• Tidak ada hasil yang ditemukan

(PARTISIPATIF) PROYEK SWAKELOLA DI LINGKUNGAN PEKERJAAN UMUM KABUPATEN DELI SERDANG

C. Perlindungan Preventif terhadap Debitur dalam Praktek Pelaksanaan Upah Borong (Partisipatif) Proyek Swakelola

Dalam tahap pelaksanaan, seluruh syarat dan ketentuan yang terdapat dalam kontrak harus dilaksanakan. Pemerintah berkepentingan objek pengadaan terpenuhi sesuai dengan besarnya pengeluaran keuangan negara. PPK sebagai kontraktan dalam hal ini bertanggung jawab untuk memastikan tercapainya sasaran pengadaan tersebut, oleh sebab itu bagi PPK pada prinsipnya berlaku larangan untuk tidak mengubah isi dan syarat kontrak. Pemahaman ini penting karena perubahan isi kontrak dapat mengakibatkan perubahan esensial pada kontrak dan akibat perubahan itu hakikatnya melahirkan kontrak pengadaan baru, dengan demikian sekalipun di dalam kontrak telah ditentukan klausula perubahan kontrak, PPK harus memegang prinsip bahwa perubahan hanya dilakukan jika terdapat alasan yang sah dan tidak merugikan keuangan negara.

Klausula perubahan kontrak merupakan klausula untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan situasi pada pelaksanaan kontrak. Pada kontrak pengadaan terdapat pengecualian atas berlakunya prinsip umum dalam kontrak privat yakni prinsip bahwa perubahan kontrak hanya dapat dilakukan atas kesepakatan kedua belah pihak.341

Pelaksanaan kontrak pengadaan, pada umumnya pejabat/atau pengguna barang/jasa diberi hak untuk secara sepihak mengubah isi kontrak. Ini berlaku baik di Amerika Serikat maupun di India. Tetapi berbeda dengan ketentuan yang berlaku di

341

Indonesia sebab Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 mensyaratkan adanya persetujuan kedua belah pihak untuk perubahan ini.342

Seperti halnya kontrak privat pada umumnya, para pihak yang terlibat dalam hubungan kontraktual selalu mengantisipasi adanya kendala-kendala yang mungkin timbul selama pelaksanaan kontrak. Untuk itu diperlukan upaya antisipatif sedemikian rupa tanpa membahayakan kelangsungan kontrak. Demikian juga klausul perubahan kontrak.343

Sementara itu ketentuan mengenai perubahan kontrak di Indonesia terdapat dalam Pasal 87 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan Perka LKPP Nomor 6 Tahun 2012. Ditentukan bahwa perubahan kontrak dapat dilakukan jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan gambar dan spesifikasi yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak.

Klausula ini diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan situasi yang memaksa diubahnya isi kontrak. Klausul perubahan ini penting terutama dalam kontrak konstruksi. Perubahan itu dapat meliputi desain, spesifikasi, metode pelaksanaan atau peralatan dan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah sejauh perubahan itu masih dalam ruang lingkup kontrak yang bersangkutan.

Menurut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, ruang lingkup perubahan kontrak meliputi :

1. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak.

342

Lihat Pasal 87 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

343

2. Menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan.

3. Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuha lapangan ; atau

4. Mengubah jadwal pelaksanaan.344

Ruang lingkup perubahan seperti di atas tidak bersifat limitatif. Dengan demikian masih dimungkinkan untuk melakukan perubahan yang ruang lingkupnya di luar empat hal tersebut. Perubahan kontrak hanya berlaku untuk pekerjaan yang menggunakan kontrak harga satuan atau bagian pekerjaan yang menggunakan harga satuan dari kontrak gabungan lump sum dan harga satuan. Menyangkut perubahan harga ditentukan bahwa pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% dari harga yang tercantum dalam kontrak awal, sedangkan perintah pekerjaan dibuat PPK secara tertulis kepada penyedia barang/jasa dan ditindaklanjuti dengan negoisasi teknis dan harga dengan tetap mengacu pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam kontrak. Hasil negoisasi selanjutnya dituangkan dalam berita acara sebagai dasar penyusunan addendum kontrak.

Addendum adalah istilah dalam kontrak atau surat perjanjian yang berarti

tambahan klausula atau pasal yang secara fisik terpisah dari perjanjian pokoknya namun secara hukum melekat pada perjanjian pokok itu, sedangkan perpanjangan perjanjian/kontrak pada umumnya digunakan saat suatu perjanjian terakhir, namun para pihak menghendaki perikatan yang berakhir itu (misalnya hubungan kerja) untuk diteruskan. Sehingga para pihak membuat kesepakatan untuk memperpanjang perjanjian/kontrak.

344

Pada dasarnya, keduanya baik addendum maupun perpanjangan kontrak adalah perjanjian. Karena tanpa kesepakatan kedua belah pihak, salah satu pihak tidak dapat membuat addendum atau memperpanjang suatu perjanjian secara sepihak. Jadi perbedaannya adalah pada penggunaan istilah atas dasar perbedaan fungsi. Namun, esensi keduanya tetap adalah perjanjian. Dengan demikian, keduanya sama-sama merupakan perjanjian dan tunduk pada asas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata.

Dalam pelaksanaan kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah untuk melakukan addendum atau perubahan kontrak dibutuhkan adanya persyaratan yang sesuai dengan Pasal 87 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang menyebutkan :

Ayat (1) Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia Barang/Jasa dapat melakukan perubahan pada kontrak yang meliputi : a. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum

dalam Kontrak.

b. Menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan.

c. Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan ; atau

d. Mengubah jadwal pelaksanaan

Ayat (1a) Perubahan Kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku untuk pekerjaan yang menggunakan Kontrak Harga Satuan atau bagian pekerjaan yang menggunakan harga satuan dari Kontrak Gabungan

Lump Sum dan Harga Satuan.

Ayat (2) Pekerjaan tambah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan :

a. Tidak melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari harga yang tercantum dalam perjanjian/Kontrak awal ; dan

b. Tersedia anggaran untuk pekerjaan tambah.

Ayat (3) Penyedia Barang/Jasa dilarang mengalihkan pelaksanaan pekerjaan utama berdasarkan Kontrak, dengan melakukan subkontrak kepada

pihak lain, kecuali sebagian pekerjaan utama kepada Penyedia Barang/Jasa spesialis

Ayat (4) Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Penyedia Barang/Jasa dikenakan sanksi berupa denda yang bentuk dan besarnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Dokumen Kontrak.

Ayat (5) Perubahan Kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat dilakukan sepanjang disepakati kedua belah pihak.345

Berdasarkan penelitian dilapangan menyebutkan bahwa perjanjian yang dilakukan antara Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang selaku Pengguna Barang/Jasa dengan pihak swasta selaku Penyedia Barang/Jasa ada melakukan

addendum di salah satu perjanjian dengan nomor Kontrak Nomor Perjanjian 050/

2312/DPUDS/2014 dimana nomor Kontrak yang baru adalah Nomor 050/8143/DPUDS/2014, ketika melakukansuatu addendum para pihak ketika melakukannya disebabkan adanya penyesuaian harga. Penyesuaian harga dilakukan karena dalam pelaksanakan kontrak yang telah dibuat di awal kontrak mengalami keterlambatan yang dilakukan oleh pihak swasta (pihak penyedia barang/jasa) dalam melakukan pelaksanaannya sehingga disesuaikan antara kontrak yang lama dengan kontrak yang baru ini dilakukan dengan ketentuan sesuai dengan isi Pasal 92 ayat (2) huruf f.

Dalam kontrak tersebut yang di addendum kan berupa waktu dalam melakukan pelaksanaan, sehingga dalam melakukan pelaksanaan dihitung dimulai dari bulan ke-13 (tiga belas) sesuai dengan ketentuan isi Pasal 92 ayat (2) huruf a. Sedangkan untuk pembayaran oleh pemberi kerja dilakukan setelah adanya Berita

345

Masalah administrasi yang dimaksud dalam ayat ini antara lain pergantian PPK dan perubahan rekening penerima.

Acara Serah Terima Pekerjaan sesuai dengan ketentuan Pasal 95 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

Proses pembayaran oleh pemberi kerja dilakukan dengan ketentuan :346

a Pembayaran Tahap I dibayarkan sebesar 50% dihitung berdasarkan pekerjaan yang telah dilakukan sebesar 55%.

b Pembayaran Tahap II dibayarkan sebesar 75% dihitung berdasarkan pekerjaan yang telah dilakukan sebesar 80%.

c Pembayaran Tahap III dibayarkan sebesar 95% dihitung berdasarkan pekerjaan yang telah dilakukan sebesar 100%.

Setelah proses pembayaran oleh pemberi kerja sudah ditentukan, maka selanjutnya pembayaran dilakukan dengan cara sistem dicicil disebabkan tidak adanya anggaran KAS Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang yang tercukupi dalam melakukan proses pembayaran tersebut.347

D. Perlindungan Represif terhadap Debitur dalam Praktek Pelaksanaan Upah