• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

2

Provinsi DKI Jakarta

KAJIAN FISKAL REGIONAL

Tahun 2019

KEMENTERIAN KEUANGAN

(2)

3

Ludiro

Dewi Yanti

Penanggungjawab

Anggota

Magdalena

Yulia Tetra

Abdul Gani

Nuryani

Lia Amalia

Sri Winarno

Wulandari

Idha Laeli

Welly Wardhani

Pengarah

(3)

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Yang Maha Kuasa, karena atas ijin dan kehendak-Nya Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan KFR Tahunan 2019 ini bertujuan untuk memberikan potret perekonomian DKI Jakarta serta ulasan terkait kebijakan fiskal baik yang bersumber dari APBN maupun APBD di wilayah Provinsi DKI Jakarta.

Sebagai ibukota Indonesia, DKI Jakarta merupakan pusat perekonomian dan juga pusat pemerintahan. Lebih dari 70% APBN dikelola di wilayah DKI Jakarta, dan merupakan provinsi yang memberikan sumbangan terbesar bagi perekonomian nasional. Pertumbuhan ekonomi Jakarta pada tahun 2019 tercatat sebesar 5,89% di atas pertumbuhan ekonomi nasional dengan Indeks Pembangunan Manusia sebesar 80,76 yang menempatkan Jakarta sebagai satu-satunya provinsi yang berada pada kategori tinggi. Namun tentunya dibalik semua capaian tersebut, masih banyak tantangan yang dihadapi seperti masih tingginya kesenjangan pendapatan antar penduduk, angka kemiskinan, serta tingkat pengangguran.

KFR Tahunan 2019 ini memberikan warna yang berbeda dengan adanya analisis baik secara makro maupun tematik terhadap kebijakan fiskal maupun isu-isu terkini terkait masalah perekonomian DKI Jakarta. In depth analysis diharapkan dapat memberikan masukan dan rekomendasi bagi pengambil kebijakan dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera.

Selanjutnya kami tak lupa menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu tersusunnya KFR ini. Semoga kerja sama yang telah terjalin dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami menyadari bahwa Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 yang kami susun ini masih jauh dari sempurna dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan pada periode berikutnya. Akhir kata, semoga Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan para pemangku kepentingan sebagai salah satu informasi fiskal tingkat regional.

Jakarta, 28 Februari 2020

(4)

ii

Kajian Fiskal Regional 2019

Provinsi DKI Jakarta

Visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta periode 2017–2022 “Jakarta kota maju, lestari dan berbudaya yang warganya terlibat dalam mewujudkan keberadaban, keadilan dan kesejahteraan bagi semua”, memiliki lima Misi yaitu Pembangunan Manusia, Ekonomi dan Infrastruktur, Integritas Aparatur, Kota Lestari dan Simpul Kemajuan. Kelima Misi ini diharapkan dapat menjawab tantangan perekonomian global terutama akibat ketegangan hubungan dagang AS dan Tiongkok dan tantangan perekonomian daerah yaitu meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor yang mendominasi struktur ekonomi Jakarta serta sektor lainnya yang berpotensi meningkatkan perekonomian.

Pemprov DKI Jakarta memiliki tantangan yang besar seperti defisit anggaran, masih tingginya kesenjangan pendapatan antar penduduk, angka kemiskinan, serta tingkat pengangguran, pencegahan dan penurunan stunting, disamping permasalahan lainnya yaitu kemacetan dan banjir yang mengakibatkan kerugian material dan ekonomi serta kerugian non material lainnya. Selain itu juga merebaknya penyebaran virus corona turut berpengaruh terhadap perekonomian DKI Jakarta baik untuk sektor pariwisata maupun perdagangan.

Perekonomian Provinsi DKI Jakarta tahun 2019 tumbuh 5,89%, menurun dibandingkan tahun 2018 yang tumbuh 6,17%, namun masih relatif tinggi jika dibandingkan nasional (5,02%) disebabkan konsumsi rumah tangga yang masih terjaga baik serta adanya pemilihan umum serentak legislatif, presiden dan wakil presiden pada tahun 2019. Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi dengan kemampuan sumber daya ekonomi terbesar di Indonesia dengan nilai PDRB Rp2.840,83 triliun (ADHB) pada tahun 2019, sehingga dapat berkontribusi 17,67% terhadap PDB Indonesia. Tiga sektor utama utama dengan share terbesar dari sisi penawaran adalah sektor Perdagangan, Industri Pengolahan dan Konstruksi, sedangkan dari sisi permintaan, tiga komponen pengeluaran dengan share terbesar adalah Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Investasi, dan Ekspor.

Sektor perekonomian yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat, dan juga mampu bersaing dengan sektor perekonomian dari wilayah lain adalah sektor Informasi dan Komunikasi, sektor Jasa Perusahaan, sektor Transportasi dan Pergudangan, serta sektor Penyedia Akomodasi Makan dan Minum. Adapun sektor-sektor kunci yang berdampak paling besar ke sektor hulu maupun hilirnya yaitu Industri Pengolahan, Transportasi dan Pergudangan, serta Jasa Perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor jasa dan pariwisata memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, terlebih dengan berkurangnya proyek infrastruktur besar di Jakarta.

Pendapatan per kapita tahun 2019 yang tercapai sebesar Rp269,07 juta, meningkat 8,4% dari tahun sebelumnya, dan hampir lima kali lipat dari pendapatan per kapita nasional yang mencapai Rp59,10 juta. Perkembangan PDRB Perkapita di DKI Jakarta yang selalu meningkat, selaras dengan pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di DKI Jakarta tahun 2019

RINGKASAN

EKSEKUTIF

(5)

sebesar 80,79 yang meningkat dibandingkan IPM 2018. Menurut hasil penelitian kami menggunakan analisis regresi PDRB Perkapita terhadap IPM, bahwa PDRB Perkapita berpengaruh positif terhadap IPM (α=10%) dengan nilai koefisien 0,036 yang artinya setiap kenaikan Rp1 juta PDRB Perkapita akan menaikkan IPM sebesar 0.036.

Inflasi Jakarta pada tahun 2019 (yoy) sebesar 3,23%, lebih rendah dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 3,27%, menunjukkan keberhasilan sinergi Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah yang bergerak stabil sepanjang 2019. Sejalan dengan hal tersebut, penduduk miskin di DKI Jakarta yang berjumlah 360,300 orang menurun sebanyak 13.700 orang di bulan September 2019 dibandingkan September 2018 dan tingkat kemiskinan yang cenderung terus menurun dan terendah bila dibandingkan provinsi lain se-Indonesia. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pun mengalami penurunan sebesar 0.02 poin dari 6,24% menjadi 6,22%. Namun di sisi lain, terdapat kesenjangan pendapatan di DKI Jakarta dengan Gini Rasio 0,392 yang harus diatasi oleh pemerintah pusat dan daerah.

APBN

Realisasi pendapatan negara pada Provinsi DKI Jakarta tahun 2019 mencapai Rp1.105,36 triliun (setara 56,9% pendapatan nasional), turun 1,75% dibandingkan tahun 2018 dengan rasio pendapatan terhadap PDRB sebesar 33,63%. Adapun realisasi pendapatan perpajakan tahun 2019 mencapai Rp955,36 triliun, turun 0,23% dibandingkan tahun 2018 disebabkan turunnya PPN, PBB, Cukai dan Pajak Perdagangan Internasional, sedangkan realisasi PNBP tahun 2019 sebesar Rp149,99 triliun mengalami penurunan sebesar 10,42% dibandingkan tahun 2018. Realisasi belanja Kementerian/Lembaga (K/L) pada tahun 2019 mencapai Rp451,79 triliun naik 1,10% dari tahun 2018. Penyerapan anggaran tertinggi berdasarkan jenis belanja adalah Belanja Bansos yang mencapai 98,79%, diikuti Belanja Pegawai 98,25% dan Belanja Barang 90,52%, sedangkan Belanja Modal memiliki penyerapan terendah sebesar 80,39%.

Realisasi transfer ke daerah tercatat Rp14,9 triliun, turun 19% dibandingkan dengan realisasi transfer ke daerah tahun 2018 sebesar Rp17,8 triliun yang disebabkan dana sebesar Rp6,4 triliun belum diterima oleh Pemprov DKI Jakarta.

APBD

Pada tahun 2019, Target pendapatan APBD DKI Jakarta sebesar Rp74,1 triliun naik sebesar 13,96% dari tahun 2018 dengan rincian target Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp50,84 triliun, Dana Perimbangan Rp21,31 triliun, dan Lain-Lain Pendapatan yang Sah Rp2,84 triliun. Adapun target PAD terdiri dari pajak daerah sebesar Rp44,54 triliun, Retribusi Daerah Rp710,13 miliar, Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar Rp618,38 miliar dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang ditargetkan sebesar Rp4,98 triliun.

Pendapatan Daerah terealisasi Rp62,38 triliun (83,18%), dengan realisasi PAD mencapai Rp46,14 triliun dengan rincian Pajak Daerah sebesar Rp40,3 triliun, Retribusi Daerah Rp587,91

(6)

iv

Kajian Fiskal Regional 2019

Provinsi DKI Jakarta

triliun, Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar Rp619,86 miliar dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah dengan realisasi Rp4,98 triliun, Sementara Dana Perimbangan terealisasi Rp14,49 triliun dan Lain-Lain Pendapatan yang Sah sebesar Rp1,75 triliun.

Pada tahun 2019 Belanja Daerah Provinsi DKI Jakarta ditargetkan sebesar Rp77,86 triliun. Tiga jenis belanja terbesar yaitu Belanja Barang/Jasa sebesar Rp23,98 triliun dengan share 30,8%, Belanja Pegawai sebesar Rp23,27 dengan share 29,89% serta Belanja Modal sebesar Rp17,39 triliun dengan share 22,33%. Sementara Rp13,21 triliun terbagi dalam enam jenis belanja yang lain dengan nilai terkecil pada Belanja Bunga sebesar Rp76 miliar atau sebesar 0,1%. Realisasi anggaran tahun 2019 sebesar Rp65,05 triliun (83,55%), dengan persentase tertinggi adalah Belanja Bantuan Keuangan sebesar 99,04%, Belanja Pegawai 94,62%, Belanja Barang 88,77%, Belanja Modal 66,4% dan yang terendah pada Belanja Tak Terduga sebesar 0,6%.

Alokasi anggaran Urusan Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dari tahun 2015 sampai dengan 2019 jika dibandingkan dengan total belanja daerah, rata-rata telah memenuhi amanat UU No. 20 tahun 2003 yakni diatas 20% terhadap APBD, sedangkan lokasi anggaran belanja urusan kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memenuhi amanat UU No. 20 tahun 2003 yakni diatas 10% terhadap APBD diluar gaji dengan rata-rata sebesar 19,83% per tahun. Sementara rata-rata persentase alokasi belanja infrastruktur jika dibandingkan dengan TKDD adalah sebesar 77,37%. Namun demikian, walaupun mandatory spending untuk fungsi kesehatan telah terpenuhi, namun perlu ditingkatkan efektifitas program agar penurunan dan pencegahan stunting di DKI Jakarta dapat dicapai.

KONSOLIDASIAN APBN DAN APBD

Realisasi Pendapatan Negara Konsolidasian Tahun 2019 di Provinsi DKI Jakarta yang terealisasi Rp1.167,75 triliun, memiliki proporsi 94,70% dari APBN dan 5,30% dari APBD.. Pendapatan konsolidasian didominasi pendapatan perpajakan konsolidasian yang mencapai 84,74% dengan proporsi 95,94% dari APBN dan 4,05% dari APBD. Sementara proporsi PNBP konsolidasian yang berkontribusi 13,88% terhadap total pendapatan konsolidasian adalah 96,42% dari APBN dan 3,58% dari APBD. Sementara Penerimaan Hibah mencapai 0,134% dari pendapatan konsolidasian dengan kontribusi hibah pemda 100%.

Belanja Negara Konsolidasian yang terealisasi sebesar Rp531,41 triliun, mengalami kenaikan 0,96% dibandingkan tahun 2018. Surplus yang terjadi sebesar 643,41 triliun adalah disebabkan tingginya pendapatan pajak pemerintah pusat di DKI Jakarta. Realisasi belanja dan transfer konsolidasian didominasi oleh Belanja Pemerintah Pusat sebesar 87,42% dan 12,58% dari Belanja Pemerintah Daerah. Proporsi belanja yang terbesar adalah Belanja Barang konsolidasian yang mencapai Rp165,35 triliun dengan proporsi 11,17% dari APBD dan 88,8% dari APBN. Terbesar kedua adalah Belanja Bansos Konsolidasian mencapai Rp116,49 triliun dengan proporsi 3,79% dari APBD dan 96,20% dari APBN. Sedangkan Belanja Pegawai konsolidasian

(7)

mencapai Rp116,19 triliun dengan proporsi 18,95% berasal dari APBD dan 81,05% dari APBN serta Belanja Modal konsolidasian mencapai Rp91,68 triliun yang berasal dari 12,60% APBD dan 87,40% dari APBN. Adapun kontribusi pemerintah terhadap PDRB di Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 14,75%, sedangkan Kontribusi Investasi Pemerintah terhadap PDRB Provinsi DKI Jakarta adalah 3,23%. Pemerintah Pusat dan Daerah perlu meningkatkan realisasi belanja sehingga dapat menjadi stimulus untuk pertumbuhan ekonomi di Provinsi DKI Jakarta, terutama realisasi Belanja Modal yang merupakan investasi pemerintah jangka panjang.

Walaupun kemandirian fiskal DKI Jakarta sudah tinggi, namun masih diperlukan optimalisasi terhadap potensi pajak daerah dan retribusi daerah yang masih belum terpungut dengan maksimal. Untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah maka perlu dilakukan optimalisasi pemungutan pajak daerah, khususnya Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Penerangan Jalan, dan Pajak Air Tanah.

Kualitas pengelolaan belanja di DKI Jakarta pun masih perlu ditingkatkan lagi agar dapat mengatasi berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan, melalui Perencanaan Pencairan Dana yang tepat waktu dan tepat jumlah, revisi DPA yang lebih fleksibel, dan Reviu Pelaksanaan Anggaran terhadap belanja yang tidak tepat sasaran atau tidak terserap secara optimal terutama Belanja Modal.

Sektor Pariwisata mengalami penurunan yang cukup signifikan, sehingga Pemprov DKI Jakarta perlu melakukan langkah-langkah strategis dalam meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Terlebih dengan merebaknya Virus Corona di akhir tahun 2019 akan berdampak kepada sektor pariwisata yang berdampak multiplier terhadap UMKM dan perdagangan. Pemberian subsidi kepada hotel, angkutan udara, serta penggalian potensi wisata Jakarta serta promosi dengan gaung yang mendunia, diharapkan dapat meningkatkan penerimaan di sektor pariwisata.

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF i ii

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK/GAMBAR 1.1 PENDAHULUAN 1

1.2 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 2

1.2.1 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka 2

Menengah Daerah 1.2.2 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah 2

1.3 TANTANGAN DAERAH 3

1.3.1 Tantangan Ekonomi Daerah 4

1.3.2 Tantangan Sosial Kependudukan 7

1.3.3 Tantangan Geografi Wilayah 9

SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH 1

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 10

2.1. INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL 10

2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto 10

2.1.2. Suku bunga 15

2.1.3. Inflasi 16

2.1.4. Nilai tukar 17

2.2. INDIKATOR KESEJAHTERAAN 18

2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 18

2.2.2. Tingkat Kemiskinan 19

2.2.3. Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini) 20

2.2.4. Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran 20

2.3. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN 21

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN 23

TINGKAT REGIONAL 3.1. APBN TINGKAT PROVINSI 23

3.2. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL 24

3.3. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL 31

3.4. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 41

3.5. ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL 47

3.6. PENGELOLAAN BLU PUSAT 49

3.7. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT 53

3.8. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB 57

(MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA

BAB III

BAB I

BAB II

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 61

4.1. APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) 61

4.2. PENDAPATAN DAERAH 62

4.3. BELANJA DAERAH 72

4.4. PERKEMBANGAN BLU DAERAH 75

4.5. SURPLUS/DEFISIT APBD 77

4.6. PEMBIAYAAN 79

4.7. ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 80

4.8. PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH 83

(9)

BAB IV

BAB V PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN

ANGGARAN 86

5.1. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN 86

5.2. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN 87

5.3. BELANJA KONSOLIDASIAN 90

5.4. SURPLUS/DEFISIT KONSOLIDASIAN 93

5.5. ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT 94

BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA 95

TANTANGAN FISKAL REGIONAL 6.1. SEKTOR UNGGULAN DAERAH 95

6.2. SEKTOR POTENSIAL DAERAH 95

6.3. TANTANGANFISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG 96

6.3.1 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat 96

6.3.2 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah 99

6.3.3 Sinkronisasi Kebijakan Fiskal Pusat-Daerah 102

BAB VII ANALISIS TEMATIK 105

BAB VIII PENUTUP 115

BAB VII

BAB V

BAB VI

1.1. KESIMPULAN 115 1.2. REKOMENDASI 117 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB VII

BAB VIII

7.1. PENDAHULUAN 105

7.1.1. Penanganan Stunting di Indonesia 105

7.1.2. Penanganan Stunting di Jakarta 106

7.2. KONVERGENSI PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING 107

7.3. PENANGANAN STUNTING OLEH PEMERINTAH 108

7.3.1 Belanja APBN 109

7.3.2 Belanja APBD 111

7.4. ANALISIS CAPAIAN OUTPUT PROGRAM PENANGANAN 111

STUNTING 101

7.5. KENDALA DAN PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN KE-BIJAKAN TERKAIT STUNTING 111

(10)

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk Menurut Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan

7

Tabel 2.1

PDRB Enam Provinsi di Pulau Jawa

12

Tabel 2.2

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) DKI Jakarta Menurut Komponen, 2017-2019

19

Tabel 2.3

Asumsi Dasar Ekonomi Makro berdasar KUA Tahun Anggaran 2019

21

Tabel 3.1

Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 dan Tahun 2019

23

Tabel 3.2

Pagu Dan Realisasi Per Jenis Belanja

34

Tabel 3.3

Pagu Dan Realisasi Belanja Pegawai

35

Tabel 3.4

Pagu Dan Realisasi Sepuluh Jenis Belanja Barang Terbesar

36

Tabel 3.5

Tabel Pagu Dan Realisasi Belanja Modal

37

Tabel 3.7

Pagu dan Realisasi Belanja Bansos di Provinsi DKI Jakarta

38

Tabel 3.8

Jumlah uang beredar di wilayah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2019

39

Tabel 3.9

Realisasi Penyaluran DBH Ke Pemprov Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015- 2019

45

Tabel 3.10

Realisasi Penyerapan Belanja DAK Fisik Tahun 2019

45

Tabel 3.11 Realisasi DAK Non Fisik ke Provinsi DKI JakartaTahun 2015-2019

46

Tabel 3.12 Profil Penerusan Pinjaman Provinsi DKI Jakarta Yang Belum Lunas

54

Tabel 3.13 Denda BUMN Status Macet dan Kurang Lancar

56

Tabel 3.14 Realisasi Penyaluran KUR Tahun 2019 Menurut Skema

57

Tabel 3.15 Realisasi Output Strategis Prioritas Nasional Bidang Pendidikan Tahun 2019

58

Tabel 4.1

Pagu dan Realisasi APBD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 – 2019

61

Tabel 4.2

Jenis Pendapatan APBD Kab/Kota dan Provinsi DKI Jakarta

62

Tabel 4.3

Pagu dan Realisasi Belanja Daerah Per Urusan Tahun 2019

72

Tabel 4.4

Pagu dan Realisasi Belanja Daerah Per Jenis Belanja Tahun 2019

73

DAFTAR TABEL

(11)

Tabel 4.5

Rasio Surplus/Defisit Terhadap Pendapatan

78

Tabel 4.6

Rasio Surplus/Defisit thd Realisasi Dana Transfer

78

Tabel 4.7

Rasio Surplus/Defisit Terhadap PDRB

78

Tabel 4.8

Perbandingan Pendapatan dengan Belanja Prov DKI Jakarta dengan Kawasan Tahun 2015-2019

81

Tabel 4.9

Kontribusi Belanja Modal dengan Pendapatan Provinsi DKI Jakarta dengan Kawasan Tahun

2015-2019

81

Tabel 4.13 Rasio Belanja Modal dengan Belanja Pemerintah Prov DKI Jakarta VS Kawasan Tahun 2015-2019

82

Tabel 4.14 Kapasitas Fiskal Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 -2019 Tahun 2015-2019

83

Tabel 4.15 Kapasitas Fiskal Provinsi DKI Jakarta VS KawasanTahun 2019

83

Tabel 5.1

Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019

85

Tabel 6.1

Perbandingan kondisi makro ekonomi antara Provinsi DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2019

95

Tabel 6.2

Perbandingan Kinerja Pembangunan antara Provinsi DKI Jakarta dan Ibukota Negara di ASEAN

Tahun 2019

96

Tabel 6.3

Pendapatan Pemerintah Pusat di DKI Jakarta 2015-2019

97

Tabel 6.4

Belanja K/L di DKI Jakarta 2015-2019

97

Tabel 6.5

Transfer ke Daerah DKI Jakarta 2015-2019

97

Tabel 6.6

Perbandingan Pendapatan APBD/APBN terhadap PDRB/PDB

98

Tabel 6.7

Retribusi dengan share terhadap PAD

98

Tabel 7.1

Jumlah Balita Pendek dan Sangat Pendek di Kab/Kota DKI Jakarta

104

Tabel 7.2

Karakteristik dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kep. Seribu

105

Tabel 7.3

Pagu Dan Realisasi Dipa Kementerian/Lembaga Untuk Penanganan Stunting 2019

107

Tabel 7.4

Pagu Dan Realisasi Dipa Kementerian/Lembaga Untuk Penanganan Stunting 2019 Intervensi

Sensitif (DIPA Dekonsentrasi (DK))

108

Halaman

(12)

Grafik 1.1

Perbandingan Jumlah Investasi provinsi di indonesia (dalam triliun rupiah

6

Grafik 2.1

Perkembangan Nilai PDRB DKI Jakarta ADHB dan ADHK Tahun 2015 s.d. 2019

11

Grafik 2.2

Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB 2010 s.d. 2019 (c-to-c dalam %)

11

Grafik 2.3

Share Lapangan Usaha pada PDRB tahun 2019

12

Grafik 2.4

Share Sisi Pengeluaran 2019

13

Grafik 2.5

Perkembangan PDRB Perkapita DKI Jakarta, Nasional, dan Provinsi Lain (dalam juta)

14

Grafik 2.6

Kue Perekonomian Jakarta (Sept 2019)

15

Grafik 2.7

Suku Bunga Acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate 2019

15

Grafik 2.8

Suku Bunga dan Inflasi Tahun 2019

16

Grafik 2.9

Perkembangan Inflasi Bulanan DKI Jakarta dan Nasional

16

Grafik 2.10 Perkembangan Laju Inflasi dari Tiga Kelompok Utama Pembentuk Inflasi Tahun 2019

17

Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi DKI Jakarta dan Nasional (c-to-c)

17

Grafik 2.12 Perkembangan Kurs Referensi JISDOR (USD-IDR) 2017-2019 dipengaruhi oleh situasi

politik di Jakarta terkait dengan Pemilihan Presiden

18

Grafik 2.13 Indeks Pembangunan Manusia DKI Jakarta dan Nasional Dalam 5 Tahun

18

Grafik 2.14 Perbandingan Tingkat Kemiskinan DKI Jakarta dan Nasional (%)

19

Grafik 2.15 Perkembangan Gini Ratio Tahun 2016-2019

20

Grafik 2.16 Perkembangan TPT menurut jenjang Pendidikan yang ditamatkan (%)

20

Grafik 2.17 Perbandingan TPT Jakarta dengan Kawasan dan nasional Tahun 2015-2019

21

Grafik 3.1

Rasio Perpajakan Pemerintah Pusat dan PDRB Tingkat Provinsi di Provinsi DKI

Jakarta

25

Grafik 3.2

Penerimaan Pajak Dalam Negeri Tingkat Provinsi di Provinsi DKI Jakarta 2017-2019

26

Grafik 3.3

Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional Tingkat Provinsi di Provinsi DKI Jakarta

26

Grafik 3.4

Pendapatan PNBP Tingkat Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015-2019

28

DAFTAR GRAFIK

(13)

Grafik 3.5 Kontribusi PNBP Dominan Menurut Akun di DKI Jakarta Tahun 2019

28

Grafik 3.6 Pagu dan Realisasi PNBP per K/L di Provinsi DKI Jakarta 2019

29

Grafik 3.7 Sepuluh Satker dengan Pagu Tertinggi dan Realisasinya Tahun 2019

30

Grafik 3.8 Sepuluh Satker dengan Persentase Realisasi PNBP Terbesar Provinsi DKI Jakarta

Tahun 2019

30

Grafik 3.9 Sepuluh Kementerian/Lembaga Dengan Pagu Terbesar di Provinsi DKI Jakarta Tahun

2019

31

Grafik 3.10 K/L dengan Persentase Tingkat Realisasi tertinggi di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019

32

Grafik 3.11 Jumlah Realisasi Kementerian/Lembaga Tertinggi di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019

32

Grafik 3.12 Kontribusi/Share Tertinggi Jumlah Realisasi dari Kementerian/Lembaga Tahun 2019

33

Grafik 3.13 10 K/L Kontributor Ketidakserapan Tertinggi

35

Grafik 3.14 Pagu dan Realisasi Kementerian/Lembaga Menurut Fungsi Tahun 2017-2019

40

Grafik 3.15 Pagu dan Realisasi Kementerian/Lembaga Menurut Jenis Belanja Tahun 2019

40

Grafik 3.16 Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer di Provinsi DKI Jakarta

42

Grafik 3.17 Perbandingan Dana Transfer dan PAD Provinsi DKI Jakarta

43

Grafik 3.18 Perbandingan Tren TKDD dengan TKM, TPT, IPM dan Pertumbuhan

43

Grafik 3.19 Perbandingan Tren TKDD terhadap PDRBTahun 2015 – 2019

44

Grafik 3.20 Perbandingan Alokasi Realisasi Transfer di DKI Jakarta, Banten, dan Jabar Tahun

2019

47

Grafik 3.21 Cash Flow Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2015 - 2019

49

Grafik 3.22 Komposisi Satker BLU Pusat Menurut Jenis Layanan Tahun 2019

49

Grafik 3.23 Pagu BLU Pusat Berdasarkan Jenis Layanan

50

Grafik 3.24 Satker BLU dengan Jumlah Pagu Terbesar (Lihat Lampiran)

(14)

Grafik 3.25 Aset BLU Pusat per Jenis Layanan Tahun 2017-2019

51

Grafik 3.26 Rasio BLU sesuai Jenis Layanan

52

Grafik 3.27 Kementerian/Lembaga dengan Pagu dan Realisasi PNBP terbesar tahun 2019

53

Grafik 3.28 Komposisi Pinjaman BUMN Berdasarkan Jumlah Tahun 2019

55

Grafik 3.29 Komposisi Pinjaman BUMN berdasarkan Jumlah Tahun 2018 (Lihat Lampiran)

Grafik 3.30 Perkembangan Penyaluran KUR di DKI Jakarta Tahun 2017-2019

56

Grafik 3.31 Tingkat Sebaran Penyaluran KUR di DKI Jakarta Tahun 2019 (Lihat Lampiran)

Grafik 3.32 Tingkat Sebaran Penyaluran UMi di DKI Jakarta Tahun 2019 (Lihat Lampiran)

Grafik 3.33 Pagu dan Realisasi Fungsi Pendidikan dan Kesehatan Di Wilayah Provinsi DKI Jakarta

Tahun 2017-2019

58

Grafik 4.1 Tren Pendapatan Prov. DKI Jakarta Tahun 2015 – 2019

62

Grafik 4.2 Perbandingan TKDD terhadap Indikator Fiskal Provinsi DKI Jakarta

64

Grafik 4.3 Pengaruh TKDD terhadap Kemiskinan

64

Grafik 4.4 Pengaruh TKDD terhadap Pengangguran

64

Grafik 4.5 Pengaruh TKDD terhadap PDRB

65

Grafik 4.6 Pengaruh TKDD terhadap IPM

65

Grafik 4.7 Komposisi PAD terhadap Total Pendapatan Daerah Tahun 2019

67

Grafik 4.8 Perbandingan PAD terhadap PDRB Tahun 2019

68

Grafik 4.9 Perbandingan PAD terhadap Belanja Daerah Tahun 2019

68

Grafik 4.10 Tren PAD dan Kenaikan Pertahun 2010 - 2019

69

Grafik 4.11 Komponen PAD VS Pajak Daerah Tahun 2019

70

Grafik 4.12 Perbandingan DBH terhadap SiLPA

71

Grafik 4.13 Profil Bidang Layanan BLUD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019

76

(15)

Grafik 4.14 Pengelolaan keuangan BLUD Provinsi DKI Jakarta

77

Grafik 4.15 Selisih Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan

79

Grafik 4.16 Perbandingan PAD Prov. DKI Jakarta VS Kawasan

80

Grafik 4.17 Perbandingan Alokasi Pendidikan terhadap APBD

84

Grafik 4.18 Perbandingan Alokasi Kesehatan terhadap APBD diluar Gaji

84

Grafik 4.19 Perbandingan Alokasi Infrastruktur terhadap TKDD

85

Grafik 5.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi DKI Jakarta Tahun

2019

87

Grafik 5.2 DBH dan DAK Non Fisik Tahun 2015-2019

88

Grafik 5.3 Rasio Pajak Perkapita Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2019

89

Grafik 5.4 Rasio Pajak terhadap PDRB Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017, 2018 dan 2019

90

Grafik 5.5 Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi DKI Jakarta 2019

91

Grafik 5.6 Perbandingan Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 dan

2019

91

Grafik 5.7 Rasio Belanja Operasi Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 dan 2019

92

Grafik 5.8 Rasio Belanja Konsolidasian terhadap PDRB Prov.DKI Jakarta Tahun 2018-2019

93

Grafik 5.9 Proporsi Realisasi Surplus/Defisit Pemerintah Pusat dan Pemda terhadap

Surplus/Defisit Konsolidasian

94

Grafik 5.10 Perbandingan Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian terhadap PDRB

95

Grafik.7.1 Realisasi Belanja Penanganan Stunting pada Kementerian Kesehatan

111

Grafik.7.2 Realisasi Belanja Bantuan Sosial DKI JakartaTahun 2015 2017

111

(16)
(17)
(18)
(19)

BAB I

SASARAN PEMBANGUNAN DAN

TANTANGAN DAERAH

1.1. PENDAHULUAN

Provinsi DKI Jakarta dalam lingkup kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki peran strategis sebagai Ibukota NKRI dan sebagai Pusat Pemerintahan. Berdasarkan Undang-Undang nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (LN 2007 No. 93; TLN 4744). Sebagai Daerah Khusus Ibukota setingkat provinsi dan dipimpin oleh seorang gubernur, berbeda dengan provinsi lainnya, DKI Jakarta hanya memiliki pembagian di bawahnya berupa lima kota administratif dan satu kabupaten administratif, yang berarti tidak memiliki perwakilan rakyat tersendiri.

DKI Jakarta sebagai Pusat Pemerintahan juga memiliki kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan sebagai tempat kedudukan perwakilan negara asing, serta pusat/perwakilan lembaga internasional. Dengan perannya tersebut, DKI Jakarta menjadi Pusat kegiatan ekonomi regional, nasional dan internasional, pusat kegiatan politik ASEAN dan salah satu sentra politik Asia-Pasifik tempat beradanya kedutaan Besar negara sahabat; pusat kegiatan budaya; pusat kegiatan ilmu pengetahuan, teknologi dan intelektual; dan pintu gerbang utama menuju dunia Internasional.

Sebagai ibukota Negara DKI Jakarta memiliki karakteristik permasalahan yang sangat kompleks, diantaranya adalah masalah urbanisasi, keamanan, kemacetan, transportasi, lingkungan, pengelolaan kawasan khusus, dan masalah sosial kemasyarakatan lain yang memerlukan pendanaan dan pemecahan masalah secara sinergis melalui berbagai instrument sebagaimana tergambar dalam Estimasi pendanaan terpadu untuk pelaksanaan peran Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2022 di bawah ini:

(20)

2

Kajian Fiskal Regional 2019

Provinsi DKI Jakarta

Estimasi Pendanaan Terpadu untuk Pelaksanaan Peran Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2022:

Sumber : RPJMD Provinsi DKI Jakarta 2017-2022

1.2. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Sesuai RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2022, yang diatur dalam Perda No 1 Tahun 2018, Visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta periode 2017 – 2022 adalah : “Jakarta kota maju, lestari dan berbudaya yang warganya terlibat dalam mewujudkan keberadaban, keadilan dan kesejahteraan bagi semua.” Visi tersebut dicapai dengan melaksanakan lima misi yang memiliki tujuan dan sasaran sebagaimana terinci dalam Lampiran pada tabel 1.1.

1.2.2. Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Jakarta memiliki peranan yang sangat penting sehingga keberlanjutan pembangunan DKI Jakarta harus terlaksana dengan baik. Penyusunan RKPD dan APBD DKI Jakarta harus sejalan dengan implementasi RPJMN, RKP, dan APBN dalam rangka pencapaian target pembangunan daerah dan prioritas nasional. Prioritas pembangunan daerah yang dijabarkan dalam RKPD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019 adalah Belanja Prioritas I yang merupakan prioritas Gubernur dan Wakil Gubernur sesuai dengan 23 Janji Kerja yang diterjemahkan dalam konsep Panca Upaya Pembangunan Jakarta. Adapun Panca Upaya Pembangunan Jakarta merupakan upaya pembangunan yang dijabarkan dalam lima bagian besar sesuai Misi yaitu Pembangunan Manusia, Ekonomi dan Infrastruktur, Integritas Aparatur, Kota Lestari dan Simpul Kemajuan.

(21)

1.3. TANTANGAN DAERAH

Kondisi ekonomi global terutama akibat ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok juga turut mempengaruhi perekonomian Indonesia, dan perekonomian Jakarta. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup stabil dan berada di kisaran lebih dari 5%. Demikian juga pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2019 masih cukup baik dan berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional, yang tumbuh sebesar 5,89%. Pertumbuhan ekonomi terutama masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Dari sisi Lapangan Usaha, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada tahun 2019 terutama disumbang oleh sektor Informasi dan Komunikasi, Jasa Perusahaan, Jasa Keuangan dan Asuransi, serta Perdagangan. Sektor Perdagangan masih mendominasi struktur ekonomi Jakarta, diikuti oleh sektor Industri Pengolahan dan sektor konstruksi, namun ketiga sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan relative lebih rendah dibanding sektor lainnya sehingga tidak menjadi penyumbang utama terhadap laju pertumbuhan ekonomi Jakarta. Untuk mengetahui tantangan daerah pada Provinsi DKI Jakarta secara lebih rinci kami membuat Analisa SWOT sebagai berikut:

Opportunity (Peluang): - Jumlah penduduk 10.467.629 jiwa didominasi usia

produktif

- Kondisi Geografis yang didominasi Laut mengandung potensi Sumber Daya Alam Mineral, Kelautan dan Perikanan

- Potensi Pariwisata Kepulauan Seribu

- Struktur perekonomian didominasi Perdagangan Besar, Eceran dan reparasi sepeda motor dan mobil - Sektor jasa yang tumbuh cepat sehingga

memberikan kontribusi besar bagi perekonomian. - Pelaksanaan event-event yang berskala nasional maupun internasional

Weakness (Kelemahan) - Kepadatan Penduduk

- Kemacetan dan banjir di beberapa wilayah - Pencemaran Udara, Sungai, dan laut. - Keterbatasan air Bersih

- Produksi sampah rumah tangga 7 ribu ton perhari - Kesenjangan (Rasio Gini) sebesar 0,380 masih di atas

nasional

- Kinerja ekonomi dan bisnis peringkat 56, jauh di bawah peringkat Singapura (6) dan Bangkok (41) - Global Cities Outlook peringkat 59, lebih rendah dari

Singapura (6) Strength (Kekuatan)

•Posisi sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia/ pusat pemerintahan / pusat perekonomian dengan PDRB 2019 Rp 2.840 triliun (ADHB), dengan PDRB perkapita Rp269,07 juta. •Perekonomian 2019 tumbuh 5,89%, diatas nasional •APBD 2019 terbesar di Indonesia, belanja Rp65,05 triliun ,

pendapatan Rp62,38 triliun

•Indeks Kapasitas Fiskal sebesar 11,473 (Sangat Tinggi) •IPM mencapai 80,.47 (Tertinggi di Indonesia) •Angka kemiskinan terendah

Threat (Ancaman) :

- Kondisi ekonomi global y ang masih lesu akibat perang dagang Tiongkok-AS

- Adanya penyebaran virus corona yang berdampak terhadap perekonomian Jakarta terutama dari sektor pariwisata dan perdagangan

- Rencana pemindahan ibukota RI dari DKI Jakarta - Tingginya tingkat urbanisasi dapat menyebabkan

kerawanan sosial dan ekonomi .

- Penurunan permukaan tanah dan banjir rob - Terorisme

- Kerusakan lingkungan akibat pencemaran sungai dan laut

- Potensi gempa dan bencana alam lainnya - Tingginya angka pengangguran

(22)

4

Kajian Fiskal Regional 2019

Provinsi DKI Jakarta

1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah

a. Tantangan dalam mengelola potensi ekonomi daerah

Untuk mengetahui potensi dari sektor-sektor perekonomian yang ada di Jakarta, dilakukan analisis dengan menggunakan metoda Shift Share yang melakukan penelitian terhadap pertumbuhan PDRB sektor ekonomi di DKI Jakarta pada kurun waktu 2011-2019. Selain itu dilakukan analisis untuk setiap Sektor Perekonomian Jakarta dengan menggunaan Analisis Input-Output, yang bertujuan mengetahui dampak dari suatu sektor terhadap perekonomian Jakarta (secara rinci dipaparkan pada Boks 1 dan 2).

Kedua metode analisis tersebut digunakan untuk mendapatkan hasil yang komprehensif, dimana metode shift share menganallisis berdasarkan pertumbuhan sektor, serta daya saingnya di tingkat nasional. Sedangkan analisis Input-Output melengkapi dengan melihat dari dampak suatu sektor terhadap sektor hulu, hilir, tingkat penyerapan tenaga kerjanya, serta pengaruh terhadap nilai tambah ke perekonomian Jakarta (PDRB).

1) Analisis Potensi Ekonomi Jakarta dengan metoda Shift Share :

 Sektor perekonomian yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat, dan juga mampu bersaing dengan sektor perekonomian dari wilayah lain (sektor progresif/maju), antara lain Sektor Informasi dan Komunikasi, Sektor Jasa Perusahaan, Sektor Transportasi dan Pergudangan, dan Sektor Penyedia akomodasi makan minum.

 Sektor perekonomian memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tapi tidak mampu bersaing dengan perekonomian dari wilayah lain adalah Sektor Konstruksi, Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, Sektor Jasa Lainnya, Sektor Jasa Pendidikan, Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, serta Sektor Jasa Kesehatan dan sosial.

 Sektor perekonomian di DKI Jakarta yang memiliki laju pertumbuhan yang lambat, tetapi sektor tersebut mampu bersaing dengan perekonomian dari wilayah lain adalah yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan Besar dan eceran, Sektor Real Estate,dan Sektor Pengadaan Listrik dan Gas.

 Sedangkan Sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan tidak mampu bersaing dengan wilayah lain adalah Sektor Pertanian Kehutanan Perikanan, Sektor Pertambangan dan Penggalian, dan Sektor Administrasi Pemerintah.

2) Analisis Perekonomian Jakarta dengan Analisis Input-Output

Berdasarkan analisis Input Output terhadap Sektor-sektor yang ada di DKI Jakarta dengan menggunakan Tabel Input-Output 17 sektor, didapatkan besarnya pengaruh setiap sektor terhadap perekonomian baik ke sektor hulu maupun ke hilir, dampaknya terhadap peningkatan nilai tambah perekonomian secara keseluruhan, serta penyerapan tenaga kerja. Sektor Kunci untuk DKI Jakarta dilihat dari derajat kepekaan tertinggi dan derajat penyerapan

(23)

tertinggi, artinya berdampak paling besar ke sektor hulu maupun hilirnya adalah Industri Pengolahan, Transportasi dan Pergudangan, serta Jasa Perusahaan. Namun jika dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan kepada keseluruhan perekonomian yang pada akhirnya berdampak signifikan terhadap PDRB adalah sektor pengadaan listrik dan gas, pertanian dan kehutanan, serta sektor real estate.

Dari kedua analisis tersebut, selain sektor-sektor kunci, juga terlihat sektor-sektor yang memiliki potensi besar terhadap perekonomian Jakarta. Sektor jasa memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, terlebih dengan berkurangnya proyek infrastruktur besar di Jakarta. Hal ini terlihat dari hasil analisis Input-Output dimana sektor Jasa Perusahaan merupakan sektor kunci yang memberikan kontribusi dalam penciptaan output baik ke sektor hulu maupun hilirnya.

Berdasarkan analisis Input-Output dengan menggunakan sektor-sektor dengan lebih terperinci (72 sektor), didapatkan sektor-sektor kunci yaitu industry tekstil, kertas, percetakan, bahan kimia, karet, industry logam dasar, computer, peralatan listrik, dan mesin, angkutan rel, angkutan darat, angkutan laut, dan jasa perusahaan. Dapat dikatakan bahwa sektor pariwisata juga harus menjadi perhatian Pemerintah dikarenakan masih menjadi sektor kunci DKI Jakarta selain industry pengolahan dan jasa. Sehingga dapat direkomendasikan agar Pemerintah dapat mengembangkan sektor jasa dan sektor pariwisata yang memberikan kontribusi terbesar dalam penciptaan output dan nilai tambah di dalam perekonomian DKI Jakarta”. Selain itu juga Pemerintah DKI Jakarta menghadapi tantangan lainnya yang signifikan mempengaruhi perekonomian DKI Jakarta yaitu:

1. Perpindahan Ibu kota RI ke Kalimantan Timur

Pemindahan ibu kota ini tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Pada 26 Agustus 2019, Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa ibu kota baru akan dibangun di wilayah administratif Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Pemindahan ibukota dari Jakarta ke Penajam tentunya akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap perekonomian Jakarta, dimana pusat pemerintahan akan berpindah yang mengakibatkan perpindahan ASN maupun pegawai lainnya dalam jumlah besar. Pemindahan ini akan berdampak pada berbagai sektor seperti Administrasi Pemerintahan, sektor Perdagangan, dan lainnya. Dari sisi penerimaan pajak juga akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan pajak Pemprov DKI Jakarta.

2. Berkurangnya dana transfer dari Pemerintah Pusat yang dapat menyebabkan defisit APBD dan perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta. Selama kurun waktu tiga tahun terakhir jumlah dana transfer yang diterima oleh Pemprov DKI Jakarta terus mengalami penurunan, terutama disebabkan menurunnya Dana Bagi Hasil.

(24)

6

Kajian Fiskal Regional 2019

Provinsi DKI Jakarta

3. Pengaruh virus corona di awal tahun 2020

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus menentukan kebijakan yang dapat mengantisipasi berkurangnya kunjungan wisatawan dan penurunan perdagangan baik Ekspor maupun Impor dari dan ke Tiongkok setelah adanya kebijakan pemerintah pusat untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran virus corona di Indonesia.

Pëmerintah harus dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta. Kebijakan yang tepat harus diambil dalam mengelola sektor yang laju pertumbuhannya cepat namun tidak mampu bersaing, serta mengelola sektor yang laju pertumbuhannya lambat agar dapat bersaing dengan wilayah lain.

b. Tantangan dalam menciptakan iklim dan potensi investasi yang kondusif

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dalam periode Januari s.d Desember 2019, investasi berdasarkan lokasi DKI Jakarta mencapai 15,3% dari total Investasi di Indonesia.Provinsi DKI Jakarta yang memperoleh investasi sebesar Rp123,9 Triliun. Menempati urutan kedua tertinggi setelah Provinsi Jawa Barat dalam hal jumlah investasi yang masuk dari dalam dan luar negeri dari total investasi di seluruh Indonesia yang sebesar Rp809,6 Triliun .

Investasi tersebut terdiri dari Rp62,1 Triliun investasi dalam negeri dan US$4,1 Billion (setara Rp61 Triliun) investasi dari luar negeri. Sementara dalam periode triwulan IV 2019, tercatat Investasi Dalam Negeri sebanyak 1.394 Proyek dengan nilai Rp20,47 Triliun dan investasi luar negeri sebanyak 2.819 Proyek dengan nilai US$520 Million.

Sebagai pusat pemerintahan, Provinsi DKI Jakarta selalu diramaikan aksi demonstrasi yang dapat mengancam iklim investasi di Jakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya. Untuk mengantisipasi aksi demo yang terkadang anarkistis, Pemprov DKI Jakarta sampai dengan Triwulan III 2019 merealisasikan dana APBD 2019 untuk Urusan Ketertiban dan Keamanan sebesar Rp1,68 triliun.

Pemprov DKI Jakarta terus berupaya berinovasi untuk membuat iklim investasi semakin baik. Salah satunya dengan membuat Jakarta Investment Center (JIC). JIC merupakan bagian dari optimalisasi Mal Pelayanan Publik di bidang penanaman modal melalui sistem satu pintu, bertujuan untuk meningkatkan investasi di DKI Jakarta baik melalui PMA (Penanaman Modal Asing) maupun PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) serta menciptakan iklim investasi yang kondusif. 123.9 137.5 59.5 58.5 48.7 381.5

GRAFIK 1.1 PERBANDINGAN JUMLAH INVESTASI PROVINSI DI INDONESIA (DALAM TRILIUN

RUPIAH

DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Banten Lainnya Sumber : BKPM

(25)

c. Tantangan Birokrasi dan Pelayanan Perizinan

Dalam rangka reformasi birokrasi, Pemprov DKI Jakarta dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi DKI Jakarta telah meraih Apresiasi dan Penganugerahan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK). Pemprov DKI Jakarta juga menerapkan inovasi layanan dalam Perizinan melalui “Geo 3 Augmented Realty” yang merupakan aplikasi untuk melihat peta investasi di Jakarta sehingga investor dapat melihat potensi lahan untuk dijadikan tempat investasi yang sesuai dengan minat investor.

1.3.2. Tantangan Sosial Kependudukan

Kota Jakarta sebagai ibukota negara dihuni oleh penduduk yang beraneka ragam suku dan agama (multi etnis) dengan latar belakang adat-istiadat dan kualitas SDM yang bervariasi, sehingga masyarakatnya sangat kompleks dan heterogen. Penduduk DKI Jakarta pada 2019 diproyeksikan mencapai 10,5 juta jiwa. Angka tersebut meningkat 0,73% dari jumlah penduduk pada 2018 yang sebanyak 10,47 juta jiwa. Jumlah penduduk perempuan di Jakarta pada tahun 2018 sebanyak 5,2 juta jiwa sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5,3 juta jiwa.

Tabel. 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan

Kab/Kota Jumlah Pendudu k 2018 (ribu) Proyeksi Jumlah Penduduk 2019 (ribu) Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun Persentas e Penduduk Kepadatan Penduduk per km2 Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kep Seribu 24.13 24.29 1.69 0.23 2774 98.86 Jakarta Selatan 2246.14 2264.79 1.06 21.46 15900 100.04 Jakarta Timur 2916.02 2937.86 0.98 27.86 15508 101.4 Jakarta Pusat 924.69 928.11 0.29 8.83 19212 99.37 Jakarta Barat 2559.36 2589.93 1.43 24.45 19757 101.73 Jakarta Utara 1747.31 1812.92 1.1 17.17 12255 98.04 DKI Jakarta 10467.63 10557.81 1.07 100 15804 100.42

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta

Struktur penduduk Provinsi DKI Jakarta menunjukkan dominasi penduduk usia produktif sebanyak 7.4 juta jiwa atau sebesar 70.48 persen dari total penduduk, apabila dikelola dengan baik, penduduk usia produktif ini dapat menjadi kekuatan dari Provinsi DKI Jakarta untuk

Petugas menunjukkan Sistem Satu Pintu di JIC Mal Pelayanan Publik. Foto: Dok. Pemprov DKI

(26)

8

Kajian Fiskal Regional 2019

Provinsi DKI Jakarta

membangun perekonomian. Namun, bila kelompok usia produktif ini tidak berkualitas dan tidak kreatif maka akan menjadi beban Pemerintah Daerah DKI Jakarta karena tidak mampu bersaing secara global serta menambah jumlah pengangguran.

Permasalahan DKI Jakarta sebagai kota metropolitan adalah menjadi daerah tujuan mobilitas penduduk, baik mobilitas permanen (migrasi) maupun mobilitas non permanen (komuter dan sirkuler). Namun sejalan dengan pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang menghubungkan lalu lintas kota Jakarta dengan kota-kota penyangga ibukota, mobilitas yang terjadi beralih menjadi mobilitas non permanen (ulang alik/commuting). Hasil Survei Komuter Jabodetabek 2019 yang dilakukan BPS Provinsi DKI Jakarta, di tahun 2019 penduduk luar Jakarta (Bodetabek) yang datang ke Jakarta mencapai 1,2 juta orang per hari.

a. Adat istiadat dan pola sosial masyarakat DKI Jakarta

Suku Betawi merupakan cikal bakal masyarakat Provinsi DKI Jakarta. Suku Betawi memiliki Kebudayaan Betawi yang unik, yang mengintegrasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga Islam menjadi jati diri orang Betawi. Ajaran itu dinyatakan dalam kesenian, kesusasteraan, kenaskahan dan adat istiadat. Agar tetap terjaga kelestariannya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melindungi Budaya Betawi dengan Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi.

b. Tingkat pendidikan :

IPM Provinsi DKI Jakarta sebesar 80,76 pada tahun 2019 merupakan nilai tertinggi diantara 34 provinsi di Indonesia, bahkan berada di atas IPM Indonesia yang sebesar 71,92. Adapun komponen IPM tersebut terdiri dari:

a. Angka Harapan Hidup (AHH) mencapai 72,79 tahun, sedangkan capaian AHH pada level nasional adalah sebesar 71,34 tahun yang menunjukkan bahwa derajat kesehatan penduduk di DKI Jakarta telah melampaui standar nasional.

b. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) mencapai 12,95 tahun dengan rata-rata lama sekolah (RLS) 11,06 tahun.

c. Pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan adalah sebesar Rp18,53 juta/tahun.

Capaian IPM Provinsi DKI Jakarta 80,76 tumbuh sebesar 0,29 poin dibandingkan tahun 2018, lebih rendah daripada IPM nasional yang tumbuh 0,82 persen. Hal ini disebabkan komponen HLS dan RLS DKI Jakarta tahun 2019 hanya tumbuh sebesar 0,70 persen dan 0,27 persen yang ditenggarai oleh meningkatnya angka putus sekolah tingkat sekolah kejuruan atau SMK di DKI Jakarta sebesar 25,28 persen, walaupun ada program sekolah gratis hingga tingkat SMA/SMK dan Kartu Jakarta Pintar (KJP). Namun demikian, angka IPM Jakarta merupakan yang tertinggi di Indonesia, dan satu-satunya yang termasuk dalam kategori “tinggi”.

(27)

1.3.3. Tantangan Geografi Wilayah

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 171 Tahun 2007 tentang Penataan, Penetapan dan Luas Wilayah Kelurahan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, secara geografis luas wilayah DKI Jakarta adalah seluas 7.660 km2, dengan luas daratan sebesar 662 km2 (termasuk 110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu) dan luas lautan sebesar 6.998 km2. Luas lautan yang lebih besar dari daratan merupakan potensi alam yang sangat besar apabila dioptimalkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kota administrasi dan satu Kabupaten administratif. Kota administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km2, Jakarta Utara dengan luas 142,20 km2, Jakarta Barat dengan luas 126,15 km2, Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km2, dan Kota administrasi Jakarta Timur dengan luas 187,73 km2, serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2.

Adapun mata pencaharian penduduk DKI Jakarta terdiri dari 20 jenis pekerjaan yang dominan antara lain : Karyawan, Pelajar/Mahasiswa, Mengurus Rumah Tangga, Belum/Tidak Bekerja, Wiraswasta, Buruh, PNS, Pensiunan, Pedagang, Guru, TNI, Sopir, Karyawan BUMN, Dokter, Polisi, Pelaut, Nelayan, Dosen, dan Perawat.

Sebagian besar karakteristik wilayah Provinsi DKI Jakarta berada di bawah permukaan air laut pasang. Kondisi tersebut mengakibatkan sebagian wilayah di Provinsi DKI Jakarta rawan genangan, baik karena curah hujan yang tinggi maupun karena semakin tingginya air laut pasang (rob). Karakteristik ini merupakan ancaman bagi Provinsi DKI Jakarta sehingga harus diantisipasi agar tidak menghambat laju perekonomian.

Provinsi DKI Jakarta melaksanakan kerjasama kewilayahan dengan daerah sekitar yaitu Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota/Kab.Tangerang, Kota/Kab Bekasi, dan Kab Cianjur untuk mengantisipasi dan mengatasi permasalahan geografis tersebut.

(28)

c

BOKS 1

Analisis Input Output Terhadap Sektor-Sektor

Perekonomian

Provinsi DKI Jakarta

Analisis Input Output untuk 17 Sektor

Berdasarkan analisis Input Output terhadap Sektor-sektor yang ada di DKI Jakarta dengan menggunakan Tabel Input-Output 17 sektor, didapatkan besarnya pengaruh setiap sektor terhadap perekonomian baik ke sektor hulu maupun ke hilir, serta dampaknya terhadap peningkatan nilai tambah perekonomian secara keseluruhan, serta penyerapan tenaga kerja (Lampiran BAB 1 Tabel 1.3.). Sektor Kunci untuk DKI Jakarta adalah sektor yang memiliki derajat kepekaan tertinggi dan derajat penyerapan tertinggi, artinya berdampak tinggi ke sektor hulu maupun hilirnya adalah Industri Pengolahan, Transportasi dan Pergudangan, serta Jasa Perusahaan

Tabel Hasil Analisis Input-Output terhadap Lapangan Usaha DKI Jakarta

Terdapat tiga sektor yang mempunyai keterkaitan langsung ke depan (Forward Linkage) dan Derajat Penyebaran tertinggi yaitu Industri Pengadaan Listrik dan Gas dengan angka 2.42, Jasa Perusahaan sebesar 2,107 dan Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,905. Angka keterkaitan tersebut menunjukkan besarnya pengaruh dari masing-masing sektor tersebut dalam menaikkan output pada sektor-sektor yang ada di hilir apabila ada kenaikan nilai tambah sebesar Rp 1,- pada sektor tersebut.

Selanjutnya jika dilihat sektor dengan derajat kepekaan tertinggi atau keterkaitannya langsung ke sektor hulu (Backward Linkage), terdapat tiga sektor dengan angka terbesar yaitu Konstruksi sebesar 2,521, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 2,370 dan sektor Industri Pengolahan sebesar 2,296. Angka Backward linkage menunjukkan apabila ada kenaikan nilai tambah sektor tersebut sebesar Rp 1,- maka akan menaikkan output seluruh sektor yang ada di hilir sebesar angka backward linkage-nya

No. Sektor

Backwa rd Linkage

Forward

Linkage IBL IFL

Value Added Penyerapan Tenaga Kerja per miliar Rp 1

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 1,704 1,873 0,875 1,166 0,95831 8,485138 2 Pertambangan dan Penggalian 1,497 1,905 0,769 1,186 0,95723 6,004026 3 Industri Pengolahan 2,296 1,710 1,179 1,064 0,91089 3,902915 4 Pengadaan Listrik dan Gas 1,700 2,420 0,873 1,506 0,97267 0,904308 5

Pengadaan Air, Sampah dan

Limbah 1,633 1,738 0,838 1,082 0,21026 11,884709

6 Konstruksi 2,521 1,216 1,294 0,757 0,90880 2,873271 7 Transportasi dan Pergudangan 2,265 1,810 1,163 1,127 0,46549 5,952638 8 Real Estate 1,780 1,449 0,914 0,902 0,95667 1,904885 9 Jasa Perusahaan 1,961 2,107 1,007 1,312 0,89862 2,59412 10 Jasa Kesehatan 2,370 1,130 1,217 0,704 0,92124 5,414529 11 Jasa Lainnya 1,863 1,111 0,956 0,691 0,94307 9,209799 Keterangan: Sektor kunci

Nilai tambah tertinggi

Penyerapan TK tertinggi Linkage tertinggi

(29)

Jika dilihat dari pengaruh dari suatu sektor terhadap nilai tambahnya ke perekonomian, maka sektor yang memiliki dampak terbesar adalah Sektor Pëngadaan Listrik dan Gas sebesar 0,97267, Sektor Pertanian dan Kehutanan sebesar 0.95833 dan Sektor Real Estate sebesar 0.95667. Angka ini menunjukkan besarnya nilai tambah dari sektor tersebut kepada seluruh sektor dalam perekonomian ketika terdapat kenaikan Rp 1,- pada final demand di sektor tersebut.

Adapun penyerapan tenaga kerja tertinggi terdapat pada Sektor Pengadaan air dan pengolahan sampah yang menyerap tenaga kerja sebesar 11.885 orang, Sektor Jasa Lainnya sebesar 9.209 orang, Pertanian, kehutanan dan Perikanan : 8.485 orang untuk setiap Rp 1 triliun yang digelontorkan di sektor tersebut. Sedangkan sektor yang memiliki penyerapan terendah terhadap tenaga kerja adalah sektor Pengadaan Listrik dan Gas hanya menyerap 904 orang dan sektor Informasi dan Komunikasi yang hanya menyerap 1.672 orang untuk setiap penambahan Rp 1 triliun.

Analisis Input Output untuk 72 Sektor

Jika dianalisis dengan rincian sektor yang lebih detil, maka sektor yang memiliki forward linkage tertinggi adalah Pertambangan Lainnya sebesar 3,049, sektor Perkebunan Semusim sebesar 2,785 dan sektor Perkebunan Tahunan sebesar 2,489.

Sedangkan sektor dengan nilai backward linkage tertinggi adalah Industri Makanan Lainnya sebesar 2,53, Industri Bangunan dan Gedung Sipil serta Sektor Instalasi Gedung dengan nilai masing-masing sebesar 2,52. Adapun jika dilihat secara lebih menyeluruh baik pengaruhnya ke hulu maupun ke hilir, sektor-sektor kunci dalam 72 sektor adalah industry tekstil, kertas, percetakan, bahan kimia, karet, industry logam dasar, computer, peralatan listrik, dan mesin, angkutan rel, angkutan darat, angkutan laut, dan jasa perusahaan. Sedangkan industry yang memberikan nilai tambah lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya adalah industry batubara dan pertambangan lainnya.

(30)

BAB II

Perkembangan dan Analisis

Ekonomi Regional

(31)

BAB II

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

EKONOMI REGIONAL

2.1. INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL 2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto

DKI Jakarta menjadi provinsi dengan kemampuan sumber daya ekonomi terbesar di Indonesia dengan nilai PDRB Rp2.840,83 triliun atas dasar harga berlaku (ADHB) atau sebesar Rp1.838,50 triliun atas dasar harga konstan (ADHK) pada tahun 2019 menjadi penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yaitu sebesar 17,67%, disusul Jawa Timur sebesar 14,63% dan Jawa Barat sebesar 13,22%. Sedangkan secara spasial, Jakarta menyumbangkan 29,94% dari total PDRB pulau Jawa.

Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2019 mencapai 5,89% (c-to-c), lebih cepat dibandingkan pertumbuhan nasional yang sebesar 5,02% dan lebih cepat dari pertumbuhan pulau Jawa sebesar 5,52%, namun melambat dibandingkan pertumbuhan DKI Jakarta pada tahun 2018 yang sebesar 6,17%. Konsumsi Rumah Tangga memberikan sumbangan tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Jakarta sebesar 3,47 poin. Dari sisi lapangan usaha Informasi dan Komunikasi memberikan sumbangan tertinggi sebesar 1,26 poin.

Perlambatan perekonomian Jakarta tahun 2019 disebabkan menurunnya kinerja sektor industri pengolahan secara signifikan dimana mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2019 sebesar -1,22% dibandingkan tahun sebelumnya tumbuh 5,68%. Hal ini disebabkan oleh penurunan pada industri alat angkutan yang menjadi salah satu andalan di Jakarta. Demikian juga sektor Konstruksi dan Perdagangan Besar yang juga mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

Dilihat dari sisi pengeluaran, melambatnya pertumbuhan ekonomi disebabkan penurunan pada kinerja ekspor dimana laju pertumbuhan turun 9,64 poin dibandingkan tahun sebelumnya. yang disebabkan oleh penurunan pada transaksi ekspor barang dan jasa luar negeri.

Dari sisi penawaran, sektor Perdagangan, Industri Pengolahan dan Konstruksi masih menjadi tiga sektor utama, sedangkan dari sisi permintaan, tiga komponen pengeluaran dengan share terbesar adalah pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Investasi, dan Ekspor.

(32)

11

Kajian Fiskal Regional 2019

Provinsi DKI Jakarta

Grafik 2.1

Perkembangan Nilai PDRB DKI Jakarta ADHB dan ADHK Tahun 2015 s.d. 2019

sumber: jakarta.bps.go.id

Dalam lima tahun terakhir, nilai PDRB DKI Jakarta baik berdasar ADHB maupun ADHK menunjukkan tren meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan 6,01% per tahun (rata-rata 5 tahun).

Grafik 2.2

Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB 2010 s.d. 2019 (c-to-c dalam %)

sumber: jakarta.bps.go.id

Perekonomian DKI Jakarta dalam kurun waktu tahun 2010 s.d. 2019 tumbuh lebih cepat atau berada di atas pertumbuhan nasional dan pada tahun 2019.

Secara sektoral Pulau Jawa dan Bali, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta 2019 tercatat nomor dua tertinggi setelah Yogyakarta yang tercapai sebesar 6,60%. Yogyakarta memiliki pertumbuhan lebih tinggi salah satunya disebabkan adanya pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta (BIY) di Kulon Progo. Namun pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta masih relatif tinggi dibandingkan daerah lainnya dikarenakan konsumsi rumah tangga yang masih terjaga baik serta adanya pemilihan umum serentak legislatif, presiden dan wakil presiden pada tahun 2019. Secara spasial, DKI Jakarta memberikan kontribusi tertinggi baik terhadap Pulau Jawa sebesar 29,94% maupun terhadap 34 provinsi di Indonesia sebesar 17,67%.

6.53 6.73 6.53 6.07 5.91 5.91 5.876.2 6.17 5.89 6.1 6.17 6.03 5.56 5.01 4.88 5.03 5.07 5.17 5.02 500 1000 1500 2000 4.5 5 5.5 6 6.5 7 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

PDRB-ADHK DKI Nasional

5.89

5.07 5.41 5.52 5.53 6.60

5.63

Laju Pertumbuhan ekonomi Jawa dan Bali tahun 2019

1989 2159 2365 2599 2840 1455 1539 1635 1736 1838 2015 2016 2017 2018 2019 (Tr ili u n )

PDRB ADHB dan ADHK

Harga Berlaku Harga Konstan Linear (Harga Berlaku)

DKI; 17.67% Jawa Timur; 14.63% Jawa Barat; 13.22% Jawa Tengah; 8.47% 30 Provinsi Lain; 46.01%

Distribusi PDRB Per Provinsi Berdasarkan ADHB 2019

(33)

Tabel 2.1

PDRB Enam Provinsi di Pulau Jawa

PROVINSI Nominal PDRB (dlm jt) Pertumbuhan (c-to-c)

Kontribusi

ADHB ADHK thd Pulau Thd 34 Provinsi Pulau Jawa 9.487 6.535 5,52 100,00 59,00 1 DKI Jakarta 2.480 1.838 5,89 29,94 17,67 2 Jawa Barat 2.125 1.491 5,07 22,40 13,22 3 Jawa Tengah 1.362 992 5,41 14,36 8,47 4 DI Yogyakarta 141 104 6,60 1,49 0,88 5 Jawa Timur 2352 1.650 5,52 24,80 14,63 6 Banten 665 458 5,53 7,01 4,14 sumber: jakarta.bps.go.id

1. Sisi Penawaran / Lapangan Usaha a. Pertumbuhan Ekonomi

Pada tahun 2019 dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi terdapat pada lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 12.23%, diikuti Informasi dan Komunikasi sebesar 11,59% dan Jasa Perusahaan sebesar 11,21%. Lapangan usaha Informasi dan Komunikasi (Infokom) memberikan sumbangan tertinggi terhadap PDRB sebesar 1,26 poin, diikuti Jasa Perusahaan 0,9 poin, Perdagangan dan Jasa Keuangan Asuransi masing-masing sebesar 0,89 poin.

Sementara itu lapangan usaha yang mengalami penurunan kinerja pada tahun 2019 adalah industri Pengolahan yang tercatat tumbuh negatif sebesar -1,22%, Perdagangan yang turun 10,52% dibanding tahun sebelumnya. Hal ini selaras dengan realisasi penjualan wholesale kendaraan di Jakarta tahun 2019 yang tumbuh negatif yaitu -11,32% (c to c).

b. Nominal PDRB

Dari sisi Lapangan Usaha, sektor Perdagangan, Industri Pengolahan, dan Konstruksi masih menempati tiga share terbesar. Namun ketiga sektor ini memiliki pertumbuhan yang cukup rendah, sektor industri pengolahan yang tumbuh negatif 1,22% dan konstruksi yang hanya tumbuh 1,79%. Sektor perdagangan relatif tumbuh stabil dalam 3 tahun terakhir di kisaran 5%. Peran Pemerintah melalui alokasi dana baik APBN maupun APBD terdapat pada lapangan usaha Administrasi Pemerintahan yang masih termasuk sepuluh sektor utama, namun dari total share terhadap PDRB, Administrasi Pemerintahan hanya menyumbang rata-rata 5% dalam tiga tahun terakhir (lampiran tabel 2.1).

Grafik 2.3 Share Lapangan Usaha pada PDRB tahun 2019

Sumber: jakarta.bps.go.id Perdagangan 17.14 Industri Pengolahan 12.21 Konstruksi 11.61 J.Keu … J.Perush 8.97 Lainnya 39.62

100

(34)

13

Kajian Fiskal Regional 2019

Provinsi DKI Jakarta

2. Sisi Permintaan/Pengeluaran a. Pertumbuhan Ekonomi

Dari sisi pengeluaran terdapat tiga komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu komponen pengeluaran Konsumsi LNPRT yang tumbuh 11,52%, disusul komponen Konsumsi Rumah Tangga sebesar 5,98%, dan PMTB 1,29%.

Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB sebesar 3,47 poin, diikuti PMTB 0,55 poin dan Pengeluaran LNPRT sebesar 0,24 poin terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu hampir seluruh komponen pengeluaran mengalami penurunan kecuali Konsumsi LNPRT yang tumbuh sebesar 11,52% meningkat dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 8,34%. Penurunan Impor secara keseluruhan memberikan sumbangan yang sangat signifikan terhadap ekonomi DKI Jakarta yaitu sebesar 4,10 poin.

b. Nominal PDRB

Grafik 2.4 Share Sisi Pengeluaran 2019

Share Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap PDRB tahun 2017-2019 (lampiran tabel 2.2) masih tergolong kecil, hanya 12-13%, dan pada tahun 2019 tercapai 13,11%. Pertumbuhan masih sangat tergantung pada Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga yang memiliki kontribusi 60,52%, tingkat investasi juga berperan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi sebesar 36,98%, sedangkan besarnya ekspor masih lebih tinggi dibanding impor dengan selisih sebesar 12,96%.

sumber: jakarta.bps.go.id

1) Analisis Sektor-Sektor Unggulan di Prov. DKI Jakarta

Untuk mengetahui sektor kunci di DKI Jakarta, dilakukan analisis terhadap 72 sektor perekonomian yang ada di DKI Jakarta berdasarkan tabel I-O BPS Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012 menjadi 17 sektor. Hasil pengolahan data didapatkan Sektor Kunci untuk DKI Jakarta yang memiliki derajat kepekaan tertinggi dan derajat penyerapan tertinggi, artinya berdampak tinggi ke sektor hulu maupun hilirnya yaitu Industri Pengolahan, Transportasi dan Pergudangan, serta Jasa Perusahaan. Namun jika dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan kepada keseluruhan perekonomian yang pada akhirnya berdampak signifikan terhadap PDRB adalah pengadaan listrik dan gas, pertanian dan kehutanan, serta real estate. Adapun sektor yang memiliki penyerapan tenaga kerja terbesar adalah Pengadaan air, sampah ; sektor Jasa Lainnya, serta sektor Pertanian

PK-RT 60.52 PK-LNPRT 2.14 PKP 13.11 PMTB3 6.98 Net Ekspor -12.96

100

(35)

2) Analisis Kemandirian Daerah dan Prospek Ekonomi Provinsi di Indonesia

Untuk mengetahui tingkat kemandirian provinsi DKI Jakarta, maka dilakukan penelitian kemandirian dan prospek ekonomi Provinsi di Indonesia menggunakan metode analisis share dan growth dan variabel yang digunakan adalah PAD, DBH, dan Belanja Daerah dengan time series 2014-2019. Dari penelitian didapatkan hasil bahwa Provinsi DKI Jakarta tercatat sebagai provinsi dengan nilai share paling tinggi sebesar 94,96% yang artinya bahwa kemampuan APBD Provinsi DKI Jakarta dalam membiayai seluruh total belanjanya mencapai 94,96% sementara ketergantungan terhadap alokasi bantuan pemerintah pusat hanya sebesar 5,04%. Sedangkan Growth bernilai negatif disebabkan dana Transfer dari Pemerintah Pusat berupa Dana Bagi Hasil (DBH) yang semakin menurun dari tahun ke tahun.

c. PDRB Per Kapita

Pendapatan per kapita DKI Jakarta pada tahun 2019 tercapai sebesar Rp269,07 juta, meningkat 8,4% dari tahun sebelumnya, dan hampir lima kali lipat dari pendapatan per kapita nasional yang mencapai Rp59,10 juta.

Grafik 2.5

Perkembangan PDRB Perkapita DKI Jakarta, Nasional, dan Provinsi Lain (dalam juta)

sumber: jakarta.bps.go.id

Jakarta memiliki nilai PDRB Per Kapita yang sangat besar jika dibandingkan dengan provinsi pada tingkat kawasan maupun pada tingkat nasional. Besarnya nilai ini menandakan tingginya pendapatan di DKI Jakarta secara rata-rata penduduk yang didorong oleh tingginya pertumbuhan beberapa sektor lapangan usaha.

Perkembangan PDRB Perkapita di DKI Jakarta setiap tahun selalu meningkat sebesar 15,7% dalam 10 tahun terakhir, hal ini selaras juga dengan pertumbuhan salah satu indikator kesejahteraan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di DKI Jakarta yang juga meningkat setiap tahunnya.

1) Analisis Pengaruh PDRB Perkapita terhadap IPM

Untuk melihat pengaruh peningkatan PDRB Perkapita terhadap IPM maka dilakukan penelitian Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhapap IPM melalui PDRB Perkapita dengan data time

111.53125.53 138.86155.15 174.91195.46 211.83232.34 248.31269.07 27.1 30.8 35.1138.2841.8145.1247.96 51.8956.0059.10 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 DKI Nasional 232.3 248.3 269.0 51.90 56.00 59.10 37.23 40.31 43.09 34.22 36.78 39.24 47.98 51.42 55.05 2017 2018 2019

Gambar

Tabel  Hasil  Analisis Input-Output terhadap Lapangan Usaha DKI Jakarta
Grafik 2.8 Suku Bunga dan Inflasi  Tahun 2019
Tabel 2.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) DKI Jakarta Menurut Komponen, 2017-2019
Grafik 2.16    : Perkembangan TPT menurut  jenjang Pendidikan yang ditamatkan (%) Grafik 2.15    : Perkembangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga untuk meningkatkan populasi dan performan reproduksi ternak lokal yang ada di provinsi Riau, perlu dilakukan perbandingan kualitas semen, kualitas hijauan

sendiri menurut Tim Shariate Economics Lecture ( 2006:50) didefinisikan sebagai partnership antara dua belah pihak atau lebih dalam satu proyek, masing – masing pihak

Perancangan kampanye “Cara Pintar Dalam Berhemat Listrik Prabayar” ini memiliki konsep yaitu sebuah kampanye hemat energi yang dapat merangkul konsumen listrik

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa moral reasoning dan ethical sensitivity memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi, tetapi

Berdasarkan pernyataan tersebut maka masalah yang menjadi acuan penelitian ini adalah kemampuan menulis siswa kelas X di SMK YAPIM Biru-biru yang masih rendah

Sehingga baik metode, output maupun indeks validitasnya, dapat dibandingkan dengan kasus lain yang berbeda, untuk menguji apakah memang kriteria- kriteria tersebut lebih baik jika

produk yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa atribut produk motor merek Honda jenis Vario yang lebih dominan mempengaruhi persepsi konsumen saat ini adalah

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan