• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Ketidakhadiran Guru di Sekolah

Dalam dokumen Studi Ketidakhadiran Guru di Indonesia 2014 (Halaman 45-48)

Rancangan dan Metodologi

3.1 Tingkat Ketidakhadiran Guru di Sekolah

Guru dianggap tidak hadir di sekolah jika mereka tidak bisa ditemukan di sekolah oleh pencacah ketika mereka dijadwalkan hadir di sekolah. Sebagaimana diuraikan pada Tabel 7, selama kunjungan pertama 9,7% (+ 2,0%) guru didapati tidak hadir di sekolah dan 10,7% (+ 2,8%) tidak hadir pada kunjungan kedua. Struktur studi ini, yang mencakup dua kunjungan ke masing-masing sekolah yang dijadikan sampel, memberi kesempatan untuk memeriksa stabilitas tingkat ketidakhadiran antara kedua kunjungan ini. Asumsi studi ini adalah bahwa tingkat ketidakhadiran, yang dicatat pada hari tertentu, mewakili tingkat ketidakhadiran pada hari apa pun ketika ada jadwal sekolah. Ini sesuai dengan temuan pada studi ketidakhadiran guru tahun 2003, yang tidak menunjukkan banyak perbedaan di antara kedua kunjungan itu. Asumsi ini ditegaskan dalam studi ini, yang menemukan perbedaan yang secara statistik tidak nyata antara perkiraan ketidakhadiran guru dari kedua kunjungan itu. Karena stabilitas ini, bab ini terutama akan membahas perkiraaan ketidakhadiran dari kunjungan pertama, dengan membuat catatan hanya jika ada perbedaan nyata dengan kunjungan kedua di dalam sub-kelompok.

Empat sub-kelompok kunci bahasan dimasukkan ke dalam desain studi ini: perbedaan antara enam wilayah yang ditetapkan, antara tingkat sekolah (sekolah dasar dan sekolah menengah), antara status sekolah (negeri atau swasta), dan antara jenis sekolah (umum dan madrasah). Perkiraan tingkat ketidakhadiran guru untuk subkelompok ini juga dirangkum pada Tabel 7. Karena proporsi sekolah menurut tingkat, status, dan jenis dijadikan sampel untuk mencerminkan proporsi mereka di keenam wilayah tersebut, bab ini juga membahas perbedaan subkelompok ini di dalam wilayah.

Studi ini menggunakan data dari 16.534 hasil pengamatan terhadap 9.867 orang guru. Pencacah mengambil sampel acak 15 orang guru dari kelompok guru yang dijadwalkan hadir pada hari kunjungan mereka. Ini berarti tidak semua guru yang diamati pada kunjungan pertama dijadwalkan untuk hadir, dan bisa dijadikan sampel pada kunjungan kedua. Dari jumlah keseluruhan guru, 6.667 orang diamati pada kedua kunjungan, sedangkan 1.630 guru diamati hanya pada kunjungan pertama dan 1.570 guru diamati hanya pada kunjungan kedua.

Di antara guru-guru yang diamati dua kali, 11,0% tidak hadir di sekolah selama satu kunjungan sedangkan hanya 0,5% yang tidak hadir pada kedua kunjungan. Jika guru-guru yang tidak hadir pada kedua

kunjungan itu diasumsikan tidak hadir selama masa di antara kedua kunjungan ini (14 minggu, rata-rata), ini menyiratkan bahwa ketidakhadiran guru di Indonesia kemungkinan bercirikan ketidakhadiran satu kali atau jangka pendek, dengan tingkat ketidakhadiran jangka panjang yang relatif lebih kecil. Tidak ada perbedaan nyata menurut wilayah, jenis sekolah, status atau sektor antara ketidakhadiran jangka pendek dan jangka panjang.

Tabel 7. Ketidakhadiran Guru di Sekolah, menurut Wilayah, Tingkat , Jenis dan Status Sekolah

Tingkat Ketidakhadiran (%) SE Tingkat ketidakhadiran guru di sekolah secara nasional

Kunjungan1 (n=8.302) 9,7 1,0

Kunjungan2 (n=8.246)^ 10,7 1,4

Wilayah

Sumatra (n=1.481) 8,4 1,7

Jawa (n=2.002) 9,1 1,7

Bali dan Nusa Tenggara (n=1.378) 14,0 2,6

Kalimantan (n=1.116) 14,1 1,6

Sulawesi (n=1.118) 10,2 2,3

Papua dan Maluku (n=1.207) 11,6 3,0

Tingkat sekolah

Sekolah dasar (n=6.559) 9,4 0,9

Sekolah Menengah Pertama (n=1.743) 10,3 2,0

Jenis sekolah Umum (n=7.217) 9,0 1,0 Madrasah (n=1.085) 12,5 2,6 Status sekolah Negeri (n=6.353) 8,5 0,9 Swasta (n=1.949) 12,8 1,9

Sumber: Survei Ketidakhadiran Guru, Kunjungan1, 2013 (kecuali^)

Perkiraan tingkat ketidakhadiran guru menurut wilayah berkisar antara 8,4% (± 3,5%) di Sumatra hingga 14,1% (± 3,2%) di Kalimantan (Tabel 7). Akan tetapi, perbedaan antarwilayah ini secara statistik dianggap tidak nyata. Umumnya, perkiraan ketidakhadiran guru menurut wilayah ini terbilang stabil di antara kedua kunjungan. Satu-satunya pengecualian adalah perbedaan antara perkiraan untuk wilayah Bali & Nusa Tenggara. Pada kunjungan pertama, 14,0% (± 5,3%) dari guru-guru yang dijadwalkan untuk mengajar tidak hadir di sekolah di Bali & Nusa Tenggara, proporsi yang secara nyata lebih tinggi daripada guru-guru yang tidak hadir pada kunjungan kedua 8,9% (± 2,9%).

Perkiraan ketidakhadiran guru di sekolah dasar adalah 9,4% (± 1,9%) dan di sekolah menengah 10,3% (± 4%), seperti terlihat pada Tabel 7. Perbedaan kecil ini tidak nyata secara statistik. Selain itu, tidak ada perbedaan nyata dalam perkiraan ketidakhadiran guru di sekolah dasar dan menengah pertama menurut wilayah, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.

Perbedaan antara perkiraan ketidakhadiran nasional antara sekolah madrasah dan umum (atau non-madrasah) sama kecilnya (Tabel 7). Tingkat ketidakhadiran guru di sekolah madrasah 12,5% (+ 5,2%), sedangkan di sekolah umum 9,0% (± 2,0%). Perbedaan ini juga tidak nyata secara statistik di dalam lingkup wilayah, lihat Gambar 5, meskipun besarnya standard error disebabkan oleh sedikitnya jumlah madrasah di beberapa wilayah harus diperhatikan karena ini merupakan salah satu yang menyebabkan kurang nyata secara statistik.

Gambar 4. Ketidakhadiran Guru di Sekolah, menurut Wilayah dan Tingkat Sekolah 0 5 10 15 20 25 Tin gk at K et id ak ha dira n G uru (% )

Sumatra Java Bali&NT Kalimantan Sulawesi Maluku&Papua

SD SMP/MTs

Sumber: Studi Ketidakhadiran Guru, 2013, Kunjungan 1

Lampiran D melaporkan tentang perspektif pejabat di Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. Sebagian besar responden di 61 Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota dan 54 Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota mengatakan bahwa ketidakhadiran guru di wilayah cakupan mereka bukan lagi merupakan masalah yang nyata, karena tingkat ketidakhadiran guru saat ini antara 5% dan 10%. Selain itu, para pejabat umumnya merasa bahwa sebagian besar guru tidak hadir hanya untuk sementara waktu, tidak permanen. Namun demikian, ada dua persoalan yang menjadi perhatian:

• Ketidakhadiran guru di daerah terpencil tetap menjadi masalah yang tak terpecahkan, dengan tingkat ketidakhadiran sekitar 20%; dan

• Guru di madrasah swasta lebih besar kemungkinannya untuk tidak hadir dibandingkan dengan guru di madrasah negeri.

Gambar 5. Ketidakhadiran Guru di Sekolah, menurut Wilayah dan Sektor Sekolah

-10 0 10 20 30 Tin gk at K et id ak ha dira n G uru (% )

Sumatra Java Bali&NT Kalimantan Sulawesi Maluku&Papua

Umum Madrasah

Gambar 6. Ketidakhadiran Guru di Sekolah, menurut Wilayah dan Status Sekolah 0 10 20

Dalam dokumen Studi Ketidakhadiran Guru di Indonesia 2014 (Halaman 45-48)