• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 81-88)

Belanja Wajib (Mandatory spending) adalah alokasi belanja wajib yang diatur undang-undang. Tujuan adanya mandatory spending adalah mengurangi masalah ketimpangan sosial dan ekonomi daerah. Mandatory spending saat ini meliputi alokasi anggaran pendidikan, penyediaan Dana Alokasi Umum sekurang-kurangannya 26 persen dari penerimaan dalam negeri neto ditambah Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus (DAK), kemudian dana Otonomi Khusus Provinsi NAD, Papua, Papua Barat masing-masing dua persen dari DAU Nasional, serta alokasi anggaran kesehatan sebesar empat persen.

58

Kajian Fiskal Regional 2019

Provinsi DKI Jakarta

3.8.1. Mandatory Spending di Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Perkembangan Belanja Wajib di Provinsi DKI Jakarta adalah sebagaimana dalam grafik berikut ini.

Grafik 3.33

Pagu dan Realisasi Fungsi Pendidikan dan Kesehatan Di Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2019

Sumber : Aplikasi MEBE

a. Belanja Sektor Pendidikan

Pagu Belanja Pendidikan Pemerintah Pusat di wilayah Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2019 mencapai 12,73% dari total pagu belanja, sehingga telah memenuhi mandatory spending minimal 10%. Belanja Pendidikan tersebut mengalami kenaikan 3,17% dibandingkan tahun 2018. Realisasi Belanja Pendidikan pada tahun 2019 terealisasi sebesar 94%, naik dibandingkan realisasi tahun 2018.

Tabel 3.15

Realisasi Output Strategis Prioritas Nasional Bidang Pendidikan Tahun 2019

N O

KEGIATAN

PRIORITAS OUTPUT PRIORITAS

PAGU (Miliar Rp) REALISASI (Miliar Rp) %REAL TARGET OUTPUT REAL OUTPUT SATUAN OUTPUT % REAL 1 Penguatan Pelaksanaan Bantuan Sosial dan Subsidi Tepat Sasaran

PIP (Kemdikbud) 9.693,24 9.684,99 99,91% 17.927.308 18.016.461 Siswa 100,50 % PIP (Kemenag) 1.328,90 1.327,47 99,89% 2.010.399 2.005.940 Siswa 99,78% Total PIP 11.022,14 11.012,47 99,91% 19.937.707 20.022.401 Siswa 100,42

% 2 Penguatan

Pelaksanaan Bantuan Sosial dan Subsidi Tepat Sasaran Bidikmisi (Kemenristekdikti) 4.435,39 4.419,53 99,64% 430.961 394.674 Orang 91,58% Bidikmisi (Kemenag) 45,69 44,23 96,79% 2.615 2.615 Orang 100% Total Bidikmisi 4.481,08 4.463,76 99,61% 433.576 397.289 Orang 91,63% 3 Penyediaan Pendidik yang Berkualitas dan Merata TPG (Kemendikbud) 4.977,14 4.657,43 93,58% 206.249 171.821 Guru 83,31% TPG (Kemenag) 145,35 131,23 90,28% 6.885 6.344 Guru 92,14% Total TPG 5.122,49 4.788,65 93,48% 213.134 178.165 Guru 83,59% 4 Penguatan Kelembagaan Satuan Pendidikan

BOS (Kemenag) 207,82 199,56 96,03% 227.412 221.648 Siswa 97,47%

Sumber : Aplikasi MEBE, Data Capaian Output dari KPPN (diolah)

Pada Belanja Sektor Pendidikan, terdapat empat Output prioritas yaitu Program Indonesia Pintar (PIP), Bidikmisi, Tunjangan Profesi Guru (TPG), dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dari sisi capaian realisasi anggaran, seluruh Output Prioritas bidang pendidikan menunjukkan capaian di atas target. Sementara itu dari sisi capaian output, Tunjangan Profesi Guru sebesar 83,59 persen merupakan capaian output terendah dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

Pendidikan Kesehatan 2017 55,309.98 43,463.59 2018 58,906.04 36,258.64 2019 60,770.33 54,546.77 10,000.00 20,000.00 30,000.00 40,000.00 50,000.00 60,000.00 70,000.00

Pagu

Pendidikan Kesehatan 2017 53,097.58 41,290.41 2018 54,782.62 34,445.90 2019 57,124.11 52,366.82 10,000.00 20,000.00 30,000.00 40,000.00 50,000.00 60,000.00

Realisasi

 Keterlambatan pembayaran TPG keterlambatan penerbitan SK dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang disebabkan oleh faktor internal.

 Masih adanya kendala dalam proses seleksi calon penerima tunjangan profesi.

 Masih terdapat data penerima tunjangan yang validitasnya perlu dicek ulang agar penyaluran tunjangan profesi guru dapat tepat sasaran.

b. Belanja Sektor Kesehatan

Pagu Belanja Kesehatan tahun 2019 mencapai 11,02% dari total pagu belanja, juga telah memenuhi mandatory spending Belanja Kesehatan yang minimal 5%. Pagu Belanja Kesehatan ini meningkat 50,44% dibandingkan tahun 2018.

Belanja Kesehatan tahun 2019 terealisasi sebesar 94%, naik dibandingkan realisasi tahun 2018 yang mencapai 93%. Pada Belanja Sektor Kesehatan, terdapat lima Kegiatan Prioritas dengan 16 Output Prioritas pada Kanwil DKI Jakarta. Terlihat dari sisi penyerapan anggaran bahwa realisasi anggaran sebagian besar Output Prioritas masih berada di bawah target. Namun demikian, dari data capaian output yang didapatkan oleh KPPN, Output Prioritas bidang kesehatan telah terealisasi pada kisaran 80 sampai dengan 100 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila anggaran dapat diserap secara optimal maka realisasi output akan terealisasi melampaui target yang sudah ditentukan dan akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia. (Lihat Lampiran 3 Tabel 3.16 Realisasi Output Strategis Prioritas Nasional Bidang Kesehatan Tahun 2019).

Beberapa permasalahan yang terjadi dalam upaya pencapaian output prioritas bidang kesehatan antara lain:

- Terkait dengan penyediaan vaksin, terdapat strain vaksin influenza yang diusulkan program namun tidak sesuai dengan informasi pasar dan yang ditayangkan di-e-katalog, serta terdapat spesifikasi teknis beberapa jenis vaksin yang belum lengkap sehingga belum terealisasi secara maksimal.

- Terjadi gagal lelang sampai dengan triwulan III 2019 dalam proses penyediaan beberapa jenis obat.

3.8.2. Belanja Infrastruktur

Pada tahun 2019 terdapat empat Kegiatan Prioritas dalam Belanja Infrastruktur dengan sepuluh Output Prioritas di wilayah DKI Jakarta. Fokus pembangunan infrastruktur pada tahun 2019 adalah pada pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga, pembangunan maupun renovasi sarana pendidikan serta penyediaan hunian layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Pagu Output Prioritas bidang infrastruktur teralokasi ketiga Kementerian yaitu Kementerian ESDM, Kementerian PUPR dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Realisasi anggaran bidang infrastruktur di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat masih jauh di bawah target penyerapan anggaran dikarenakan beberapa faktor seperti kendala pembebasan lahan untuk pembangunan proyek dan kendala pada proses lelang. (Lihat Lampiran

60

Kajian Fiskal Regional 2019

Provinsi DKI Jakarta

3 Tabel 3.17 Realisasi Output Strategis Prioritas Nasional Bidang Infrastruktur Tahun 2019). Ditambah dengan adanya blokir anggaran sebesar Rp7,55 miliar untuk proyek pembangunan rumah khusus dikarenakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat belum dapat melengkapi loan agreement. Namun demikian target output hampir sebagian besar tercapai kecuali rehabilitasi sarana dan prasarana madrasah dan sekolah keagamaan serta pembangunan rumah khusus. Sementara itu untuk realisasi anggaran maupun realisasi output pada Kementerian ESDM dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tercapai sesuai target kecuali renovasi sekolah dengan capaian output 98,58%.

c

BOKS 3 PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH BIDANG

PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA DI INDONESIA

Dalam konteks pembangunan ekonomi, kesehatan dan pendidikan mempunyai kaitan yang erat. Hal ini dapat digambarkan sebagaimana modal kesehatan yang semakin besar dapat meningkatkan pengembalian atas investasi di sektor pendidikan (Todaro & Smith, 2011).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh belanja pemerintah pusat dan daerah di bidang pendidikan dan kesehatan serta bidang infrastruktur sebagai variable kontrol terhadap pembentukan Indeks pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia. Penelitian menggunakan data panel yang merupakan gabungan data cross section dan time series, dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan adalah untuk 31 provinsi di Indonesia dalam kurun waktu 2014 s.d. 2018, Prov Papua, Prov Sulbar dan Prov. Kaltara dikeluarkan dari sampel dikarenakan data tidak lengkap.

Pengolahan Data dan Hasil

Dalam menentukan metode estimasi regresi menggunakan data panel, telah dilakukan uji terhadap model dengan melakukan “Uji Chow” dan “Uji Hausman” yang hasilnya penelitian ini lebih tepat menggunakan Fixed Effect Model dari analisis regresi data panel.

Hasil Regresi :

Berdasarkan hasil regresi dengan Fixed Effect Model (FEM) menggunakan software eviews 9 dan treatment white cross section untuk mengatasi apabila terdapat Heteroskedastisitas, persamaan regresi data panel adalah sebagai berikut :

IPM = 66,28 + 1,14 DIK_Pit + 0,29 DIK_Dit + 3,6 SHT_Pit + 0,76 SHT_Dit – 0,06 DIK_Pit2 – 0,02 DIK_Dit2 –0,88 SHT_Pit2 – 0,03 SHT_Dit2 – 1,18 INF_P_it– 0,18 INF_D_it

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan dalam regresi linier dengan pendekatan Ordinary Least Squared (OLS) dan data panel yang diperlukan hanya Uji Heteroskedastisitas. Namun dengan menggunakan software Eviews 9 dengan white cross section, jika terdapat heteroskedastisitas telah teratasi. .

Analisis

a. Berdasarkan hasil regresi linear didapat nilai probability F sebesar 0.000000 yang artinya belanja pemerintah pusat maupun daerah bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dari PDRB secara bersa-ma-sama berpengaruh signifikan terhadap pembentukan IPM pada α=1%.

b. Nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0.9796 artinya variasi pembentukan IPM dapat dijelaskan oleh model sebesar 97,9% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

c. Nilai konstanta sebesar 66,28 diintepretasikan sebagai taksiran besaran nilai IPM yang tidak dipengaruhi oleh persentase belanja pemerintah pusat maupun daerah bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dari PDRB.

d. Belanja pemerintah pusat bidang pendidikan berpengaruh terhadap IPM dengan nilai koefisien sebesar 1,14 menunjukkan setiap kenaikan persentase belanja pemerintah pusat bidang pendidikan dari PDRB sebesar 1%, maka akan meningkatkan nilai IPM sebesar 1,14 poin indeks, ceteris paribus.

e. Belanja pemerintah daerah bidang pendidikan berpengaruh terhadap IPM dengan nilai koefisien sebesar 0,29 menunjukkan setiap kenaikan persentase belanja pemerintah daerah bidang pendidikan dari PDRB sebesar 1%, maka akan meningkatkan nilai IPM sebesar 0,29 poin indeks, ceteris paribus.

f. Belanja pemerintah pusat bidang kesehatan berpengaruh terhadap IPM dengan nilai koefisien sebesar 3,6 menunjukkan setiap kenaikan persentase belanja pemerintah pusat bidang kesehatan dari PDRB sebesar 1%, maka akan meningkatkan nilai IPM sebesar 3,6 poin indeks, ceteris paribus.

g. Belanja pemerintah daerah bidang kesehatan berpengaruh terhadap IPM dengan nilai koefisien sebesar 0,76 menunjukkan setiap kenaikan persentase belanja pemerintah daerah bidang kesehatan dari PDRB sebesar 1%, maka akan meningkatkan nilai IPM sebesar 0,76 poin indeks, ceteris paribus.

h. Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan nilai turunan kedua dari hasil regresi yang telah dimasukkan dalam rumus IPM, maka diperoleh nilai sebesar -0,12 untuk belanja pemerintah pusat bidang pendidikan dan -1,76 untuk bidang kesehatan yang artinya, untuk meningkatkan kualitas kebidupan manusia di In-donesia diperlukan minimum 0,12% belanja pemerintah pusat bidang pendidikan dan 1,76% kesehatan dari PDRB.

i. Sedangkan untuk belanja pemerintah daerah bindang pendidikan dan kesehatan didapatkan nilai sebesar -0,04 dan-0,06 yang artinya untuk meningkatkan kualitas kebidupan manusia di Indonesia diperlukan minimum 0,04% belanja pemerintah daerah bidang pendidikan dari PDRB dan 0,06% bidang kesehatan dari PDRB

Kesimpulan

Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah bidang pendidikan dan kesehatan berpengaruh positif terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang direpresentasikan dengan nilai IPM, Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah telah mengalokasikan dana di bidang pendidikan maupun di bidang kesehatan yang cukup signifikan, membangun sarana dan prasarana sekolah yang baik, memberikan penghasilan dan tunjangan yang memadai kepada pengajar, dan program-program lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Demikian juga halnya di bidang kesehatan, program-program yang mendukung kesehatan masyarakat terus digelontorkan terutama penyediaan fasilitas kesehatan yang menjangkau hingga ke pelosok negeri, jaminan kesehatan (PBI) yang mengcover kesehatan masyarakat, penyediaan alat kesehatan yang baik, hingga perbaikan gizi masyarakat dan balita/ibu hamil khususnya untuk pencegahan dan penurunan angka stunting, dan lainnya.

Berdasarkan penelitian ini, ke depannya Pemerintah Pusat dan Daerah agar dapat meningkatkan alokasi dana yang didukung oleh program-program yang tepat sasaran dan berdampak langsung untuk pendidikan dan kesehatan masyarakat, agar tingkat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat dan terutama merata ke seluruh lapisan masyarakat.

Jurnal Referensi : Indonesian Treasury Review, “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Indonesia” oleh Jehuda Jean Sanny Mongan dari Universitas Gadjah Mada, 2019

61

Kajian Fiskal Regional 2019

Provinsi DKI Jakarta

BAB IV

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN APBD

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 81-88)