• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. PERIODE PEMBEN TUKAN HIZBUT TAHRIR

2. Periode Enam Puluhan (1960 1969)

Setelah dikeluar kan undang-undang or ganisasi nomor (1) aw al Januari 1960 M. dan ditetapkan pada 3 Sya'ban 1379 H./1 Pebruari 1960 M. sekelompok di antar a anggota Hizbut Tahrir mengajukan surat permohonan pada D epartemen Dalam N eger i Pemerintahan Abdul Karim Kasim agar mereka diperbolehkan melakukan aktivitas politik berasaskan Islam dan bernama Hizbut Tahrir. Surat permohonan itu dilampiri pula dengan anggaran dasar Hizbut Tahrir, serta pandangannya terhadap politik dalam dan luar negeri. Kemudian, surat permohonan itu ditandatangani oleh 10 orang anggota Hizbut Tahrir, mereka adalah: (1) Abdul Jabbar Abdul Wahab al-Haj al-Bakar, (2) Muhammad Ubaid al-Bayati, (3) Abdul Jabbar Husain asy-Syaikhili, (4) Ghasub Yunus al-Jaburi, (5) Shaleh Abdul Wahab al-Haj al-Bakar, (6) Abdul Hadi Ali an-N u'aimi, (7) Muhammad Salim al-Kawaz, (8) as-Sayyid Ali as-Sayyid Fathi, (9) Hasan Salman at- Tamimi, dan (10) Ahmad Hamid al-Ibrahim.

Departemen Dalam N egeri menolak permohonan Hizbut Tahrir ini. Alasan mendasar penolakan terhadap permohonan Hizbut Tahrir ini adalah karena Hizbut Tahrir mengadopsi metode radikal dalam melakukan per ubahan, tidak sejalan dengan pr insip kompromi, dan dakwahnya terang-terangan berasaskan Islam, serta berusaha menegakkan negara

yang akan menerapkan syari'at Islam.62

Setelah kudeta 8 Pebruari 1963 M. para pengikut par tai Baats menyerang arus politik yang ada di Irak dengan kasar, di antaranya Hizbut Tahr ir, apalagi H izbut Tahr ir mengeluar kan manifesto, yang isinya menyebutkan bahwa kudeta itu berhasil dengan bantuan Amerika Serikat

____________________

61 Lihat. H izb ad-Da'wah al- Islamiyah H aqaiq wa W at saiq, hlm. 66, 90; w aw ancara dengan pengacara

Muhammad U baid al-Bayat i; dan w aw ancara dengan Abdul Jabbar al-Kaw azi.

62 Lihat. Surat permohonan legalitas Hizbut Tahrir untuk melakukan aktivitas polit ik berasaskan Islam,

yang diajukan kepada Departemen Dalam N egeri Pemerintahan Abdul Karim Kasim, 3 Sya'ban 1379 H./1 Pebruari 1960 M, hlm. 8, 9; Revolusi 14 Juli 1958 M. di Irak, Lais Abdul Hasan Jaw ad az-Zabidi, Republik Irak, Depart emen Pendidikan dan Penerangan, D ar ar-Rasyid li an-N asyr, 1979 M., hlm. 275; w aw ancara dengan pengacara Muhammad Ubaid al-Bayati, w aw ancara dengan Abdul Jabbar al-Kaw az, dan w aw ancara dengan al-U st adz Shalah ash-Shalihi, Irak, 16 Muharram 1426 H ./26 Pebruari 2005 M..

124

yang diawasi langsung oleh duta besar Amerika di Irak.63 Bahkan Hizbut

Tahrir menggambarkan para pengikut partai Baats lebih berbahaya bagi rakyat dari pada bangsa Tartar, dan partai Baats adalah partai kufur. Semua inilah yang mendorong para pengikut partai Baats melakukan pembelaan dengan cara keji dan kasar dengan menangkap dan menyiksa para anggota Hizbut Tahrir. Penangkapan ini berlangsung lama terhadap mayoritas anggota Hizbut Tahrir. Sebagian besar dari mereka ditempatkan di sebuah aula besar di klub (perkumpulan) al-Aulambi, mereka adalah: Abdul Ghani al-Mallah, Muhammad Ubaid al-Bayati, Muhammad Abdul Amir, Ibrahim Abdul Amir, DR. Khalil Ibrahim, Abbas al- Jaburi, dan Syauqi al-Gharabi. Para pengikut partai Baats memperlakukan para anggota Hizbut Tahrir dengan kasar dan menyiksanya dengan keras. Setelah mereka tahu bahwa mas'ul Hizbut Tahr ir adalah Abdul Ghani al-Mallah, maka mer eka menekannya dan menyiksanya dengan sangat keras untuk mendapatkan infor masi, namun beliau tidak member ikan informasi apa pun pada mereka. Umur beliau lebih dari 55 tahun. Beliau pun meraih syahid dalam penyiksaan. Muhammad Ubaid al-Bayati berkata: "Mereka memukulinya, sedang beliau r ah i m ah ul l ah m em baca al- Q ur 'an". Al- Bayat i

menggambarkan beliau rahimahullah dengan perkataan: "Beliau seorang

yang lemah lembut, berjiwa besar, serta memiliki keluarga yang besar". Asy-Syahid Abdul Ghani al-Mallah merupakan syuhada' Hizbut Tahrir yang pertama kali. Beliau meraih syahid di tangan para algojo. Beliau berusaha sungguh-sungguh guna membebaskan para tawanan. Lebih-lebih melalui berbagai hubungan sosial. Apalagi para penyidik telah menetapkan bahwa

Hizbut Tahrir adalah partai politik dan tidak memiliki divisi bersenjata.64

___________________

63 Waw ancara dengan pengacara Muhammad Ubaid al-Bayati; dan rekaman w aw ancara dengan Usamah

N ashir an-N aqsyabandi. Pengacara M uhammad U baid menyebut kan di sela-sela w aw ancar a dengannya bahw a setelah kudeta oleh pengikut partai Ba'ats tahun 1968 M. yang dinamakan Revolusi 17 Juli, yang dipimpin Abdurrahman Arif, Muhammad U baid bert emu dengan Ali Shalih as-Sa'di, Perdana ment eri pemerint ahan Abdussalam Arif. Lalu, ia bert anya t ent ang kudet a ini. As-Sa'di menjaw ab: "Saudaraku, kamu t ahu bahw a kami dat ang dengan keret a Amerika-yang bert ujuan melakukan kudeta t ahun 63-namun aku t idak t ahu dengan kereta (kelompok/gerakan) yang mana sekarang dat ang, dan ia pun tert aw a".

64 Lihat. Memorandum Hizbut Tahrir yang ditujukan pada Shalil Mahdi Ammasy, hlm. 17, 25; w aw ancara

dengan pengacara Muhammad Ubaid al-Bayat i; rekaman w aw ancara dengan Usamah N ashir an- N aqsyabandi; w aw ancara dengan Abdul Jabbar al-Kaw az; dan w aw ancara dengan al-Ustadz Shalah ash-Shalihi. Lihat: Manifesto Hizbut Tahrir yang berjudul "M emberi informasi t ent ang H izbut Tahrir dan anggot anya kepada para int elejen sangat berbahaya dan diharamkan Islam", tanggal 2 Muharram 1405 H./7 September 1984 M.. D i dalamnya dijelaskan: "Seperti apa yang t elah dialami oleh asy-Syahid Abdul Ghani al-Mallah di Irak, tahun 1963 M., yang meraih syahid dalam penyiksaan para pengikut part ai Ba'at s. Beliau adalah anggot a H izbut Tahrir yang pertama kali meraih syahid. Beliau t etap sabar menghadapi siksaan, serta t idak memberikan sepatah kat a pun kepada mereka. Beliau t idak mengucapkan apa-apa ketika mereka menyiksa beliau, kecuali kalimat La Ilaha Illallah M uhammad Rasulullah dan Allahu Akbar sampai beliau w afat kembali ke pangkuan Penciptanya".

125

Meskipun surat permohonan legalitas Hizbut Tahrir ditolak pada era pemerintahan Abdul Karim Kasim, serta perlakuan keras dan kejam yang diterimanya dari para pengikut partai Baats, setelah kudeta tahun 1963 M., dakwah Hizbut Tahrir tidak surut, bahkan terus meningkat. Setelah tahun 1964 M. justru Hizbut Tahrir menampakkan aktivitasnya dengan terang-terangan. Ketika Abdussalam Arif menyingkirkan para pengikut partai Baats dari kekuasaan, yang selanjutnya peristiwa itu dikenal dengan nama ger akan 18 O ktober, maka kegiat an H izbut Tahr ir bertambah luas, meliputi sejumlah propinsi dan kota di Irak. Hizbut Tahrir hadir dengan ter ang-terangan di Baghdad, Diyala, Bashrah, Mushol, Ramadi, Falujah, N ashiriyah, N ajef, dan di Karbala. Hizbut Tahrir juga hadir secara luas di Halah, Amarah, al-Kut, dan di Diwaniyah. Keberadaan Hizbut Tahrir di kota-kota tersebut anggotanya mengalami peningkatan secara beragam antara 50 - 200 orang. Bahkan beberapa anggota Hizbut Tahrir memiliki hubungan baik dengan Abdussalam Arif, dan beberapa pemimpin. Khususnya, Thalib as-Samiri, penanggung jawab keamanan ibu kota pada w aktu itu. Par a anggota H izbut Tahr ir memintanya pertolongan untuk Islam dan mendirikan N egara Khilafah. Ia menjanjikan pertolongan itu lebih dari sekali, namun ia membatalkannya, sebab ia terikat dengan Jamal Abdun N ashir. Hizbut Tahrir menyebutkan bahwa ketika Abdul Karim Kasim mengusirnya, ia pergi ke Makkah. Ia bersumpah bahwa jika ia kembali berkuasa, maka ia akan menerapkan Islam, namun

ia selalu beralasan dengan situasi dan kondisi internasional.65

Antara tahun 1965 M. - 1967 M., Hizbut Tahrir melakukan banyak kontak dengan beberapa orang berpengaruh di Irak. Dan yang terpenting adalah kontak dengan Basyir ath-Thalib-Komandan Pengawal Republik waktu itu. Kepadanya disampaikan pemikiran-pemikiran Hizbut Tahrir, ser ta diminta per tolongannya untuk Islam dan mendirikan Khilafah Islamiyah. Awalnya, Basyir masih ragu-ragu, namun akhirnya ia dapat diyakinkan. Hizbut Tahrir telah menyiapkan penjelasannya yang pertama dan menyerahkannya kepada Basyir ath-Thalib. Akan tetapi, angin bertiup tidak seperti yang diharapkan perahu. Sebab, beberapa front nasionalis melakukan kudeta yang gagal, yang berdampak buruk pada timbulnya rangsangan berbagai persoalan, dan menghilangkan kesempatan bagi Hizbut Tahrir. Setelah itu, Hizbut Tahrir melakukan kontak-kontak yang lain dengan tujuan yang sama. Hizbut Tahrir melakukan kontak dengan beberapa pusat kekuatan, seperti Ibrahim Dawud dan Sa'dun Ghaidan.

___________________

65 Lihat . Waw ancara dengan pengacara Muhammad U baid al-Bayat i; rekaman w aw ancara dengan

126

H anya saja, mer eka meminta imbalan sejumlah har ta untuk setiap pertolongan yang diberikan pada Hizbut Tahrir dan untuk mendirikan N egara Islam. N amun, asy-Syeikh Taqiyuddin an-N abhani menolaknya, sebab setiap pertolongan harus karena Allah SWT. seperti yang dilakukan

kaum Anshar radhiyallahu anhum dan bukan meminta imbalan harta.66

Di tengah-tengah periode ini, asy-Syeikh Taqiyuddin an-N abhani berada di Irak. N amun, keberadaannya tidak diketahui kecuali beberapa anggota Hizbut Tahrir, di antaranya: Ghashub Yunus al- Jabur i yang

ber t emu langsung dengan asy-Syeikh Taqiyuddin an-N abhani.67

Keberadaan asy-Syeikh Taqiyuddin an-N abhani di Irak punya keterkaitan dengan usaha-usaha yang dilakukan Hizbut Tahrir sebelumnya, yaitu untuk penyerahan kekuasaan.

Ket ika ter jadi kudeta 17 Juli 1968 M. di Ir ak, H izbut Tahr ir menggambar kan sebagai kudeta yang dengan jelas memper kokoh dominasi Inggris di bidang politik dan sekaligus militer. Hizbut Tahrir menjelaskan persoalan ini bahwa Sa'id ash-Shalibi dan kelompoknya adalah mereka yang ada di balik gerakan ini. Sedang Sa'id ash-Shalibi sendiri berada di London. Sementara kelompoknya: an-N ayif, Ibrahim Dawud, dan Sa'dun Ghaidan adalah orang-orang yang menguasai kekuatan penyerang di Irak. Pasukan pengawal republik semuanya ada di pihaknya, dan satu- satunya yang menjadi pelaksana operasi adalah pasukan pengawal, sebab mereka memiliki kekuasaan penuh terhadap pasukan pengawal ini, serta kepemimpinannya di Baghdad. Dengan begitu, merekalah pelaksana operasi yang sebenarnya.

Adapun par a pengikut par t ai Baat s, mer eka t idak memiliki kekuasaan sedikit pun t er hadap pasukan pengaw al yang menjadi pelaksana operasi. Mereka hanya memiliki sedikit kekuasaan terhadap pasukan al-Asyir yang berada di Ramadi, yang kemudian didatangkan ke Baghdad pada malam pelaksaan operasi. Sebenarnya, kelompok ash- Shalabi tidak memerlukan kekuatan apa pun dari pengikut partai Baats. Sedang keikutsertaan pengikut partai Baats bersama mereka, hanyalah untuk menjamin rencana yang telah mereka rancang. Sehingga, setelah operasi kudeta berhasil, timbul sengketa antara para pengikut partai Baats dengan kelompok ash-Shalabi, sebab mereka menginginkan bagian yang

____________________

66 Lihat. Waw ancara dengan pengacara Muhammad Ubaid al-Bayati; w aw ancara dengan Abdul Jabbar

al-Kaw az; w aw ancara dengan al-U stadz Sholah ash-Shalihi; soal jaw ab, 16 Jumadzil Ula 1388 H ./10 Agustus 1968 M.; soal jaw ab, 5 Rabi'ul Tsani 1389 H./20 Juni 1969 M.; dan soal jaw ab, 11 Dzul Hijjah 1391 H ./27 Januari 1972 M..

67 Lihat. Waw ancara dengan pengacara Muhammad Ubaid al-Bayati; w aw ancara dengan Abdul Jabbar

127

sangat besar dalam pemerintahan. N amun, kelompok ash-Shalabi telah menguasai seluruh pusat-pusat pengendali dan operasi. Hal inilah yang dijadikan kekuatan tawar untuk menjadikan Sa'id ash-Shalabi sebagai Ketua Dewan Pemimpin Revolusi. Sehingga, ketika ash-Shalabi datang dari Lon- don, kepala pemer intahan, par a menter i, dan par a jender al keluar menyambutnya. Bahkan acara penyambutannya lebih megah dari acara penyambutan presiden.

Sej ak i t ulah, k elom pok ash- Shal abi m em per li hat k an kesombongannya, meremehkan semua perkara, bahkan mereka tidak memperhatikan upaya-upaya para pengikut partai Baats yang sedang memper kuat dir inya. Mer eka sunguh t elah mer emehkan semua per soalan. M er eka m em biar k an par a pengikut par t ai Baat s mengembalikan 117 orang yang telah belajar selama enam bulan menjadi perwira setelah kudeta oleh para pengikut partai Baats tahun 1963 M.. Setelah sukses gerakan 18 Oktober Abdussalam Arif mengusir mereka. Dan setelah berakhirnya kudeta 17 Juli mereka kembali menjadi perwira dengan pangkat letnan dan kembali pada kesatuan. Selanjutnya, sebagian besar dari mereka dikirim ke pasukan al-Asyir yang sedang menguasai Baghdad. Benar, beberapa perwira telah mengingatkan hal itu. Bahkan, mereka merekomendasikan agar pasukan al-Asyir dipindah Ke Yordania, namun mer eka menunda hingga kembalinya Ibr ahim D aw ud dar i Yordania. Kepergian Ibrahim Dawud ke Yordania tidak disia-siakan oleh para pengikut partai Baats. Mereka bergerak dengan pasukan al-Asyir dan berhasil menduduki kekuasaan pada tanggal 30 Juli. Mereka dengan begitu mudahnya mengakhiri pemerintahan tanpa banyak mengeluarkan tenaga. Mereka hanya mengirim Ahmad Hasan al-Bakar kepada al-N aif dan memintanya agar datang ke Istana. Ketika ia datang, maka ia pun ditangkapnya dengan mudah dan langsung dideportasinya melalui airport militer ar-Rasyid.

Yang jelas, mereka telah membuat kesepakatan dengan Sa'dun Ghaidan, sebab ia memiliki hubungan yang kuat dengan para pengikut partai Baats. Sedang, Ibrahim Dawud mereka menjemputnya dengan kapal militer, lalu menjebloskannya ke dalam tahanan (3H). Mer eka menginvestigasinya, merendahkannya dan membuangnya ke Roma. Dan setiap aksi yang mereka lakukan selalu melibatkan tank-tank pasukan al- Asyir. Mereka mengepung istana, kantor penyiaran, dan tempat-tempat vital dengan sebagian tank-tank pasukan pengawal. Seandainya, Sa'dun Ghaidan tidak membantu mereka, tentu ceritanya lain. Juga, seandainya Ibrahim Dawud ada, tentu hal itu tidak akan terjadi. Dan adanya pasukan

128

al-Asyir itulah yang menjadikan para pengikut partai Baats dapat melakukan serangan ini dengan sangat mudah. Padahal sejak awal sudah diketahui adanya pergolakan, dan setiap mereka menyatakan bahwa para pengikut partai Baats berusaha melakukan serangan, namun kejemuan kelompok ash-Shalibi menjadikan par a pengikut par tai Baats dengan mudah melakukan serangan itu.

Selanjut nya, par a pengikut par t ai Baat s m ulai melakukan pembersihan dan menempatkan kelompoknya di pusat-pusat kekuatan, di pasukan al-Asyir, pasukan pengawal dan lain-lainnya, di antara tempat- tempat vital. Dengan demikian, kejadian sebenarnya, jika boleh dikatakan merupakan kudeta atas kudeta. Dengan kata lain, kejadian itu merupakan pencur ian kudet a dan per golakan ber ebut kekuasaan, meskipun instrukturnya satu. Sebagaimana telah diketahui bahwa ash-Shalabi bertemu dengan Raja Husin di Teheran, dan ia selalu pergi ke London. Sedang, an-N aif belajar pada intelejen Inggris, karenanya an-N aif memiliki hubungan yang erat dengan Inggris. Oleh karena itu, hubungan kelompok ash-Shalabi dengan Inggris merupakan fakta yang nyata, kontak dan hubungan antara mereka tampak dengan jelas. Sementara keikutsertaan para pengikut partai Baats adalah untuk menjamin rencana-rencana Inggris. Hal ini sudah diketahui oleh al-Bakar. Sebab, semua tahu bahwa al-Bakar di setiap tempat selalu membela N uri as-Said. Menurutnya, as-Said bukanlah antek Inggris, namun apa yang ia lakukan adalah demi kepentingan Ir ak. Sedang bantuan dan hubungannya dengan Inggr is adalah demi pengabdiannya kepada Irak bukan sebagai antek Inggris. Sebenarnya, hal itu dilakukan untuk membela diri yang telah dituduh sebagai antek dan memiliki hubungan dengan Inggris. Ia mengajukan alasan bahwa menjalin hubungan dengan negara-negara lain adalah demi kepentingan negerinya bukan sebagai ant eknya. Sem ent ar a akt ivit as pem ecat an dan pengusirannya terhadap kelompok ash-Shalabi dari beberapa posisi yang membuat marah Inggris, meski al-Bakar dan kelompoknya menjalankan rencana yang sama, namun kelompok as-Shalabi adalah sekutu yang lebih dipercaya Inggris. Oleh karena itu, pada tangal 17 Juli itu juga mereka mengirim telegram ke Amman yang memberitahukan tentang kudeta. Dan at-Talhuni-Perdana Menteri Yordania ketika itu-merupakan orang

pertama yang memberikan ucapat selamat dan mengakuinya.68

____________________

68 Lihat. Soal jaw ab seputar kejadian Irak pada t anggal 17 Juli 1968 M, 11 Jumadzil U la 1388 H ./5

Agustus 1968 M.; dan Rincian lampiran soal jaw ab seputar kejadian Irak pada tanggal 17 Juli 1968 M, 15 Jumadzil Ula 1388 H./10 Agustus 1968 M..

129