tani, mulai dari waktu tanam, harga bibit unggul