• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Viktimologi Dengan Kriminologi

BAB I PENGERTIAN VIKTIMOLOGI

F. Perbedaan Viktimologi Dengan Kriminologi

Kriminologi adalah ilmu pengetahuan dari berbagai ilmu yang mempelajari tindak pidana-tindak pidana sebagai masalah manusia. Namun rumusan demikian mengandung arti sempit, sedangkan dalam arti luas kriminologi meliputi kriminalistik yang sifatnya mengandung ilmu eksakta dan penologi15. Atau dengan kata lain, kriminologi merupakan sarana ilmiah bagi studi tindak pidana dan pelaku tindak pidana. Dalam wujud ilmu pengetahuan, kriminologi merupakan “the body of knowledge” yang ditunjang oleh pengetahuan dan hasil penelitian berbagai disiplin, sehingga aspek pendekatan terhadap obyek kajiannya luas sekali, karena juga dilakukan pendekatan secara inter-disipliner dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta dalam pengertian yang luas, mencakup pula kontribusi dari ilmu-ilmu eksakta.16

Sebagai kesimpulannya, kajian kriminologi selain mempelajari tindak pidana, pelaku tindak pidana, dan faktor-faktor yang berkaitan dengan tindak pidana, maka dapat dikatakan bahwa orientasi viktimologi adalah kesejahteraan masyarakat, yaitu masyarakat yang tidak menderita atau di mana para anggota masyarakat tidak menjadi

15 Penologi secara sempit berarti ilmu tentang hukuman, ilmu ini merupakan salah satu cabang kriminologi yang membahas konstruksi Kitab Undang-undang Hukum Pidana, penghukuman, dan administrasi sanksi pidana, Soerjono

Soekanto dan Pudji Santoso. 1988. Kamus Kriminologi. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hlm. 72. Dan dalam Black’s Law Dictionary. Tenth Edition. Dijelaskan bahwa: “Penology is the study of penal institutions, crime prevention, and the

punishment and rehabilitation of criminals, including the art of fitting the right treatment to an offender”

16 Soedjono Dirdjosisworo. 1984. Ruang lingkup Kriminologi. Bandung. Remadja Karya. Hlm. 1

18

korban dalam arti luas. Dalam pada itu, ada suatu anggapan bahwa kriminologi merupakan salah satu sisi dari mata uang, dengan sendirinya sisi yang lain dari mata uang itu adalah viktimologi. Karena itu dapat dikatakan bahwa ciri-ciri manusia jahat atau manusia anti sosial memantulkan ciri-ciri yang serupa tetapi tidak sama pada manusia korban17.

Memang, sebagaimana pernah ditulis oleh Emilio C. Viano18, bahwa kriminologi sebagai sebuah bidang studi dan disiplin ilmu akhir-akhir ini telah berkembang. Saat para sarjana dari kelompok ilmu-ilmu sosial mengembangkan teori-teori mengenai perilaku manusia pada umumnya, maka para ahli yang mempelajari kriminologi memfokuskan kajiannya pada perilaku kriminal. Karena itu, pada awalnya para ahli yang mempelajari kriminologi perhatian utamanya adalah pada studi kriminal. Lebih lanjut dikemukakan, bahwa dalam tahun-tahun terakhir ini fokus mereka (criminologist) telah mengalami pergeseran terhadap tindak pidana itu sendiri, yakni tidak hanya pada pelaku sebagai subyek hukum, tetapi juga sebagai bagian dari situasi atau keadaan yang komplek yang menggambarkan perbedaan interaksi antara pelaku dan norma budaya serta pandangan masyarakat. Maka dari itu, perhatian dan minat mereka telah berkembang kepada korban sebagai bagian integral dari keadaan si pelaku. Dan, para sarjana, lanjut Viano, telah memulai untuk mengkaji korban tidak hanya sekedar sebagai obyek yang pasif, atau sebagai orang yang terkena akibat dari tindak pidana, akan tetapi juga sebagai

17Op Cit Sahetapy.1987. Hlm. 26

19 yang berperan aktif atau kemungkinan yang berkontribusi bagi dirinya sendiri untuk menjadi korban.

Dengan demikian, keterkaitan antara kriminologi dan viktimologi sudah tidak dapat diragukan lagi, karena dari satu sisi kriminologi membahas secara luas mengenai pelaku dari suatu tindak pidana, sedangkan viktimologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang korban dari suatu tindak pidana, atau dengan kata lain viktimologi berkaitan dengan permasalahan korban19. Sebelumnya sebagaimana yang ditulis oleh Zvonimir Paul Separovic20, bahwa kita harus mempertanyakan terkait dengan konsep viktimologi, apakah bukan merupakan bagian dari kriminologi, ataukah merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial. Namun, sesuai dengan nama dan persoalan pokoknya, maka viktimologi merupakan suatu disiplin baru yang berurusan dengan permasalahan korban. Karena itu, menurut Separovic tak pelak lagi, bahwa jawaban kita atas pertanyaan seputar penempatan viktimologi dalam bidang ilmu-ilmu sosial bergantung pada batasan kita mengenai konsep korban. Jika korban dikonsepkan pada mereka yang mengalami penderitaan sebagai akibat dari perbuatan jahat atau tindak pidana maka viktimologi akan menjadi bagian dari persoalan kejahatan atau tindak pidana, dan karenanya viktimologi merupakan sebuah disiplin dalam kriminologi.

19 Paul Separovic. 1985. Victimology Study of Victim. Zagreb Samobor-Novaki. Bb Pravni Fakuter. hlm. 7

20

Namun sebagaimana yang yang ditulis oleh Jo-Anne Wemmers21, bahwa Mendelson tahun 1955 menulis artikel yang berjudul “ A New Branch of The Bio Social Science” telah meletakkan dasar bagi ilmu baru yang disebut “victimology” dan menjadikannya sebagai disiplin yang terpisah dari kriminologi. Disamping adanya istiliah “criminology”, Mendelson dalam artikel tersebut juga mengenalkan istilah baru “victimal” sebagai lawan dari istilah “criminal” dan “victimality” sebagai lawan dari “criminality”. Sebagaimana halnya Von Henting, Mendelson juga menekankan pada pentingnya aspek pencegahan dan hal itu dikatakannya sebagai tujuan utama dari victimology.

Sehubungan dengan adanya pandangan yang menyatakan bahwa perlunya dibentuk viktimologi secara terpisah dari ilmu kriminologi, telah mengundang beberapa pendapat, sebagai berikut22 : 1. Mereka yang berpendapat bahwa viktimologi tidak dapat dipisahkan dari kriminologi, diantaranya adalah Von Henting, H. Mannheim, dan Paul Cornil. Mereka mengatakan bahwa kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang menganalisis tentang tindak pidana dengan segala aspeknya, termasuk korban. Dengan demikian, melalui penelitiannya, kriminologi akan dapat membantu menjelaskan peranan korban yang berkaitan dengan tindak pidana dan berbagai persoalan yang melingkupinya.

21 Jo-Anne Wemers. 2010. A Short History of Vivtimology. Diterbitkan dalam Haggemann, Scafer and Schmidt. Victimology Victim Assistance And Criminal Justice. Hlm. 2

22 Hukum dan Viktimologi. http//bahan kuliah.blogspot.co.id/2014/05/hukum dan viktimologi.html

21 2. Mereka yang menginginkan viktimologi terpisah dari kriminologi,

diantaranya adalah Mendelson. Beliau mengatakan bahwa viktimologi merupakan suatu cabang ilmu yang mempunyai teori dalam kriminologi, tetapi dalam membahas persoalan korban, viktimologi juga tidak dapat hanya terfokus pada korban itu sendiri.

Sehubungan dengan itu, khusus mengenai hubungan antara kriminologi dan hukum pidana dikatakan bahwa keduanya merupakan pasangan atau dwi tunggal yang saling melengkapi karena orang akan mengerti dengan baik akan penggunaan hukum terhadap penjahat maupun pengertian mengenai timbulnya kejahatan dan cara-cara pemberantasannya sehingga memudahkan penentuan adanya kejahatan dan pelaku kejahatannya. Hukum pidana hanya mempelajari delik sebagai suatu pelanggaran hukum, sedangkan untuk mempelajari bahwa delik merupakan perbuatan manusia sebagai suatu gejala sosial adalah kriminologi.