• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKOMENDASI TERHADAP PERMASALAHAN TERSEBUT

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 155-186)

BAB VIII PENUTUP

7.6. REKOMENDASI TERHADAP PERMASALAHAN TERSEBUT

a. Peningkatan proporsi belanja APBD juga APBN terkait kegiatan untuk penangan stunting. baik belanja bidang kesehatan. pendidikan. dan infrastruktur yang terkait dalam pengurangan stunting. Program/ Kegiatan lebih diarahkan kepada kegiatan yang memiliki dampak langsung terhadap penurunan stunting dengan output dan outcome yang lebih terukur.

b. Perlu diciptakan program yang lebih efektif dalam mengubah perilaku masyarakat maupun dalam mengedukasi masyarakat terkait pengetahuan gizi yang baik sanitasi. pengasuhan batita/balita. dan lainnya.

c. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman remaja terutama remaja putri dalam menjalani peran sebagai seorang istri hingga melahirkan, terutama terkait dengan permasalahan kesehatan ibu dan bayi.

d. Menggalakkan kembali program posyandu dan kegiatan lainnya yang berbasis komunitas dengan menyediakan program pencegahan stunting atau kekurangan gizi kronis dan kekerdilan pada anak balita

e. Peningkatan peran puskesmas dan petugas gizi kesehatan lingkungan Puskesmas dalam memonitor anak balita. dan ibu hamil.

f. Sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah. lintas sektoral dalam penanganan program penurunan stunting yang melibatkan Kementerian/Lembaga dan SKPD terkait.

c

BOKS 9 PENGARUH VIRUS CORONA TERHADAP PEREKONOMIAN di DKI

JAKARTA

PENGARUH VIRUS CORONA TERHADAP PEREKONOMIAN di DKI JAKARTA

Sampai dengan tanggal 25 Februari 2020, virus corona sudah tersebar di seluruh dunia. Terdapat 81.109 kasus yang sudah dikonfirmasi serta diketahui sebanyak 2.718 meninggal. . Daerah yang paling banyak terkena dam-pak adalah Hubei. Hubei merudam-pakan provinsi yang ibukotanya adalah Wuhan, dimana Wuhan merudam-pakan asal dari virus corona ditemukan Penyebaran virus corona sendiri sudah mencapai 37 negara di luar Tiongkok, dengan dampak terbesar adalah Jepang.

Dampak Terhadap Perekonomian Global

Share PDB Tiongkok terhadap PDB Asia adalah 69,6%, sedangkan terhadap PDB Dunia adalah 16,3%. Artinya Tiongkok memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap perekonomian dunia. Beberapa dampak yang mulai terlihat adalah adanya penurunan dari travel, di bulan Jan 2020 secara keseluruhan travel turun 28,8% yoy. Ppertumbuhan ekonomi Tiongkok menurut IMF (WEO) turun ke angka 6,0% di 2020. Namun lembaga pemeringkat internasional Moody’s merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi China pada 2020 menjadi 5,2 persen, dari sebelumnya 5,8 persen dengan memfaktorkan efek wabah virus COVID-19 yang berdampak pada perekonomian yang cukup parah walaupun bersifat temporer.

Dampak terhadap Perekonomian Indonesia dan Jakarta

Penyebaran Virus Corona akan memiliki dampak terhadap perekonomian Indonesia termasuk Provinsi DKI Jakarta. Sektor yang paling awal terdampak adalah sektor jasa keuangan , sektor pariwisata, dan sektor trans-portasi. Sepanjang bulan Februari kurs Rupiah terus tertekan hingga mencapai lebih dari Rp 13.700 per USD. Pasar keuangan juga di awal Februari melemah, harga emas terus meroket hingga tembus di Rp. 800.000/gram. Sektor pariwisata juga akan mengalami penurunan, dikarenakan menurunnya jumlah wisatawan terutama Tiongkok yang rata-rata membelanjakan uangnya di Indonesia hingga USD 1.400 atau Rp 19 juta, sehingga menurunnya wisatawan asal Tiongkok akan berdampak terhadap perekonomian Jakarta selaras dengan data Bank Indonesia bahwa Indonesia bisa rugi hingga US$ 500 juta dolar per bulan alias Rp 7 triliun (Kurs Rp 14.000/US$) karena berkurangnya turis.

Terjadinya penurunan jumlah wisatawan khususnya dari Tiongkok dan potensi pendapatan Sektor Transportasi sebagai disebabkan ditutupnya jalur transportasi udara dan laut, serta penurunan tingkat hunian hotel, dan pendapatan restoran. Tiongkok merupakan negara yang wisatawannya paling banyak masuk ke Jakarta. Ber-dasarkan data, dari awal tahun hingga akhir tahun 2019 wisatawan dari Tiongkok yang masuk ke DKI Jakarta masih stabil. Namun sejak akhir bulan Desember 2019 terjadi penurunan jumlah wisman yang cukup drastis di Jakarta, dan berlanjut dengan adanya kebijakan Pemerintah melakukan penutupan penerbangan dari dank e China. Penurunan yang drastic ini akan mengakibatkan menurunnya potensi pendapatan Sektor Transportasi udara dan laut, serta tingkat hunian hotel, dan pendapatan restoran. Sektor pariwisata sendiri memiliki efek multiplier ke sektor usaha kecil dan menengah (UMKM) dan sektor perdagangan.

Tahun 2019 Tiongkok menanamkan modalnya senilai US$ 4.7 miliar dengan total proyek sebanyak 2130. Di Jakarta sendiri Tahun 2019 Tiongkok menanamkan modalnya senilai US$ 37.59 juta dengan total proyek sebanyak 622.

Tahun 2019 Ekspor Indonesia ke Negara Tiongkok sebesar Rp 25,8 milyar USD. Kedekatan geografis membuat Indonesia dengan Tiongkok mempunyai hubungan perdagangan. Jumlah penduduk Tiongkok yang besar dan pertumbuhan ekonomi Negara Tiongkok yang tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di dalam Negara di kawasan Asia membuat produk produk Indonesia mengalir mengikuti kebutuhan konsumsi masyara-kat Tiongkok. Ekspor dari Indonesia ke Tiongkok pada Bulan Desember Tahun 2019 tercatat menurun 4,1% dibandingkan Bulan November 2019, sedangkan Impor menurun 2,93%. Jika dibandingkan dengan Impor Bulan Desember 2018, maka Impor Bulan Desember 2019 turun 8,2%.

Tiongkok merupakan tujuan utama ekspor DKI Jakarta. Adapun produk yang diekspor Jakarta ke Tiongkok ada-lah Ikan dan udang, produk-produk kimia dan susu, mentega,telur. Produk ikan dan udang pada 2019 dengan nilai US$ 302.67 juta semakin naik dibanding tahun 2018 yang hanya US$ 261.07 juta. Untuk produk kimia, pada tahun 2019 justru berkurang dibanding tahun 2018. Sedangkan produk susu, mentega, telur yang diekspor Ja-karta naik drastis sebanyak 85% dari US$ 28.35 juta menjadi US$ 52.45 di 2019. Namun dengan ditutupnya per-jalanan menuju Tiongkok dikarenakan virus korona yang mulai menyebar, berakibat terhadap menurunnya ek-spor dari Jakarta ke Tiongkok.

Sedangkan untuk impor, produk yang diimpor dari Tiongkok adalah mesin/peralatan listrik, mesin-mesin/ pesawat mekanik, serta besi dan baja. Produk mesin/peralatan listrik pada 2019 dengan nilai US$ 6491.10 juta semakin naik dibanding tahun 2018 yang hanya US$ 6322.45 juta. Untuk mesin-mesin/pesawat mekanik, pada tahun 2019 naik dibanding tahun 2018, sedangkan besi dan baja yang diimpor dari Tiongkok turun sebanyak US$ 40.12 juta kemungkinan disebabkan telah selesainya proyek infrastruktur di DKI Jakarta.

Berkurangnya pendapatan dari sektor Pariwisata serta dari investasi dan perdagangan (ekspor dan impor) ke Tiongkok, harus segera diantisipasi oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah. Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyatakan Pemerintah akan mendorong sektor lain agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga walau sedikit goyah oleh adanya perubahan pada jumlah kunjungan pariwisata. Dari sisi perdagangan, pemerintah akan me-maksimalkan ekspor pertanian, pertambangan dan perikanan. Untuk menggerakkan sektor pariwisata maka akan diberikan insentif pajak pada daerah tertentu, yang dikompensasikan melalui hibah daerah yang akan dialokasikan menggunakan DAK Fisik Pariwisata. Demikian juga halnya dengan Pemprov DK Jakarta agar menge-luarkan kebijakan untuk mendorong sektor Pariwisata melalui pemberian insentif pada hotel, maskapai dan tempat-tempat wisata maupun travel agent. Di sektor perdagangan, Salah satu cara untuk mengantisipasi berkurangnya ekspor dari Indonesia, adalah dengan menambah volume ekspor non migas ke Negara selain Tiongkok, diantaranya adalah Amerika Serikat, Jepang, dan India yang juga merupakan Negara tujuan ekspor terbesar setelah Tiongkok.

BAB VIII

PENUTUP

1.1. KESIMPULAN

Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2019 tumbuh 5,89%, sedikit melambat 0,28 poin dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 6,17 %. Dengan nilai PDRB yang sangat tinggi yaitu Rp2.840,83 triliun, Pendapatan per kapita DKI Jakarta pada tahun 2019 sebesar Rp269,07 juta meningkat 8,3% dari tahun sebelumnya Rp248,31. Hal ini berpengaruh terhadap turunnya angka kemiskinan, persentase penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan September 2019 mencapai 3,42% atau sejumlah 360,30 ribu orang. Persentase penduduk miskin ini turun 0,15 poin dari tahun sebelumnya atau turun sebanyak 11,96 ribu orang.

1. Realisasi Indikator Makro Ekonomi dalam Kebijakan Umum Anggaran Pemerintah (KUAP) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018: a. Capaian pertumbuhan ekonomi Jakarta sebesar 5,89% 6,17% belum memenuhi target yang ditetapkan dalam KUAP 2019 yaitu 6,6%. b. Capaian nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami fluktuasi hingga mencapai rata-rata Rp14.152 per USD yang diakibatkan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat dan perang dagang antara AS dan Tiongkok. Sehingga pada tahun 2019 nilai tukar rupiah tidak dapat memenuhi target yang ditetapkan dalam KUAP 2019 yaitu 13.500 – 13.700 Rp/US$. c. Indikator kesejahteraan, salah satunya kemiskinan di DKI Jakarta pada tahun 2019 sebesar 3,42%, angka ini masih di atas target yang ditetapkan dalam KUAP 2019 yaitu 3,38%. d. Terkendalinya inflasi yang tercapai 3,23%, angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam KUAP 2019 yaitu 3,8% dan lebih rendah juga bila dibandingkan dengan tingkat inflasi tahun 2018 yang tercapai sebesar 3,27%.

2. Realisasi pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi DKI Jakarta tahun 2019 mencapai Rp1.105,36 triliun, atau mengalami penurunan sebesar 1,75% dibandingkan tahun 2018. Realisasi belanja Pemerintah Pusat yang disalurkan melalui Kementerian/lembaga pada tahun 2019 mencapai Rp451,79 triliun, meningkat 1,09% dibandingkan tahun 2018. Alokasi transfer ke daerah pada provinsi DKI Jakarta hanya berupa Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Khusus Non Fisik, DAK Fisik, dan Dana Insentif Daerah sebesar Rp21,72 triliun, naik 1,49%

116

Kajian Fiskal Regional 2019

Provinsi DKI Jakarta

dibandingkan tahun 2018, setara dengan 2,66% dari total realisasi transfer ke daerah dan dana desa secara nasional.

3. Realisasi pendapatan perpajakan di Provinsi DKI Jakarta sepanjang tahun 2019 mencapai Rp955,36, turun 0,23% dibandingkan tahun 2018, sedangkan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp149,99 triliun, mengalami penurunan sebesar 10,42% dibandingkan tahun 2018. Angka rasio pajak terhadap PDRB tahun 2019 sebesar 33,63%, menurun dibandingkan tahun 2018 dipicu oleh krisis ekonomi yang mengglobal dan penurunan impor. pada tahun 2019.

4. Pemda Provinsi DKI memiliki pagu belanja terbesar di Indonesia, yaitu mencapai Rp77,85 triliun dengan target pendapatan tahun 2019 Rp74,99 triliun. Realisasi Pendapatan Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp62,38 triliun atau 83,18% dari target APBD, turun 10,03% dibandingkan tahun 2018. Realisasi belanja sebesar Rp65,05 triliun atau 83,55% dari pagu APBD, naik 1,77% dari tahun 2018.

5. Realisasi APBN Tahun 2019 di Provinsi DKI Jakarta mengalami surplus sebesar Rp638,62 triliun, sedangkan realisasi APBD mengalami defisit sebesar Rp2,66 triliun, hal ini dikarenakan Pemprov DKI menggunakan SILPA yang dimiliki, dimana Pemprov DKI Jakarta tahun 2018 memiliki SILPA sebesar Rp9,75 triliun.

6. Dalam mengamati struktur ekonomi dan perubahannya di Provinsi DKI Jakarta telah dilakukan beberapa analisis dengan hasil sebagai berikut:

a. Berdasarkan analisis National Share, sektor unggulan tumbuh paling tinggi di Provinsi DKI Jakarta yang peranannya sangat besar adalah Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor.

b. Analisa Proportional Shift, menganalisa sektor-sektor untuk mengetahui sektor yang tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan wilayah nasional hasilnya untuk DKI Jakarta antara lain adalah Sektor Informasi dan Komunikasi, Sektor Jasa Perusahaan dan Sektor Konstruksi

c. Differential Shift, (shift share) menganallisis berdasarkan pertumbuhan sektor, serta daya saingnya di tingkat nasional dan diketahui DKI Jakarta terdapat yang dominan adalah Sektor Informasi dan komunikasi,

d. Sedangkan dari anasila IO yang bertujuan mengetahui dampak dari suatu sektor terhadap perekonomian dengan melihat dampak dari suatu sektor terhadap sektor hulu, hilir, tingkat penyerapan tenaga kerjanya, serta pengaruh terhadap nilai tambah ke perekonomian DKI Jakarta (PDRB), dapat diketahui Sektor Kunci untuk DKI Jakarta dilihat dari derajat kepekaan tertinggi dan derajat penyerapan tertinggi, artinya berdampak paling besar ke sektor hulu maupun hilirnya adalah Industri Pengolahan, Transportasi dan Pergudangan, serta Jasa Perusahaan. Namun jika dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan kepada keseluruhan perekonomian yang pada akhirnya berdampak signifikan terhadap PDRB adalah sektor pengadaan listrik dan gas, pertanian dan kehutanan, serta sektor

real estate. Sektor yang memiliki potensi besar terhadap perekonomian Jakarta adalah sektor jasa dan pariwisata karena memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, terlebih dengan berkurangnya proyek infrastruktur besar di Jakarta. 7. Tantangan fiskal yang dihadapi DKI Jakarta seperti masih tingginya kesenjangan pendapatan

antar penduduk, angka kemiskinan, serta tingkat pengangguran adalah diperlukan upaya untuk terus dan berkesinambungan memperkecil Gini Ratio tahun 2019 sebesar 0.392, menurunkan persentase penduduk miskin masih mencapai 3,38 persen, menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka yang sebesar 6,22%, IPM 80,76 serta mengatasi kemacetan dan banjir atau genangan yang mengakibatkan kerugian material dan ekonomi serta kerugian non material lainnya.

1.2. REKOMENDASI

Rekomendasi terhadap tantangan fiskal di Provinsi DKI Jakarta adalah:

1. Pemda DKI Jakarta sudah memiliki kemandirian fiskal yang tinggi, namun masih diperlukan optimalisasi terhadap potensi pajak daerah dan retribusi daerah yang masih belum terpungut dengan maksimal. Dalam peningkatan penerimaan pajak daerah perlu dilakukan optimalisasi pemungutan pajak daerah, khususnya Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Penerangan Jalan, dan Pajak Air Tanah serta retribusi parkir. Kemandirian fiskal juga menyebabkan turunnya DBH yang diterima Pemprov DKI Jakarta sehingga mengakibatkan penurunan pendapatan yang menyebabkan defisit anggaran belanja.

2. Kualitas pengelolaan belanja di Pemprov DKI Jakarta masih perlu ditingkatkan lagi agar dapat mengatasi berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan, melalui Perencanaan Pencairan Dana yang tepat waktu dan tepat jumlah, revisi DPA yang lebih fleksibel, dan reviu Pelaksanaan Anggaran terhadap Belanja yang tidak tepat sasaran atau tidak terserap secara optimal terutama Belanja Modal.

3. Perencanaan program/kegiatan perlu lebih difokuskan pada peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, serta selaras dengan prioritas nasional sehingga pembangunan kota dapat berkelanjutan dan mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik, memperkuat kedudukan sebagai ibukota negara, dan menjadi lebih baik dibandingkan kota-kota lain di Indonesia atau bahkan di dunia.

4. Pemprov DKI harus mengantisipasi dampak dari perpindahan ibukota terhadap berkurangnya penerimaan APBD, serta dampak dari merebaknya virus corona yang cukup signifikan mempengaruhi perekonomian Jakarta.

5. Pemprov DKI Jakarta dapat melakukan pembiayaan untuk menutup defisit anggaran, yang ditujukan pada belanja produktif.

6. Pemprov DKI Jakarta agar meningkatkan belanja produktif untuk menggerakkan perekonomian, selain memenuhi mandatory spending.

118

Kajian Fiskal Regional 2019

Provinsi DKI Jakarta

7. Peningkatan sektor-sektor yang potensial, serta fokus terhadap sektor yang memiliki share besar terhadap perekonomian namun memiliki pertumbuhan yang relatif lambat seperti sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor.

8. Sektor Pariwisata mengalami penurunan yang cukup signifikan, sehingga Pemprov DKI Jakarta perlu melakukan langkah-langkah strategis dalam meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Terlebih dengan merebaknya virus Corona di akhir tahun 2019 akan berdampak kepada sektor Pariwisata. Pemberian subsidi kepada hotel, angkutan udara, serta penggalian potensi wisata yang mengusung budaya dan keunikan Jakarta.

9. Walaupun mandatory spending untuk fungsi kesehatan telah terpenuhi, namun perlu ditingkatkan efektifitas program agar penurunan dan pencegahan stunting di DKI Jakarta dapat dicapai.

10. Pemerintah Pusat dan Daerah agar memberikan stimulus bagi sektor perekonomian di DKI Jakarta yang memiliki laju pertumbuhan yang lambat, tetapi mampu bersaing dengan perekonomian dari wilayah lain adalah yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Sektor Real Estate,dan Sektor Pengadaan Listrik dan Gas (Analisis Shift Share) serta terhadap Sektor Kunci yang dilihat dari derajat kepekaan tertinggi dan derajat penyerapan tertinggi, artinya berdampak paling besar ke sektor hulu maupun hilirnya adalah Industri Pengolahan, Transportasi dan Pergudangan, serta Jasa Perusahaan. Adapun sektor yang memiliki penyerapan tenaga kerja terbesar adalah Pengadaan air, sampah, sektor Jasa Lainnya, serta sektor Pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djoni Hartono - Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, “Peran Sektor Jasa Terhadap Perekonomian DKI Jakarta : Analisis Input-Output”;

2. Nova Murbarani - Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, “Keterkaitan Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Swasta Terhadap Perekonomian Kota Palembang (Input-Output Analisis)“;

3. Alexiou, C. (2009). Government Spending and Economic Growth: Econometric Evidence from the South Eastern Europe (SEE). Journal of Economic and Social Research, 11(1), 1–16.

4. http://doi.org/10.1130/0091-7613(1974)2<41

5. Barro, R. (1989). Economic Growth in a Cross Section of Countries. National Bureau of Economic Research Working Paper No. 3120.

http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

6. Barro, R. J. (1996). Determinants of Economic Growth: A Cross-Country Empirical Study. National Bureau of Economic Research, Working Paper No. 5698.

http://doi.org/10.2307/1061363

7. Hasnul, Al Gifari (2015), The Effects of Government Expenditure on Economic Growth: the case of Malaysia, INCEIF, Global University of Islamic Finance. https://mpra.ub.uni-muenchen.de/71254/

8. Yasin, M. (2000). Public Spending and Economic Growth: Empirical Investigation of Sub-Saharan Africa. Southwestern Economic Review, 4(1), 59–68.

9. Jehuda Jean Sanny Mongan dari Universitas Gadjah Mada, Jurnal Perbendaharaan, Keuangan Negara dan Kebijakan Publik dari Indonesian Treasury Review, “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Indeks

Pembangunan Manusia Di Indonesia”;

10. Sintong Ariansyah, Universitas Brawijaya Indonesian, Treasury Review volume 3 Nomor 4, 2018, “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Melalui Produk Domestik Regional Bruto Di Indonesia”;

11. Edi Nasution, Analis Ketahanan Pangan di Kementerian Pertanian, “Analisis Shift-Share Perekonomian Mandailing Natal Sumut dan Prediksi Tahun 2016;

12. Fatchur Rozi, Fakultas Ekonomi Universitas Jember), Analisis LQ dan Shift Share Perekonomian di Kabupaten Sidoarjo 2010-2014;

13. Pemprov DKI Jakarta, “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi DKI Jakarta 2017-2022”;

14. Pemprov DKI Jakarta, “Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019”;

16. BPS RI dan BPS DKI Jakarta,2010-2019, “Berita Resmi Statistik”; 17. https://www.bkpm.go.id/en/statistic/foreign-direct-investment-fdi; 18. https://www.bkpm.go.id/en/statistic/domestic-direct-investment-ddi; 19. https://nswi.bkpm.go.id/data_statistik; 20. http://bps.go.id; 21. http://jakarta.bps.go.id; 22. https://bappeda.jakarta.go.id/dokumenpubliknew 23. https://dashboard-bpkd.jakarta.go.id/; 24. https://www.kemenkeu.go.id/apbnkita/ 25. http://www.djpk.kemenkeu.go.id/ 26. http://www.djpk.depkeu.go.id/simtrada/ 27. http://tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/ 28. http://dinkes.jakarta.go.id/ 29. https://spanint.kemenkeu.go.id/spanint/ 30. https://sikp.kemenkeu.go.id/ 31. http://ditpa.kemenkeu.go.id/ 32. https://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/jakarta/Default.aspx 33. https://www.kompas.com/ 34. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi

Lampiran Bab I

Tabel 1.1. Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2022

No Misi Tujuan Sasaran

1 Menjadikan Jakarta kota yang aman, sehat, cerdas, berbudaya, dengan memperkuat nilai-nilai keluarga yang memberikan ruang kreativitas melalui kepemimpinan yang melibatkan, menggerakkan dan memanusiakan.

1) Mewujudkan kota aman, tertib, dan inklusif

2) Mewujudkan manusia sehat, cerdas dan berdaya

-Terwujudnya kesadaran masyarakat dalam menjaga ketentraman dan bebas konflik sosial.

-Terwujudnya pembangunan kota yang setara gender serta ramah perempuan dan anak

-Terwujudnya Jakarta kota tangguh bencana

-Terjaminnya akses dan layanan pendidikan, kesehatan dan peningkatan keberdayaan yang berkualitas bagi semua

-Terwujudnya keluarga sejahtera 2 Mejadikan Jakarta kota yang

memajukan kesejahteraan umum melalui terciptanya lapangan kerja, kestabilan dan keterjangkauan kebutuhan pokok, meningkatnya keadilan sosial, percepatan pembangunan infrastruktur, kemudahan investasi dan berbisnis, serta perbaikan pengelolaan tata ruang.

1. Meningkatkan kesempatan kerja 2. Meningkatkan kewirausahaan

yang kreatif dan produktif 3. Mewujudkan ketahanan pangan

yang terjangkau, memadai, berkualitas dan berkelanjutan 4. Mendorong terciptanya keadilan

sosial ekonomi masyarakat 5. Mempercepat pembangunan

infrastruktur yang handal, modern, dan terintegrasi, serta mampu menyelesaikan masalah-masalah perkotaan.

6.Meningkatkan investasi di Provinsi DKI Jakarta

7.Mewujudkan penataan ruang kota yang terpadu dan berkelanjutan

-Berkurangnya tingkat pengangguran -Meningkatnya kewirausahaan baru

-tersedianya stok kebutuhan pangan yang terjamin jumlah dan mutunya serta terjangkau bagi masyarakat. -Terlaksananya pengetasan kemiskinan bagi seluruh masyarakat

-Meningkatnya fungsi dan pengelolaan infrastruktur pengendalian banjir dan abrasi,

-Meningkatnya akses sanitasi layak

-Terwujudnya sarana dan prasarana transportasi yang aman, memadai, modern, terintegrasi, ramah lingkungan, dan terjangkau bagi semua warga Jakarta -Meningkatnya pemanfatan energy dan

Ketenagalistrikan secara aman, handal, dan berkelanjutan untuk mendukung pembangunan kota. -Tersedianya hunian yang layak dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

-meningkatnya pertumbuhan investasi

-Meningkatnya kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang

3 Menjadikan Jakarta tempat wahana aparatur Negara yang berkarya, mengabdi, melayani, serta menyelesaikan berbagai permasalahan kota dan warga, secara efektif, meritokratis dan berintegritas.

1) Meningkatkan produktivitas dan integritas aparatur dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan dan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan.

2) Mewujudkan tata kelola pemerintahan dan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan

-Meningkatnya kompetensi dan iklim kerja aparatur. -Terwujudnya tata kelola pemerintahan dan keuangan daerah yang transparan dan akuntabel

-Terwujudnya tata kelola pemerintahan dan keuangan daerah yang transparan, akuntabel, serta berbagi teknologi informasi.

4 Menjadikan Jakarta kota yang lestari, dengan pembangunan dan tata kehidupan yang memperkuat daya dukung lingkungan dan sosial.

Mewujudkan pembangunan yang memperkuat daya dukung lingkungan dan sosial.

- Terbangunnya kota yang berwawasan tata ruang dan lingkungan sebagai kota yang berkelanjutan dan lestari.

- Meningkatnya kuantitas dan kualitas Ruang Terbuka Hijau

- Melambatnya penurunan permukaan tanah

- Terwujudnya kawasan perkotaan yang layak huni, tertata

rapi dan berkelanjutan, berikut sarana prasarana pendukungnya.

5 Menjadikan Jakarta ibukota yang dinamis sebagai simpul kemajuan Indonesia yang bercirikan keadilan, kebangsaaan, dan kebhinekaan

1) Mengembangkan Jakarta sebagai kota inovatif dan lambang kemajuan Indonesia

2) Menjadikan Jakarta sebagai kota yang menghargai dan menghormati keanekaragaman sosial, agama, dan ras.

3) Mengembangkan kebudayaan dan pariwisata berkeadilan, memiliki nilai kebangsaan dan kebhinekaan, dapat memperkaya pengalaman serta mendukung keberlanjutan dan kestabilan perekonomian Kota Jakarta sebagai simpul kemajuan Indonesia

-Terwujudnya pengembangan yang terus menerus terhadap kualitas penelitian, penciptaan dan inovasi

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 155-186)