• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran dan Tanggung Jawab Guru

Dalam dokumen Studi Ketidakhadiran Guru di Indonesia 2014 (Halaman 61-65)

Pengaruh Faktor Kontekstual dan Faktor Guru

4.4 Peran dan Tanggung Jawab Guru

Peran dan tanggung jawab guru, baik sebagai pengajar maupun di luar mengajar dan juga di dalam maupun di luar sekolah, dapat berpengaruh langsung terhadap kemungkinan mereka tidak hadir di sekolah. Guru-guru yang memiliki tanggung jawab di luar sekolah, misalnya, mungkin meninggalkan sekolah untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut – akibatnya para guru harus meninggalkan kelas yang sudah dijadwalkan. Hubungan yang signifikan antara faktor-faktor tersebut dengan ketidakhadiran guru di sekolah dirangkum dalam Tabel 16.

Tabel 16. Ketidakhadiran Guru di Sekolah, berdasarkan Peran dan Tanggung Jawab

Tingkat Ketidakhadiran (%) SE Tanggung jawab mata pelajaran utama (Guru SMP/MTs)

Bahasa Inggris (n=195) 10,7 3,7

Bahasa Indonesia (n=212) 6,5 2,4

Matematika (n=209) 5,5 3,0

Ilmu Pengetahuan Alam (n=251) 8,9 3,0

Ilmu Pengetahuan Sosial (n=270) 6,1 1,9

Pendidikan Agama (n=190) 9,7 4,6

Pendidikan Kewarganegaraan (n=143) 10,6 5,6

Pendidikan Jasmani (n=130) 26,2 6,8

Kesenian (n=119) 15,9 6,8

Mata pelajaran lainnya (n=332) 11,3 4,5

Jabatan lain di sekolah (Guru SD/MI)

Tidak memegang jabatan apa pun / hanya mengajar

(n=3.427) 10,6 1,4

Pembina kegiatan ekstrakurikuler (n=990) 5,9 1,5

Jabatan lain di sekolah (Guru SMP/MTs)

Tidak memegang jabatan apa pun / hanya mengajar

(n=622) 11,8 2,4

Wali kelas (n=535) 4,3 1,1

Jabatan lain (n=1.671) 16,2 4,0

Sumber: Survei Ketidakhadiran Guru, Kunjungan 1, 2013

Di sekolah dasar (SD/MI), perbedaan tingkat ketidakhadiran guru berdasarkan tingkat kelas yang diajar tidak signifikan. Namun, guru SD/MI yang juga bertanggung jawab sebagai pembina dalam kegiatan ekstrakurikuler cenderung lebih kecil untuk tidak hadir di sekolah daripada guru yang tidak memegang jabatan tersebut.

Di sekolah menengah (SMP/MTs), tingkat ketidakhadiran guru antar kelas juga tidak berbeda signifikan, namun perbedaan terjadi antar guru yang mengajar mata pelajaran yang berbeda (Tabel 16). Guru pendidikan jasmani, misalnya, memiliki tingkat ketidakhadiran yang tinggi (26,2%) atau sekitar tiga kali dari tingkat ketidakhadiran guru SMP/MTs secara keseluruhan, sementara itu tingkat ketidakhadiran guru matematika relatif rendah (5,5%). Meskipun terdapat beberapa mata pelajaran yang gurunya memperlihatkan tingkat ketidakhadiran yang relatif rendah – guru Bahasa Indonesia (6,5%), guru Ilmu Pengetahuan Sosial (6,1%) dan Matematika (5,5%) – perbedaan ini tidak signifikan secara statistik jika dibandingkan dengan tingkat ketidakhadiran guru SMP/MTs secara keseluruhan.

Guru SMP/MTs yang juga ditunjuk sebagai wali kelas memiliki kemungkinan yang sangat kecil tidak hadir di sekolah dibandingkan dengan guru yang bukan wali kelas. Sebaliknya, guru SMP/MTs yang memegang jabatan tambahan selain wakil kepala sekolah, bendahara, perwakilan komite sekolah, atau wali kelas cenderung lebih mungkin tidak hadir di sekolah. Jabatan lainnya yang paling umum diemban guru adalah menjadi pengurus perpustakaan sekolah, kepala laboratorium ilmu pengetahuan atau bahasa, dan petugas administrasi.

4.5 Ringkasan

Pada kerangka teori yang mendasari studi ini dijelaskan bahwa faktor-faktor kontekstual – yang relatif tetap dan tidak mudah berubah oleh kebijakan – dapat memengaruhi tingkat ketidakhadiran guru baik secara langsung maupun tidak langsung. Perbedaan tingkat ketidakhadiran guru berdasarkan pada faktor-faktor kontekstual yang telah diidentifikasi adalah sebagai berikut:

• Sekolah yang berlokasi di wilayah yang lebih terpencil/pedesaan dan sekolah dengan jumlah murid sedikit memiliki tingkat ketidakhadiran guru yang lebih tinggi daripada sekolah yang lebih dekat atau di perkotaan dan memiliki jumlah murid lebih banyak.

• Guru laki-laki cenderung tidak hadir di sekolah lebih tinggi dan signifikan , 13,4% (+ 3,5%), daripada guru perempuan sebesar 7,7% (± 1,8%). Beberapa kemungkinan penyebab perbedaan ketidakhadiran antara guru laki-laki dan perempuan adalah meliputi:

- Kepala sekolah cenderung melaporkan guru perempuan tidak hadir karena tidak hadir dengan alasan merawat seseorang atau karena mereka sendiri yang sakit. Sementara itu, guru laki-laki lebih cenderung dilaporkan tidak hadir karena sedang tugas resmi, keluar sekolah lebih cepat, atau karena alasan yang tidak diketahui kepala sekolah.

- Guru perempuan yang tidak memiliki anak balita kemungkinan lebih kecil tidak hadir di sekolah daripada guru laki-laki, terlepas dari apakah guru laki-laki tersebut memiliki anak balita atau tidak. Tingkat ketidakhadiran guru perempuan yang memiliki anak balita secara statistik tidak berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok lainnya.

• Guru laki-laki dan perempuan yang mengajar pada lebih dari satu sekolah secara signifikan memiliki kemungkinan lebih banyak untuk tidak hadir di sekolah daripada guru-guru yang mengajar di satu sekolah. Namun, guru laki-laki memiliki kemungkinan hampir dua kali lebih banyak untuk mengajar di lebih dari satu sekolah daripada guru perempuan.

• Guru yang lahir di luar provinsi tempat sekolah sampel berada memiliki kemungkinan yang lebih kecil tidak hadir di sekolah daripada guru yang lahir di provinsi tempat sekolah berada. Perbedaan antara kedua kelompok guru ini paling besar terjadi di wilayah Bali & Nusa Tenggara.

• Guru yang mengandalkan transportasi umum untuk pergi ke sekolah cenderung lebih kecil untuk tidak hadir di sekolah ketika mereka dijadwalkan untuk mengajar dibandingkan dengan guru yang mengandalkan jenis transportasi lain seperti jalan kaki atau menggunakan kendaraan pribadi. • Guru yang lebih berpengalaman memiliki kemungkinan yang lebih kecil tidak hadir di sekolah,

demikian pula guru PNS atau guru tetap lebih kecil kemungkinannya tidak hadir di sekolah dibandingkan dengan guru honorer atau kontrak.

• Di sekolah dasar, guru-guru yang juga bertanggung jawab untuk mengawasi kegiatan ektrakurikuler memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk tidak hadir di sekolah daripada guru-guru yang tidak mempunyai tanggung jawab ini.

• Di SMP/MTs, guru pendidikan jasmani 3,5 kali lebih mungkin untuk tidak hadir di sekolah ketika mereka dijadwalkan untuk mengajar dibandingkan dengan guru mata pelajaran lain.

• Guru SMP/MTs yang juga sebagai wali kelas lebih kecil kemungkinannya untuk tidak hadir di sekolah dibandingkan dengan guru yang bukan wali kelas.

Kondisi lingkungan kerja guru sudah diidentifikasi oleh banyak peneliti sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi kualitas pengajaran, termasuk tingkat kehadiran guru.71 Bagian ini menguraikan bagaimana kondisi lingkungan kerja di sekolah mempengaruhi ketidakhadiran guru. Hipotesis umum adalah bahwa tingkat ketidakhadiran guru cenderung lebih rendah jika mereka berada di lingkungan kerja yang lebih baik. Dalam pembahasan ini, lingkungan kerja meliputi variabel karakteristik dan kepemimpinan kepala sekolah, norma-norma pengajaran yang ada di sekolah, keterlibatan orang tua dan masyarakat, serta keberadaan dan kondisi fasilitas sekolah.

Dalam dokumen Studi Ketidakhadiran Guru di Indonesia 2014 (Halaman 61-65)