• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 133-136)

BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA

6.3. TANTANGANFISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG

6.3.2 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah

5,89 2,76 - 2,76 15,35 12,40 - 12,40 2,95 - 2,95 18,98 16,86 - 16,86 2,12 - 2,12 21,40 18,26 - 18,26 3,14 - 3,14 14,55 11,69 - 11,69 2,79 1,23 1,56

Tren penyaluran TKDD Provinsi DKI Jakarta 2015-2018 mengalami peningkatan signifikan, namun pada tahun 2019 turun 32, 01% disebabkan tidak tersalurnya DBH.

6.3.2. Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah a. Optimalisasi Pajak Daerah

Kondisi fiskal di Provinsi DKI Jakarta menunjukkan Kemandirian Fiskal yang sangat tinggi, dengan kontribusi realisasi pendapatan APBD terhadap PDRB DKI Jakarta 2017-2019 yang stabil di kisaran rata-rata 2,46%. Adapun PDRB Provinsi DKI Jakarta rata rata berkontribusi sebesar 17,70% terhadap PDB Indonesia.

Tabel 6.6. Perbandingan Pendapatan APBD/APBN terhadap PDRB/PDB (dalam Triliun Rupiah)

APBD PDRB % APBN Nasional PDB %

2017 2018 2019 64,80 T 61,24 T 62,38 T 2.365,3 T 2.599,3 T 2.840,3 T 2,74 2,36 2,28 1.655,8 T 1.942,3 T 1.957 T 13.388 T 14.837,4 T 15.883,9 T 12,37 13,09 12,32 Sumber : Pemprov DKI Jakarta dan BPS (diolah)

Tren Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terus meningkat, yaitu pada Tahun 2017, peranan PAD terhadap APBD DKI Jakarta 66,4%, sedangkan pada tahun 2018 naik menjadi 67,5%, dan pada Tahun 2019, naik signifikan menjadi 73,96%. PAD Tahun 2019 didominasi oleh Pajak Daerah yang mencapai 87,34% dari total PAD dan berkontribusi 64,61% terhadap total pendapatan daerah. Terdapat jenis pajak daerah yang tumbuh dengan baik per 23 Desember 2019 yaitu Pajak Bumi dan Bangunan yang mencapai 9,4 trilun dan Pajak Kendaraan Bermotor yang mencapai 8,6 triliun. Dalam KUA-PPAS 2020 terdapat lima sektor pajak yang harus dinaikkan realisasi penerimaannya adalah bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) , pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB), pajak hotel, pajak parkir, dan pajak bumi dan bangunan (PBB).

100

Kajian Fiskal Regional 2019

Provinsi DKI Jakarta

b. Optimalisasi Retribusi Daerah

Peranan Retribusi Daerah pada tahun 2019 masih relatif kecil (1,28% dari total PAD), dengan jumlah yang sedikit meningkat (1,62%) dibandingkan tahun sebelumnya. Masih terdapat beberapa jenis retribusi daerah yang potensial untuk dikembangkan.

Tabel 6.7. Retribusi dengan share terhadap PAD (dalam miliar rupiah)

Jenis Retribusi 2018 2019

Jumlah Share atas PAD Jumlah Share atas PAD Kenaikan/Turun

Total Retribusi Daerah 578,55 1,34% 587,91 1,28% 1,62%

Total PAD 43.327 46.140 6,5%

Permasalahan Retribusi Daerah : - Penentuan tarif retribusi

- Pemungutan Retribusi Daerah yang masih manual

- Kurangnya koordinasi antar SKPD Pemberi layanan dengan Badan Pendapatan

- Beberapa kebijakan yang berpengaruh terhadap penurunan capaian terhadap penerimaan Retribusi Daerah adalah : Adanya kebijakan Pemerintah yang menghapus beberapa jenis Retribusi Daerah, seperti Retribusi Izin Undang Undang Gangguan, Retribusi Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan dan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi serta sarana dan prasarana pemungutan Retribusi Daerah yang sudah tidak layak digunakan, namun belum dilakukan perbaikan/peremajaan.

c. Belanja Daerah

Untuk mendukung Sektor-Sektor unggulan dan potensial daerah, Pemprov DKI Jakarta telah mengalokasikan dana dalam APBD antara lain dalam :

1) Sektor Perdagangan mendapatkan perhatian dengan alokasi Belanja Urusan Perdagangan, dialokasikan sebesar Rp43,81 miliar, naik 11,69% dibandingkan tahun 2018.

2) Sektor Industri Pengolahan mendapatkan perhatian dengan alokasi Belanja Urusan Perindustrian dialokasikan sebesar Rp88,41 miliar, meningkat 60,56% dibandingkan tahun 2018.

3) Sektor Informasi dan Komunikasi mendapatkan perhatian dengan alokasi Belanja Urusan Komunikasi dan Informatika sebesar Rp476,59 miliar, meningkat 78,32% dibandingkan tahun 2018.

4) Sektor Pariwisata mendapatkan perhatian dengan alokasi Belanja Urusan Pariwisata sebesar Rp351,32 miliar, meningkat 44,86% dibandingkan tahun 2018.

5) Sektor Kelautan dan Perikanan mendapatkan perhatian dengan alokasi Belanja Urusan Kelautan dan Perikanan sebesar Rp193,69 miliar, meningkat 63,90% dibandingkan tahun 2018.

6) Sektor Kehutanan mendapatkan perhatian dengan alokasi Belanja Urusan Kehutanan sebesar Rp3,37 triliun, meningkat 5,65% dibandingkan tahun 2018.

7) Sektor Pertanian mendapatkan perhatian dengan alokasi Belanja Urusan Pertanian sebesar Rp182,31 miliar, meningkat 108,57% dibandingkan tahun 2018.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga telah memenuhi mandatory spending pada APBD 2019, yaitu:

1) Anggaran pendidikan dari APBD Pemprov DKI Jakarta setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan peningkatan besaran APBD. Dalam APBD 2018, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar Rp15,46 Triliun (20.62%), sedangkan pada APBD 2019 dialokasikan sebesar Rp15.68 Triliun (20,14%). Peningkatan anggaran pendidikan tersebut secara umum telah berhasil meningkatkan capaian indikator pendidikan yang antara lain ditunjukkan melalui meningkatnya Indeks Pembangungan Manusia Tahun 2019 menjadi 80,79.

2) Belanja Kesehatan 10%, dipenuhi Pemprov DKI Jakarta dengan mengalokasikan Urusan Kesehatan sebesar Rp9,48 triliun (12,18%) pada APBD 2019. Namun masih menghadapi beberapa tantangan dalam pembangunan kesehatan, antara lain kesenjangan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan antar wilayah, yang tercermin dari rasio ketersediaan dokter dan distribusi fasilitas kesehatan yang belum merata terutama di Kepulauan Seribu; penguatan untuk penanganan stunting, imunisasi,promotif dan preventif; dan sinergi antar program serta antara Pusat dan Daerah perlu terus ditingkatkan.

3) Belanja Infrastruktur dipenuhi Pemprov DKI Jakarta dengan mengalokasikan Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebesar 8,28 triliun, Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman sebesar Rp1,82 triliun, Urusan Perhubungan sebesar Rp1,64 triliun, dan Urusan Kewilayahan sebesar Rp5,67 triliun. Total Belanja infrastruktur tersebut adalah 17,41% dari APBD 2019.

Fokus Belanja Pemerintah Daerah yang mendukung sektor-sektor lapangan usaha unggulan dan pemenuhan mandatory spending tersebut seharusnya dapat memperluas kesempatan kerja, Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat, mengentaskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan antar kelompok masyarakat, dan memperbaiki dan meningkatkan kualitas layanan publik.

Pemprov DKI Jakarta dapat merealisasikan belanja yang efisien dan berkualitas dapat diwujudkan melalui Penetapan Perda APBD secara tepat waktu, Optimalisasi dana melalui penetapan Standar Biaya Masukan yang wajar dan menguntungkan bagi kas daerah, Perencanaan dan pengawasan keuangan daerah yang lebih baik melalui Government: E-Planning, E-Budgeting, dan E-Procurement, serta pengaturan revisi anggaran yang lebih fleksibel sehingga anggaran dapat diserap dengan optimal.

102

Kajian Fiskal Regional 2019

Provinsi DKI Jakarta

d. Optimalisasi Pembiayaan

Pemerintah daerah dapat menggunakan instrumen pembiayaan kreatif untuk akselerasi pembangunan daerah, melalui mekanisme pinjaman dari bank atau non bank, termasuk Regional Infrastructure Development Fund (RIDF) dari PT. SMI, penerbitan obligasi daerah, pengembangan KPBU, dan pemanfaatan Pembiayaan Investasi Non-Anggaran (PINA). e. Sinergi dengan Proyek Strategis Nasional

Sinergi antara program daerah dan proyek strategis nasional telah dilakukan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di DKI Jakarta dengan didukung pengelolaaan keuangan daerah yang efisien, efektif, dan produktif, antara lain terlaksananya Proyek MRT Jakarta , Proyek LRT terintegrasi Jakarta, Bogor, Depok , dan Bekasi , Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek, dan Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung.

f. Sinergi Pembangunan DKI dengan daerah lain

Sebagai Kota Metropolitan, Provinsi DKI Jakarta memerlukan sinergi pembangunan dengan daerah lain meliputi Pengelolaan Banjir, Transportasi, Pengelolaan sampah dan limbah, Penyediaan Air Bersih, Ketahanan Pangan, Perumahan, Ketenagakerjaan, Kesehatan, Pendidikan, Agribisnis, Kependudukan, serta Pusat perdagangan dan jasa. Sinergi tersebut diwujudkan melalui pembentukan forum Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP) antara Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, dan Provinsi Jawa Barat untuk mempercepat penyelesaian pembangunan daerah perkotaan.

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 133-136)