• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1.2 Perumusan Masalah

Seiring dengan perubahan waktu, jumlah penduduk suatu wilayah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga kebutuhan dasar mereka

11

seperti sandang, pangan dan papan menjadi bertambah, sedangkan lahan yang tersedia tidak mengalami perubahan dalam ukurannya, yang pada akhirnya akan mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar oleh setiap orang. Berawal dari kondisi seperti inilah maka muncul fenomena bahwa dengan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar setiap orang dalam jangka waktu yang cukup lama akan menimbulkan apa yang disebut kemiskinan.

Pembangunan yang tidak dikaitkan dengan masalah kemiskinan akan menimbulkan permasalahan jangka pendek dan jangka panjang yang pada akhirnya akan membahayakan proses pembangunan itu sendiri. Mengangkat permasalahan kemiskinan dan mencari alternatif upaya penanggulangannya menjadi suatu prioritas dalam pembangunan merupakan hal yang sangat tepat.

Kebijakan makro seperti pertumbuhan ekonomi, pengurangan angka pengangguran, dan kebijakan lain yang pro poor merupakan prasyarat penting dalam upaya pengurangan kemiskinan yang tidak dapat ditinggalkan (Tambunan, 2004 dan Squire, 1993). Pelaksanaan kebijakan makro ini saja belum cukup, diperlukan perspektif mikro yang selama ini terabaikan dalam upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. Perspektif mikro dalam dimensi kemiskinan antara lain peningkatan kapabilitas individu dan rumahtangga, perbaikan kelembagaan dan lingkungan. Pembangunan sosial dan ekonomi dapat dilakukan mulai dari tingkat bawah (Harniati, 2007).

Perhatian pemerintah yang besar terhadap program penanggulangan kemiskinan pada tingkat wilayah administratif seperti kabupaten/kota bahkan hingga tingkat desa semakin mendesak untuk dapat menghasilkan informasi dan besaran dan karakteristik rumahtangga miskin. Tantangan akan ketersediaan

informasi dasar mengenai besaran rumahtangga miskin selama ini hanya dapat dipenuhi pada tahun-tahun tertentu yang ada kegiatan pengumpulan data Potensi Desa (PODES) yang pelaksanaannya bersamaan dengan diselenggarakannya kegiatan Sensus yang dilakukan oleh BPS. Sumber data kedua melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dengan mengumpulkan informasi dari data kor (core data) dan modul konsumsi yang dilakukan dalam periode loncatan tiga tahun sekali pengamatan dan akan menghasilkan estimasi kemiskinan di tingkat provinsi dan nasional saja. BPS melakukan penghitungan dengan data SUSENAS Kor yang dilakukan setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan data pada tahun- tahun yang tidak ada kegiatan survei modul konsumsi. BPS hingga saat ini masih mengalami kesulitan dalam memperkirakan penduduk miskin pada tingkat kabupaten/kota terlebih desa, terutama dalam penggunaan metode perhitungan/penetapan penduduk miskin dengan pendekatan moneter atau non moneter apabila menggunakan data kor tersebut. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan cakupan variabel yang dimiliki untuk dapat menjelaskan fenomena mengenai kemiskinan itu sendiri (Mulia, 2004).

Mengapa mengukur kemiskinan?. Justifikasi yang paling kuat adalah yang diberikan oleh Ravallion (1997) yang mengatakan bahwa “a credible measure of poverty can be a powerfull instrument for focusing the attention of policy makers on the living conditions of the poor (pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrumen yang tangguh bagi penitikberatan perhatian pengambil kebijakan pada kondisi hidup orang miskin)”. Data kemiskinan dapat memberikan informasi bagi penyusunan kebijakan-kebijakan yang ditujukan untuk menurunkan tingkat kemiskinan. Menurut Mulia (2004),

13

sebuah pengukuran kemiskinan yang baik akan: (1) memungkinkan seseorang untuk mengevaluasi akibat dari pelaksanaan proyek, krisis atau kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, (2) memungkinkan seseorang untuk membandingkan kemiskinan antar waktu, (3) memungkinkan seseorang untuk membuat perbandingan antar provinsi, kabupaten/kota, dan (4) menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki posisi.

Salah satu upaya untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs) tujuan pertama yaitu untuk mengurangi angka kemiskinan dan kerawanan pangan di dunia sampai setengahnya di tahun 2015 dan menjalankan program pembangunan yang tertuang di dalam triple track strategy yaitu track ketiga, merevitalisasi pertanian, kehutanan, kelautan dan ekonomi pedesaan untuk mengurangi kemiskinan, sejak tahun 2006 Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian telah meluncurkan Program Aksi Desa Mandiri Pangan. Lokasi sasaran pada Program Aksi Desa Mandiri Pangan adalah desa miskin dan rawan pangan dengan kelompok sasaran yaitu rumahtangga miskin.

Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu kabupaten pelaksana Program Aksi Desa Mandiri Pangan karena seperti telah diuraikan pada bagian terdahulu bahwa Kabupaten Pandeglang memiliki jumlah penduduk miskin yang masih tergolong tinggi, yaitu sekitar 177 895 jiwa atau 15.82 persen pada tahun 2006. Selain itu apabila dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Banten, Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu kabupaten yang memiliki persentase penduduk miskin terbesar, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) terbesar.

Faktor yang menjadi penyebab kemiskinan wilayah pedesaan dan faktor penciri rumahtangga miskin di Kabupaten Pandeglang tentunya akan beragam, berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, dari satu wilayah ke wilayah lain, bahkan dari satu waktu ke waktu yang lain. Strategi penanggulangan kemiskinan yang bersifat seragam tidaklah tepat. Kebijakan pengurangan kemiskinan perlu disesuaikan dengan karakteristik tipologi desa dan tidak membuat ketergantungan penduduk miskin.

Permasalahan yang ada adalah pada saat ini belum tersedia informasi mengenai faktor penyebab kemiskinan wilayah pedesaan berdasarkan tipologi desa dan faktor penciri rumahtangga miskin di Kabupaten Pandeglang untuk merumuskan strategi yang dapat dilakukan agar lebih efektif dan tepat sasaran. Dalam rangka memberikan kontribusi untuk menjawab permasalahan dan keterbatasan-keterbatasan penelitian tentang kemiskinan, maka tesis ini dirumuskan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan kemiskinan dan bagaimana karakteristik desa miskin berdasarkan tipologi desa di Kabupaten Pandeglang?

2. Apa faktor penciri dan bagaimana karakteristik kemiskinan tingkat rumahtangga di daerah pertanian di Kabupaten Pandeglang?

3. Bagaimana strategi penanggulangan kemiskinan yang dapat dilakukan di Kabupaten Pandeglang di tingkat wilayah dan tingkat rumahtangga?