• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan antara APM, ALT, dan P/A

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Perbandingan antara APM, ALT, dan P/A

Apabila keempat metode tersebut kita bandingkan maka akan tampak bahwa metode APM (baik LST maupun LMX) memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode ALT CCA (Tabel 13). Pada perlakuan sampel tanpa cemaran, metode APM memberikan hasil < 1,8 /100 ml, metode ALT

memberikan hasil 0 cfu/ml dan metode P/A memberikan hasil negatif/100 ml. Hasil ALT terkecil adalah 0 cfu/ml karena tidak dilakukan pengenceran pada sampel tetapi jumlah sampel yang dianalisa hanya 1 ml. Metode P/A memberikan hasil negatif atau 0/100 ml sedangkan metode APM hanya bisa memberikan hasil < 1.8/100 ml. Hal ini karena APM terkecil untuk seri 5 tabung dengan jumlah total sampel 55.5 ml adalah 1.8 cfu/100 ml apabila hasil kombinasi tabung positif 0-0-1 dengan perhitungan sbb (APHA, 2005) :

MPN/100 ml = 100 x P / (N x T) 1/2 MPN/100 ml = 100 x 1/ (55.4 x 55.5)1/2 MPN/100 ml = 100/55.45 = 1.8 dimana :

P = jumlah tabung positif

N = total volume sampel dalam semua tabung negatif (dijumlahkan), ml T = total volume sampel dalam seri pengenceran yang digunakan, ml

Pada sampel dengan penambahan cemaran dengan knsentrasi sedang dan tinggi, maka hasil yang didapat pada metode APM kebanyakan >1600 cfu/100ml sehingga sulit untuk dilakukan analisa pembandingan statistik dan tidak bisa dibuat rerata apabila ada ulangan yang nilainya kurang dari 1600. Metode ALT lebih memungkinkan untuk melakukan analisa statistik dan perhitungan rerata, dengan pengerjaan yang lebih simpel.

Metode P/A walau lebih sederhana dalam pengerjaan tetapi hasil yang diperoleh hanya bisa positif atau negatif saja sehingga hanya cocok untuk sampel sangat bersih yang memang diharapkan hasilnya negatif. Dalam APHA (2005) disebutkan bahwa apabila sampel yang diuji dengan metode P/A memberikan hasil positif maka dianjurkan untuk melakukan pengujian ulang untuk menghitung jumlah Koliform karena data kuantitatif dapat menunjukkan tingkat kontaminasi yang terjadi.

Metode APM terutama sangat berguna untuk sampel yang konsentrasi organismenya sangat rendah (<100 cfu/g) terutama air, susu dan sampel pangan yang keberadaan partikulat materialnya kemungkinan mengganggu keakurasian

perhitungan koloni pada metode ALT (FDA, 2008). Asumsi yang sangat penting untuk mendukung keakurasian metode APM adalah bahwa bakteri – bakteri yang ada terdistribusi secara acak didalam sampel, saling terpisah, tidak membentuk kelompok dan juga tidak saling menempel satu sama lain. Metode ALT biasanya digunakan untuk sampel yang jumlah bakterinya banyak.(FDA, 2008).

Tabel 13 Perbandingan jumlah mikroba ter-recover pada metode Angka Paling Mungkin (LST & LMX), Angka Lempeng Total (CCA) dan Presence

Absence (RC)

Sampel Kontrol positif (cfu/100 ml) Sampel ber E. coli (cfu/100 ml) Jenis

Media Ulangan Air

Proses Rendah* Sedang* Tinggi* Rendah* Sedang* Tinggi* 1 <1.8 240 >1600 >1600 240 >1600 >1600 2 <1.8 245 >1600 >1600 390 920 >1600 3 <1.8 395 >1600 >1600 150 >1600 >1600 LST** Rerata <1.8 293 >1600 >1600 260 >1600 >1600 1 <1.8 240 >1600 >1600 390 >1600 >1600 2 <1.8 260 >1600 >1600 390 1600 >1600 3 <1.8 295 >1600 >1600 295 1600 >1600 LMX** Rerata <1.8 265 >1600 >1600 358 >1600 >1600 1 0 188 1963 4000 200 2275 4163 2 0 175 1188 2875 238 1613 3188 3 0 150 2000 4350 175 1838 3600 CCA** Rerata 0 171 1717 3742 204 1908 3650

1 negatif positif TD*** TD positif TD TD

2 negatif positif TD TD positif TD TD

3 negatif positif TD TD positif TD TD

RC**

Rerata negatif positif TD TD positif TD TD

Catatan :

* Rendah (konsentrasi cemaran 4 cfu/ml), Sedang (40 cfu/ml) dan Tinggi (80 cfu/ml) ** LST (Lauryl Sulfate Broth)

LMX (Fluorocult LMX Broth) CCA (Chromocult Coliform Agar) RC (Readycult Coliform 100) *** TD : Tidak dilakukan pengujian

Selain itu apabila dilihat dari jumlah total sampel yang dianalisa maka metode P/A adalah yang paling banyak dengan 100 ml, metode APM 5 tabung dengan 55.5 ml dan metode ALT dengan hanya 1 ml. Dengan demikian ketelitian hasil yang terbaik untuk pengujian air dengan kualitas air minum adalah pada metode P/A dengan sampel 100 ml karena probabilitas keterambilan sel bakteri dalam sampel menjadi jauh lebih besar dari pada metode APM dan ALT.

terdeteksi sebagai positif, pada metode APM probabilitas keterambilannya hanya 55.5 % (total sampel 55,5 ml) dan di metode ALT bahkan hanya 1% (total sampel 1 ml). Karena itu beberapa metode referensi pengujian air seperti APHA, FDA, ISO, SNI menggunakan metode P/A atau Membran Filtrasi untuk sampel dengan kelas air minum. Untuk sampel air bersih biasanya digunakan metode APM 5 tabung atau Membran Filtrasi (APHA, 2005; FDA, 2007; ISO, 2001; BSN, 2006). Kelemahan ini juga dibahas oleh Odge et.al (1998) dan beliau menganjurkan untuk menggunakan lebih dari 6 petri atau menggunakan perti dengan diameter 15 cm sehingga jumlah sampel yang diinokulasikan bisa lebih besar dari 1 ml.

Apabila dilihat dari kebutuhan inkubator maka keuntungan lain dari media cepat LMX, RC dan CCA untuk pengujian Koliform dan E. coli adalah dalam pengerjaannya hanya memerlukan satu suhu inkubasi yaitu 35oC dibandingkan dengan metode konvensional yang perlu dua suhu inkubasi yaitu 35oC dan 44.5oC. Jumlah tabung dan cawan petri yang lebih sedikit dan tahapan yang hanya satu kali pengerjaan saja memerlukan ruang yang lebih sedikit di inkubator.

Salah satu parameter kualitas suatu media pertumbuhan adalah kemampuan dalam menumbuhkan bakteri yang diinginkan. Dalam penelitian ini yang dihitung pada Tabel 6 adalah nilai recovery ratenya untuk perlakuan dengan konsentrasi bakteri rendah karena untuk perlakuan dengan APM pada konsentrasi sedang dan tinggi memberikan hasil perhitungan > 1600 sehingga tidak bisa dihitung. Perhitungan nilai recovery rate dilakukan dengan membandingkan hasil pertumbuhan di sampel ber E.coli dengan kontrol positif (larutan PDF yang dicemari dengan bakteri yang sama). Hasil recovery rate tertinggi adalah pada media LMX (122%), kedua adalah media LST (89%) dan ketiga adalah media CCA (70%).

Recovery rate CCA paling rendah dibandingkan dengan media broth lainnya karena bentuknya yang padat berpengaruh terhadap tingkat recovery sel. Menurut Ogden (1997) organisme yang sakit (rusak) lebih menyukai lingkungan yang cair (broth) daripada permukaan padat yang kering (agar). Dari kedua broth yaitu LST dan LMX maka hasil recovery rate LMX lebih tinggi dari LST hal ini karena sumber karbohidrat yang digunakan dalam LMX selain laktosa juga sorbitol dan dua macam substrat kromogenik (Merck, 2005) sehingga mampu memberikan

hasil pertumbuhan yang lebih bagus. Keuntungan lain dari CCA dan LMX adalah waktu yang lebih cepat, yaitu 24 jam untuk sampai ke identifikasi / konfirmasi E.coli.

Geissler et.al. (2000) melakukan penelitian pengujian secara kuantitatif untuk koliform total dan E. coli di air laut dengan membandingkan metode APM konvensional menggunakan Lauryl Sulfate Broth (LST) dengan metode APM cepat menggunakan LMX Broth dan metode Membran Filtrasi menggunakan Chromocult Coliform Agar (CC) dan CC plus Cefsulodin (CC-CFS). Dalam penelitian tersebut dibuktikan bahwa metode APM konvensional memiliki sensitifitas paling kecil untuk perhitungan E.coli. Keseluruhan hasil untuk E.coli ter-recover menunjukkan bahwa pertumbuhan pada media LMX, CC-CFS, dan CC adalah 1,60; 1,64; dan 1,39 kali lebih banyak dari APM konvensional. Akan tetapi secara statistik, hasil antara LMX, CC, CC-CFS tidak berbeda nyata untuk perhitungan E.coli. Pada media CC-CFS hasilnya lebih kecil daripada media CC karena mengandung cefsulodin yang menyebabkan tingkat penghambatannya lebih besar.